Muncul Klaster Bukber, Kemenkes: Berbicara Saat Makan Berpotensi Tularkan Virus Corona

Adanya klaster bukber, Kemenkes tegaskan berbicara saat makan bersama berpotensi menularkan virus Corona.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Apr 2021, 21:03 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2021, 20:14 WIB
Mencari Menu Berbuka Puasa di Pasar Lama Tangerang
Penjual melayani pembeli makanan untuk berbuka puasa (takjil) di kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, Selasa (20/4/2021). Bulan Ramadhan, membuat sejumlah pedagang takjil musiman bermunculan dan menawarkan aneka makanan dan minuman untuk umat Islam yang menjalankan puasa. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Terkait kemunculan klaster bukber, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa berbicara saat makan bersama berisiko menularkan virus Corona. Dalam hal ini, ketika buka puasa bersama sambil mengobrol, tanpa menggunakan masker, penularan virus Corona bisa terjadi.

Pada Konferensi Pers Indikasi Lonjakan Kasus COVID-19, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengingatkan buka puasa bersama tetap bisa dilakukan asalkan mematuhi protokol kesehatan.

"Banyak masyarakat yang saat ini melakukan aktivitas buka puasa bersama (bukber). Buka puasa bersama bisa dilakukan, tapi kembali kami mengingatkan protokol kesehatan," ucap Nadia pada Jumat, 30 April 2021.

"Pada prinsipnya, berbicara pada saat makan bersama menjadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya penularan virus Corona."

Selain klaster bukber, Nadia juga menyoroti, klaster perkantoran, klaster tarawih di Banyumas, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang. Agar tidak terjadi kasus berulang, kepatuhan terhadap protokol kesehatan harus dilakukan.

"Tentunya, kita tidak ingin mendengar adanya klaster-klaster COVID-19 lain. Kembali harus dilakukan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan," imbuhnya.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Peningkatan COVID-19 di Negara Lain dan Pembatasan Mobilitas

FOTO: Tokyo Konfirmasi Lebih dari 700 Kasus Baru COVID-19
Orang-orang yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran virus corona COVID-19 mengunjungi taman di Tokyo, Jepang, Kamis (15/4/2021). Tokyo mengonfirmasi lebih dari 700 kasus baru COVID-19 pada 15 April 2021. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Perkembangan COVID-19 di dunia, saat ini sejumlah negara kembali melakukan pembatasan mobilitas bagi masyarakat yang menyusul lonjakan kasus COVID-19. Salah satunya di Jepang dan Turki yang kembali menerapkan lockdown.

"Kami ingatkan kembali di berbagai negara, termasuk juga di Jepang, jumlah kasus COVID-19 hampir 1.000 per Kamis, 29 April 2021. Dan ini merupakan pertama kalinya setelah 3 bulan Jepang berhasil menahan laju penularan di bawah 1.000 kasus per hari," Siti Nadia Tarmizi menambahkan.

"Begitu juga di Turki menerapkan kebijakan lockdown, karena peningkatan konfirmasi positif COVID-19 di negara dalam waktu 24 jam pe hari. Tentunya, peningkatan tempat tidur juga."

Belajar dari pengalaman negara-negara lain, Nadia mengimbau masyarakat mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan lebih disiplin lagi.

"Mari sama-sama kita terapkan protokol kesehatan. Jangan lupa memakai masker dengan benar, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan di mana saja, baik di kantor, rumah, tempat-tempat umum, rumah ibadah maupun di ruang publik itu wajib dilakukan," imbau Nadia.

"Kami mengimbau masyarakat perlu membatasi pergerakan bila tidak ada keperluan mendesak. Mari kita menahan diri untuk tetap di rumah. Belajar dari negara-negara di Eropa, seperti Spanyol juga melakukan pembatasan mobilitas."

Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19

Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya