Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa tiga kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dinyatakan berhasil mencapai eliminasi malaria.
Tiga wilayah di NTT tersebut adalah Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur, dan Kota Kupang. Kepala Dinas Kesehatan NTT Messerassi B. V. Ataupah mengungkapkan ketiganya telah mencapai status eliminasi malaria dalam tiga tahun.
Baca Juga
Untuk Kabupaten Manggarai berhasil mencapai eliminasi malaria pada 2019, sementara Kota Kupang dan Kabupaten Manggarai Timur pada 2020.
Advertisement
"Dulu malaria ini masuk dalam dua besar penyakit di puskesmas, sekarang malaria sudah keluar dari 10 besar penyakit-penyakit yang ada di NTT," kata Messerassi dalam siaran pers di laman Kemenkes pada Minggu (25/4/2021).
Menurut Messerassi, di tahun 2017 dibuat Peraturan Gubernur NTT nomor 11 tahun 2017 tentang Eliminasi Malaria. Berbagai upaya telah dilakukan sejak saat itu dan membuat tiga wilayah tersebut berhasil mengeliminasi malaria.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Wilayah di Pulau Sumba Masih Endemis Tinggi
Namun menurut Messerassi, masih ada 14 kabupaten/kota di NTT yang merupakan wilayah endemis malaria rendah, dua kabupaten/kota dengan status endemis sedang, dan tiga kabupaten/kota dengan status tinggi.
"Kabupaten endemis tinggi malaria masih terkonsentrasi di Pulau Sumba," ungkapnya.
Messerassi mengatakan, pengendalian vektor menjadi tantangan menurunkan kasus malaria. Hal ini harus ditangani secara lintas sektor karena terkait juga tempat perindukkan malaria seperti di muara-muara.
Tantangan lainnya adalah menurunkan status endemis tinggi di Pulau Sumba, serta menyediakan akses ke layanan kesehatan di masa pandemi COVID-19 atau bencana alam terutama di daerah sulit, terpencil, dan kepulauan.
Advertisement
Penanganan Kasus Malaria di NTT
Penemuan kasus malaria di NTT sendiri sebagian besar atau 84 persen menggunakan mikroskop, sementara 14 persen menggunakan tes cepat diagnostik.
Semua kasus positif malaria hasil pemeriksaan laboratorium, diobati dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Tahun 2020 sebanyak 14.042 atau 92 persen kasus diobati dengan ACT, tetapi 8 persen atau 1.299 belum diobati sesuai standar.
Untuk pencegahan, Messerassi mengungkapkan upaya tersebut dilakukan dengan mendistribusikan 973.800 lembar kelambu anti nyamuk pada masyarakat yang menjadi sasaran.
Alokasi kelambu terbanyak didistribusikan ke masyarakat daerah endemis tinggi berdasasrkan jumlah kelompok tidur dalam dan luar rumah.
"Hasil pemantauan pasca distribusi kelambu didapati kelambu sudah digunakan untuk tidur malam namun ada kelambu hanyut atau rusak pasca bencana alam," kata Messerassi.
Infografis Siklon Seroja Berlalu, Pulau dan Danau Muncul di NTT
Advertisement