Epidemiolog Nilai Upaya Satgas COVID-19 Cegah Kenaikan Kasus di Pulau Jawa Tidak Efektif

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menilai bahwa upaya-upaya yang dilakukan Satuan Tugas COVID-19 untuk mencegah kenaikan kasus COVID-19 di Pulau Jawa akibat penularan pemudik dari Sumatera tidak efektif.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Mei 2021, 15:28 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2021, 15:27 WIB
Kendaraan Tanpa Dilengkapi Dokumen Diputar Balik di Jalan Alternatif Parung
Petugas memutar balik kendaraan yang tidak dilengkapi dokumen di check point penyekatan arus mudik di kawasan Pasar Mudik, Bogor, (7/5/2021). Penyekatan pemudik pada jalur alternatif Parung diberlakukan jelang Lebaran guna mengantisipasi risiko peningkatan kasus COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menilai bahwa upaya-upaya yang dilakukan Satuan Tugas COVID-19 untuk mencegah kenaikan kasus COVID-19 di Pulau Jawa akibat penularan pemudik dari Sumatera tidak efektif.

Pandu berpendapat, upaya Satgas seperti penyekatan, swab antigen, dan penyediaan tempat isolasi tidak efektif karena kebijakannya tidak menyeluruh.

Kebijakan yang efektif menurut Pandu adalah kebijakan yang benar-benar melarang sesuatu yang berpotensi meningkatkan kasus COVID-19.

“Semua usaha kemarin itu enggak efektif menurut saya. Jika Satgas tahu konsep mobilitas penduduk itu meningkatkan risiko, apapun yang menyebabkan mobilitas penduduk dicegah. Kalau enggak bisa mencegah artinya membiarkan penularan terjadi,” ujar Pandu kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (18/5/2021).

Swab antigen dan berbagai upaya lain seolah tidak berarti, lanjutnya. Jika tidak ingin ada penambahan kasus maka dari awal semuanya perlu dibatasi. Pada kenyataannya, sekarang ini orang yang mudik Lebaran dilarang, tapi orang yang berwisata diperbolehkan, tambah Pandu.

“Seharusnya seluruh pergerakan baik wisata, pergerakan antar kota, antar wilayah, itu benar-benar ditekan dari awal, tapi kan enggak, makanya ada bocor di mana-mana, masyarakat ikut bingung kenapa yang ini boleh dan yang itu tidak boleh.”

Sejauh ini, masyarakat seolah dijadikan objek, disuruh-suruh, dilarang-larang, tapi tidak pernah diajak mengatasi masalah bersama, tidak didengar, dan diedukasi, kata Pandu.

Simak Video Berikut Ini

Terkait Penyekatan

Pandu juga mengatakan bahwa COVID-19 akan mengikuti perpindahan orang. Selama orang bergerak, selama itulah risiko terjadi peningkatan kasus. Sedang, pergerakan bukan hanya mudik tapi juga mobilitas lain yang terkait perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain.

Kebijakan penyekatan termasuk tidak efektif menurut Pandu karena pada kenyataannya tidak semua orang dapat disekat. Ada pula orang-orang yang berhasil lolos.

Sedang, kebijakan swab antigen juga tidak menjamin keberhasilan upaya penurunan kasus. Kecukupan alat perlu diperhatikan secara mendalam. Termasuk pada antisipasi bahwa jumlah pemudik yang kembali biasanya lebih banyak dari pemudik yang berangkat.

“Mereka biasanya membawa keluarga atau kerabat sehingga jumlah arus balik mudik lebih banyak,” tutupnya.

 

Infografis Awas Lonjakan COVID-19 Libur Lebaran

Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran
Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya