Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kasus COVID-19 di India kini mengkhawatirkan. Banyak pasien yang akhirnya meninggal karena fasilitas kesehatan kewalahan menangani lonjakan kasus penyakit tersebut.
Melihat kondisi India saat ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Aditama mengimbau Indonesia untuk waspada agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
Baca Juga
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna membentengi negara dari kasus impor menurut Tjandra adalah pemeriksaan PCR ulang bagi pendatang setibanya di Indonesia.
Advertisement
“Perkembangan mutasi virus COVID-19 di India dan mungkin nanti juga di negara lain memang membuat kita harus terus waspada. Bila ada pesawat dari luar negeri, maka memang sebaiknya dilakukan pemeriksaan PCR ulangan setibanya di negara kita,” kata Tjandra kepada Health Liputan6.com, Selasa (27/4/2021).
“Kalau hasilnya negatif maka tetap saja harus dikarantina sesuai masa inkubasinya, dan kalau positif maka tentu harus ditangani, diisolasi dan diperiksa whole genome sequencing-nya, sehingga kita dapat mengantisipasi berbagai varian dan mutan baru COVID-19,” tambahnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Varian Baru India
Varian dan mutasi baru merupakan salah satu dari lima analisa kemungkinan naiknya kasus di India sekarang ini, lanjut Tjandra. Untuk mutasi ini, ada dua kelompok besar di India.
Pertama, India memang sudah melaporkan adanya jenis Variant of Concern (VOC) yang sudah dikenal luas, yaitu:
-B.1.1.7 yang pertama kali dideteksi di Inggris pada 20 September 2020 dan kini sudah ada di 130 negara di dunia termasuk Indonesia.
-B.1.351 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada awal Agustus 2020 dan sekarang sudah ada di lebih dari 80 negara dan dilaporkan mungkin memengaruhi efikasi vaksin, termasuk AstraZeneca yang digunakan di Indonesia.
-P 1 atau B.1.1.28.1 yang awalnya dilaporkan di Brazil dan Jepang yang kemudian sudah menyebar ke sekitar 50 negara di dunia.
"Ketiga jenis VOC ini tentu mungkin jadi salah satu penyebab kenaikan kasus di India," kata Tjandra.
Advertisement
Mutasi Ganda
Jenis mutasi kedua yang kemudian banyak dibahas adalah mutan yang bermula dilaporkan dari India, yang bahkan disebut “double mutant” dan belakangan malah juga ada “triple mutant”.
Beberapa hal terkait mutasi ganda atau mutasi “double” varian B.1.617, yaitu:
- Dilaporkan dari India dan kini sudah menyebar ke lebih dari 20 negara, termasuk ke Inggris.
- Sebenarnya ada sekitar 11 perubahan, tetapi memang ada dua mutasi yang dianggap paling banyak berpengaruh pada perjalanan penyakit COVID-19, yaitu E484Q yang sedikit banyak ada kemiripan dengan mutasi E484K yang pertama kali dideteksi di Afrika Selatan dan Brazil dan sudah ada juga di Indonesia, serta mutasi L452R yang juga ditemukan di Kalifornia, Amerika Serikat.
- Gabungan keduanya inilah yang kemudian jadi bahan bahasan, walaupun penelitian masih terus berjalan sampai nanti ada kesimpulan yang lebih pasti. Penelitian masih terus berjalan dan publikasi ilmiah awal sudah ada di jurnal internasional “Nature” 21 April 2021 dan juga Jurnal internasional “Cell” pada 21 April 2021.
Lalu para pakar melaporkan mutasi lebih baru lagi, B.1.618 yang disebut sebagai mutan “triple”:
- Mula-mula dilaporkan dari daerah Bengal Barat sehingga disebut sebagai virus Corona “Bengal strain”.
- Jenis ini dilaporkan juga lebih mudah menular lagi, dan juga mungkin dapat memengaruhi efikasi vaksin, walaupun memang penelitian masih terus berjalan untuk mendapatkan informasi yang lebih pasti.
- Mencakup tiga hal, delesi pada H146 dan Y145 dan dua mutasi yaitu D614G dan E484K. Kedua jenis mutasi ini dalam keadaan terpisah sudah pernah dilaporkan di Indonesia, dan yang banyak dibahas pada awal April adalah ditemukannya mutasi E484K di Indonesia yang dikenal dengan mutasi Eek, tutup Tjandra.
Infografis Indonesia Waspada Eksodus Tsunami COVID-19 India
Advertisement