Liputan6.com, Jakarta Perhatian terhadap penyakit jantung semakin luas setelah banyaknya pemberitaan para selebriti dan publik figur yang meninggal dunia akibat serangan jantung. Jauh sebelum pemberitaan itu, penyakit jantung sendiri masih menempati urutan pertama sebagai penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan Indonesia.
Kewaspadaan terhadap penyakit jantung perlu ditingkatkan, mengingat penyakit ini tidak hanya menyerang orang berusia lanjut melainkan juga menyerang mereka yang usia produktif. Data Riskesdas 2018, angka prevalensi penyakit jantung di Indonesia sudah dimulai sejak umur kurang dari 1 tahun dan tersebar di semua kelompok umur. Semakin tinggi usia seseorang, maka risiko terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
Baca Juga
Di samping faktor riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes, hipertensi hingga stres, usia merupakan salah satu pemicu serangan jantung.
Advertisement
Serangan Jantung
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Rumah Sakit EMC Tangerang, dr. Aron Husink, Sp.JP (K) FIHA mengatakan Serangan jantung merupakan salah satu bentuk presentasi dari penyakit jantung koroner.
Dijelaskan olehnya, jantung adalah suatu organ yang terdiri dari otot yang bekerja memompakan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, sehingga jantung bertanggung jawab terhadap ketersediaan nutrisi dan oksigen organ-organ tubuh, serta pembuangan sisa-sisa pembakaran organ-organ tubuh. Otot jantung sendiri juga memerlukan akses terhadap nutrisi, oksigen, dan jalur pembuangan seperti organ-organ lainya, dan otot jantung mendapatkan akses tersebut melalui pembuluh darah koroner.
"Seseorang dikatakan menderita penyakit jantung koroner bila pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan akibat proses aterosklerosis (penumpukan lemak dan pengapuran pada dinding pembuluh darah) yang mengganggu ketersediaan nutrisi dan oksigen bagi otot jantung, akibatnya otot jantung dapat mengalami penurunan fungsi, kerusakan sementara, hingga permanen," kata dr. Aron Husink.
Jenis Penyakit Jantung Koroner
Disebutkan oleh dr. Aron Husink bahwa penyakit jantung koroner memiliki dua presentasi utama.
1. Penyakit Jantung Koroner Stabil
Kondisi ini umumnya muncul berupa nyeri dada, nyeri ulu hati, dada terasa berat, atau panas, terpicu bila jantung bekerja lebih berat dari biasanya seperti bila seseorang beraktivitas fisik, atau mengalami stress emosional, namun gejala tidak berkepanjangan, dan hilang bila beristirahat. Gejala tersebut dikatakan angina pektoris stabil.
"Pada penyakit jantung koroner stabil, proses penyempitan atau penyumbatan berjalan perlahan dan menahun. Gejala baru akan muncul bilamana penyempitan sudah cukup berat dan mengganggu aliran di pembuluh darah koroner. Pada kondisi ini, berbagai evaluasi dapat dilakukan untuk menilai ringan-beratnya gangguan asupan darah terhadap jantung, juga untuk menentukan strategi pengobatan awal, apakah dengan obat atau sudah memerlukan tindakan lebih lanjut," ujar dr. Aron Husink.
2. Penyakit Jantung Koroner Akut atau Sindrom koroner akut (SKA)
Kedua adalah kondisi dimana nyeri dada dikatakan tidak stabil atau angina pektoris tidak stabil. Ini adalah kondisi dimana keluhan diatas muncul mendadak, atau pada aktivitas minimal atau beristirahat, durasi lebih lama hingga lebih dari 20 menit, dan tidak reda dengan istirahat, juga dapat disertai keringat dingin, mual, muntah, dan sesak nafas.
"Pada evaluasi selanjutnya di unit gawat darurat, apabila terbukti gejala tersebut memang benar akibat penyakit jantung koroner, barulah individu tersebut dikatakan menderita serangan jantung, atau selanjutnya disebut sebagai sindrom koroner akut (SKA)," kata dr. Aron Husink.
Lebih lanjut dr. Aron Husink menjelaskan pada sindrom koroner akut (SKA), terjadi erosi atau pecahnya permukaan gumpalan lemak akibat aterosklerosis tersebut, dan diikuti terbentuknya bekuan darah (trombosis) secara mendadak dalam waktu cepat, sehingga aliran pembuluh darah koroner serta suplai darah menuju otot jantung terhenti secara mendadak.
Otot jantung yang tidak mendapatkan suplai darah akan mengalami kerusakan di sel-selnya, yang menimbulkan sensasi nyeri dada berupa angina pektoris tidak stabil.
Advertisement
Efek Serangan Jantung
Rusaknya sel-sel otot jantung tidak hanya memberikan sensasi nyeri dada semata. Terdapat komplikasi-komplikasi lebih lanjut pada SKA, diantaranya:
Terganggunya fungsi pompa jantung, sehingga darah terbendung di paru-paru, menimbulkan sesak nafas dan mengganggu suplai darah ke seluruh tubuh serta organ-organ vital seperti otak dan ginjal, kondisi ini disebut juga gagal jantung akut.
Terganggunya aktivitas listrik otot jantung, sehingga denyut jantung dapat menjadi terlalu cepat, atau terlalu lambat, atau tidak beraturan, hingga berhenti berdenyut secara mendadak dan menyebabkan pingsan atau kematian mendadak.
Robeknya katup, sekat, atau dinding jantung bila kerusakan otot-otot jantung sangat luas, kondisi ini juga berakibat sangat fatal dan angka harapan hidup yang sangat rendah meskipun sudah dilakukan tatalaksana secepat mungkin dan semaksimal mungkin. Komplikasi-komplikasi inilah yang menyebabkan serangan jantung menjadi kondisi yang sangat berbahaya dan dan berpotensi fatal dalam waktu cepat dan tiba-tiba.
dr. Aron Husink mengungkapkan bahwa tidak semua serangan jantung akan berakibat fatal secara mendadak. Namun kerusakan permanen pada otot jantung dapat menurunkan fungsi pompa jantung secara gradual.
"Banyak orang mengalami serangan jantung dan melewati fase perawatan atau bahkan tidak menjalani perawatan karena tidak tahu bahwa gejala yang dirasakannya sebagai serangan jantung merasa kembali sehat dan melanjutkan aktifitas sehari-harinya.Namun kerusakan permanen pada otot jantung dalam periode waktu tertentu akan menurunkan fungsi pompa jantung secara gradual.
Diungkapkan oleh dr. Aron Husink, penderita serangan jantung akan merasa lebih mudah lelah, nafas sesak, dan dapat disertai bengkak pada kaki dan perut akibat bendungan cairan tubuh secara bertahap pada paru-paru, tungkai bawah, dan perut. Kondisi ini disebut juga gagal jantung kronis.
"Orang dengan gagal jantung kronis akan terus memburuk gejalanya bila tidak diobati, dan akan bergantung dengan banyak obat-obatan yang diberikan selama hidupnya agar dapat berfungsi sehari-hari dengan gejala yang minimal, dan juga berisiko lebih besar mengalami serangan jantung berulang serta kematian jantung mendadak," ungkap dr. Aron Husink.
Solusi Mencegah Serangan Jantung Akut
dr. Aron Husink mengatakan bahwa pemasangan cincin atau ring menjadi salah satu solusi untuk mencegah serangan jantung akut atau sindrom koroner akut.
"Pemasangan cincin pada pembuluh darah koroner atau selanjutnya disebut dengan Percutaneous Coronary Intervention (PCI), adalah prosedur untuk membuka penyempitan/sumbatan akibat plak aterosklerosis atau gumpalan darah pada pembuluh darah koroner dengan tujuan mengembalikan suplai darah ke otot jantung, sehingga disamping menghilangkan gejala nyeri dada, dapat menjaga agar otot jantung dapat tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya," jelas dr. Aron Husink.
Pada kasus penyakit jantung koroner stabil, jantung masihEfek Terlambat Pemasangan Cincin mendapatkan suplai darah walaupun kurang adekuat sehingga otot jantung masih hidup walau terganggu fungsinya dan PCI dapat tentukan waktunya sesuai keinginan penderita. Namun pada SKA, suplai darah pada otot jantung berhenti secara total dan sel-sel otot jantung akan mengalami kematian secara permanen dalam hitungan menit hingga jam dengan kerusakan yang berat, sehingga pada SKA, pengembalian suplai darah pada otot jantung dengan PCI harus dilakukan secepatnya guna menghentikan proses kerusakan dan kematian sel-sel otot jantung secepat mungkin.
Efek Terlambat Pemasangan Cincin
dr. Aron Husink mengungkapkan apabila PCI dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama sejak kejadian serangan jantung, maka kerusakan yang terjadi pada otot-otot jantung mungkin sudah lebih berat.
"Penderita memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kerusakan otot jantung yang lebih luas," ungkap dr. Aron Husink. Beberapa dampak buruk akibat dari terlambatnya pemasangan cincin atau ring diantaranya;
Waktu perawatan lebih lama dengan obat-obatan lebih banyak dan biaya lebih mahal. Terjadi gagal jantung yang lebih berat, sehingga penderita serangan jantung akan tergantung dengan lebih banyak obat, berpotensi rawat-inap berulang, biaya pengobatan yang lebih tinggi.Kualitas hidup terganggu karena gejala-gejala dari gagal jantung.
Sedangkan bila dilakukan sedini mungkin, dr. Aron Husink mengatakan kerusakan sel-sel otot jantung masih bisa diminimalisir. Selain itu, penderita tidak jatuh ke dalam kondisi gagal jantung baik segera maupun jauh di masa depan.
"Sehingga pasca perawatan serangan jantung kualitas hidup relatif lebih baik dengan gejala minimal dan biaya pengobatan rutin yang lebih rendah," ungkapnya.
Diungkapkan oleh dr. Aron Husink bahwa sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terkena serangan jantung, mengenali dengan cepat gejala dan tanda serangan jantung. Selanjutnya, meminta pertolongan secepatnya ke fasilitas kesehatan yang adekuat, dan mengambil keputusan yang tepat dan cepat terhadap langkah-langkah tatalaksana serangan jantung seperti perawatan intensif dan tindakan PCI.
"Penanganan serangan jantung yang cepat dan tepat akan memungkinkan penderita untuk melalui periode perawatan dengan fungsi jantung yang lebih terjaga, melanjutkan kehidupan sehari-hari dengan gejala minimal, kualitas hidup yang lebih baik, dan biaya pengobatan rutin yang lebih rendah," ujar dr. Aron Husink.
Informasi lebih lanjut seputar penyakit jantung dan keluhan yang Anda alami, Anda dapat berkonsultasi secara langsung dengan dr. Aron Husink, Sp.JP (K) FIHA yang praktek di Rumah Sakit EMC Tangerang, setiap Hari Senin dan Rabu pada pukul 19.00 – 20.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, hubungi CS EMC Tangerang 0812 9080 9032 (WA).
(*)
Advertisement