Liputan6.com, Jakarta Per 5 Mei 2021, DKI Jakarta menggunakan vaksin AstraZeneca kepada warganya. Sudah 28 ribu orang menerima suntikan vaksin tersebut dan hingga kini tidak ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berat.
"Sejauh pantauan kami hingga saat ini tidak ada KIPI serius," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti dalam media briefing pada Rabu, 5 Mei 2021 petang.
Baca Juga
Widyastuti tidak menampik bahwa ada beberapa yang menyampaikan bahwa usai divaksin merasa meriang atau tidak enak badan dan demam. Namun, pihaknya sudah menyiapkan obat untuk mengurangi keluhan tersebut.
Advertisement
"Sejauh ini tidak pernah ada laporan efek samping atau KIPI yang serius. Sejauh ini KIPI ringan. Sehari sembuh dan langsung sehat kembali," tuturnya.
Mengenai efek samping vaksin AstraZeneca, Plt Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Prima Yosephine mengatakan bahwa mereka yang menerima vaksin AstraZeneca sudah diberitahu bahwa vaksin ini bisa menimbulkan rasa demam maupun badan pegal-pegal.
"Namun, tidak usah panik. Karena sudah disampaikan bahwa vaksin AstraZeneca sudah biasa dengan keluhan itu. Tidak usah dikhawatirkan," terang Yosephine.
Kondisi ini mirip dengan vaksinasi DPT pada bayi yang menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hal tersebut sebenarnya menunjukkan reaksi tubuh. "Cukup diberi obat penurun demam atau penghilang sakit biasanya besok akan kembali baik," tutur wanita berkaca mata ini tenang.
Jika memang ada keluhan, ia menyarankan untuk segera menghubungi nomor telepon yang ada di surat keterangan usai menerima suntikan vaksin pertama.
Simak Video Berikut Ini:
Belum Ada Kasus KIPI Pembekuan Darah di Indonesia Usai Divaksin AstraZeneca
Di kesempatan ini hadir pula secara daring Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari. Ia mengatakan bahwa sudah ada beberapa provinsi yang sudah menggunakan vaksin AstraZeneca.
Hingga kini belum ada laporan mengenai efek samping pembekuan darah usai menerima vaksin yang dibuat oleh peneliti Inggris tersebut. "Sampai saat ini tidak ada laporan tentang pembukan darah seperti yang ada di UK dan negara Eropa," kata Hindra.
"Frekuensinya sangat-sangat jarang. InsyaAllah aman," tutur pria yang juga dokter spesialis anak konsultan ini.
Advertisement