Studi Spanyol Sebut Vaksin Pfizer Aman bagi Penerima Dosis Pertama AstraZeneca

Studi pencampuran vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Pfizer ini juga melaporkan efek samping yang dirasakan tidak serius

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Mei 2021, 12:23 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 12:23 WIB
Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak dengan batasan usia 12-15 tahun. (AFP/Luis Acosta)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi di Spanyol melaporkan bahwa pemberian vaksin COVID-19 Pfizer ke penerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca aman dan efektif. Penelitian Combivacs ini dilakukan oleh Carlos III Health Institute dan didukung oleh pemerintah Spanyol.

Studi tersebut merupakan salah satu studi mengenai pencampuran dua jenis vaksin COVID-19.

Para peneliti menemukan, antibodi IgG dalam aliran darah  pada mereka yang mendapatkan suntikan kedua Pfizer 30 sampai 40 kali lebih tinggi, dibanding kelompok kontrol yang hanya menerima satu dosis AstraZeneca.

Sementara, antibodi penetral meningkat tujuh kali lipat setelah pemberian vaksin Pfizer secara signifikan, lebih dari efek penggandaan yang diamati usai penyuntikkan kedua vaksin AstraZeneca.

Mengutip Global News pada Kamis (20/5/2021), studi ini melibatkan sekitar 670 orang usia 18 sampai 59 tahun yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, dengan 450 orang dari mereka mendapatkan vaksin Pfizer.

Magdalena Campins, salah satu pimpinan studi mengatakan bahwa hanya 1,7 persen peserta yang melaporkan efek samping parah, yang terbatas pada sakit kepala, nyeri otot, dan tidak enak badan umum. "Ini bukan gejala yang bisa dianggap serius," katanya.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Efek Samping

FOTO: Penghuni Panti Jompo Spanyol Jalani Vaksinasi COVID-19 Tahap Pertama
Josefa Esparza, penghuni panti jompo Ibaneta menjalani vaksinasi COVID-19 di Erro, Spanyol, Selasa (5/1/2021). Vaksin COVID-19 yang akan diterima Spanyol dikatakan cukup untuk disuntikkan kepada lebih dari 2,2 juta orang. (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Spanyol memulai studi tersebut setelah membatasi suntikan AstraZeneca hanya untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun, karena kekhawatiran adanya pembekuan darah pada orang yang lebih muda.

Pembatasan ini menyebabkan ketidakpastian yang meluas dan membuat beberapa masyarakat yang lebih muda dan telah menerima dosis pertama, tidak bisa mendapatkan dosis AstraZeneca kedua.

"Hasil hari ini mendukung kemungkinan vaksinasi pasien yang telah menerima dosis pertama dari AstraZeneca, tapi keputusannya tidak tergantung dari penyelidikan studi ini," kata Jesus Antonio Frias, Direktur Klinis di Carlos III.

Dalam studi serupa di Inggris, temuan awal menunjukkan bahwa orang yang mendapat suntikan Pfizer diikuti AstraZeneca atau sebaliknya, lebih cenderung melaporkan gejala ringan atau sedang seperti sakit kepala, dibandingkan mereka yang menerima dua jenis vaksin yang sama.

Namun, belum ada data respon imun dalam studi di Inggris. Diharapkan hasilnya bisa diumumkan beberapa bulan mendatang.

Sementara di Indonesia, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa Indonesia belum ada rencana untuk melakukan pencampuran dua jenis vaksin.

Hal ini dinyatakan Wiku dalam konferensi pers Selasa pekan ini saat merespon dihentikannya penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca batch CTMAV547.

Wiku mengatakan, beberapa studi di dunia memang melaporkan adanya potensi pencampuran dua jenis vaksin COVID-19 yang berbeda. "Namun untuk Indonesia sampai saat ini belum ada agenda untuk ini sejauh ini," katanya.

Infografis Ramai-Ramai Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ada Apa?

Infografis Ramai-Ramai Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ada Apa? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ramai-Ramai Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ada Apa? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya