Cegah Stunting Usai Bayi Lahir, Asupan Nutrisi Ibu Penting Saat Berikan ASI Eksklusif

Nutrisi ibu saat memberikan ASI eksklusif mencegah bayi jadi stunting

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Mei 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 08:00 WIB
anak bayi
ilustrasi bayi tersenyum/Photo by The Honest Company on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Pencegahan stunting haruslah dilakukan sejak anak berada dalam kandungan, dilahirkan, hingga mencapai 1000 hari pertama kehidupannya (HPK). Namun, tak jarang ada bayi yang lahir dengan kondisi panjang badan yang pendek.

Menurut Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa banyak bayi di Indonesia lahir dengan panjang badan kurang dari 48 centimeter.

"Itu ditengarai sebagai stunting menurut WHO, itu jumlahnya 22,6 persen. Itu data tahun 2018," kata Hasto di kantor BKKBN, Jakarta pada Selasa (4/5/2021).

Namun bukannya menurun, angkanya mengalami kenaikan setelah enam bulan bayi tersebut dilahirkan. "Begitu sampai 23 bulan, mendekati 1000 hari, Riskesdas 2018 itu menjadi 37 persen," kata Hasto.

"Jadi kita tidak sukses ini. Menyusuinya mungkin kurang sukses, kemudian setelah menyusui harus ada makanan pendamping sampai usia 23 bulan juga belum sukses," imbuh dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini menjelaskan.

Maka dari itu, usai bayi dilahirkan, penting bagi keluarga untuk tetap mencegah buah hati mengalami stunting sebelum dia menginjak 1000 hari pertama kehidupannya atau pada usia 2 tahun.

Sinteisa Sunarjo, Group of Business Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionals mengatakan bahwa bayi sejak usia 0 sampai 6 bulan dianjurkan untuk mendapatkan ASI eksklusif. "Jadi dia mendapatkan nutrisi dari ibunya melalui ASI."

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Pentingnya Asupan Nutrisi Bagi Ibu

Puasa Tak Mengurangi Kualitas dan Kuantitas ASI
Puasa Tak Mengurangi Kualitas dan Kuantitas ASI | Copyright: Pixabay.com/skimpton007

"Tentunya ibu yang memberikan nutrisi atau ASI ini harus diberikan asupan nutrisi atau gizi yang cukup. Dia harus mendapatkan nutrisi untuk dirinya sendiri dan juga untuk bayinya," Sinteisa menjelaskan.

Menurut Sinteisa, jika dilihat berdasarkan kebutuhannya, maka yang dibutuhkan ibu menyusui lebih tinggi ketimbang ibu hamil. "Ini yang bisa diintervensi dari perbaikan gizi dari yang dikonsumsi oleh ibu menyusui."

Senada dengan Sinteisa, Zamhir Setiawan, Direktur Bina Akses Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN mengatakan bahwa hingga usia 6 bulan, bayi harus diupayakan mendapatkan ASI eksklusif.

"Ibu juga harus dipenuhi gizinya karena untuk memenuhi kebutuhan si bayi, tentu saja status gizi si ibu harus baik," kata Zamhir.

Barulah setelah usia bayi menginjak 6 bulan, dia bisa mendapatkan makanan pendamping ASI karena kebutuhan nutrisinya juga bertambah seiring pertumbuhannya.

"Di samping itu tentu saja kondisi-kondisi lain yang ada di lingkungan dan rumah, itu juga harus diperbaiki," kata Zamhir.

"Karena bayi yang lahir stunting cenderung mudah sakit maka bagaimana supaya kondisi lingkungan dan rumahnya memenuhi syarat untuk tidak mempermudah terjadinya penyakit, misalnya ketersediaan air bersih, jamban keluarga, dan lain-lain."

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya