Epidemiolog: Walaupun Sudah Divaksinasi, Tetap Gunakan Masker

Meski beberapa klaim vaksin buatan Amerika bisa mencegah penularan namun masker adalah cara paling efektif melindungi diri sendiri dan orang lain.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Mei 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2021, 06:00 WIB
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D.

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D mengatakan hingga saat ini tidak ada vaksin yang efektif menangkal virus corona (COVID-19). Meski beberapa klaim vaksin buatan Amerika bisa mencegah penularan namun masker adalah cara paling efektif melindungi diri sendiri dan orang lain.

"Masker adalah vaksin terbaik, murah, mudah dipakai dan terbukti bisa mencegah penularan," katanya di webinar Diaspora dan Gerakan Pakai Masker, Sabtu (22/5/2021) malam.

Menurut Pandu, sejak 102 tahun lalu Pendemi Flu Spanyol merebak, masker terbukti paling efektif dalam mencegah penularan virus. Untuk itu, ia menekankan untuk tetap menggunakan masker meskipun sejumlah orang sudah divaksinasi.

"Walaupun sudah divaksinasi tetap harus pakai masker. Karena masker efektif juga menekan penularan melalui droplet atau airbone," ujarnya.

 

Simak Video Berikut Ini:

Risiko penularan tinggi selama libur panjang

Pandu menerangkan, pola mobilitas orang Indonesia tinggi sejak sebelum Ramadan. Ia melihat kemungkinan euforia sejumlah kalangan yang mendapatkan vaksinasi namun mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, kata dia, beberapa kota kinerjanya masih belum baik dalam mengendalikan pandemi COVID-19.

"Sudah terbukti, liburan natal tahun baru luar biasa pergerakan kasus baru (COVID-19) terutama di Jawa-Bali. Apalagi setelah hari raya libur panjang akan terjadi lonjakan kasus," katanya.

Masalahnya, lanjut Pandu, hanya mudik saja yang dilarang, sedangkan tempat pariwisata dibuka sehingga meningkatkan risiko penularan.

"Pandemi ini nyata. Namun yang terjadi vaksinasi dilakukan bukan untuk pengendalian pandemi tapi untuk pemulihan ekonomi. Para pengambil kebijakan malah menghitung alokasi vaksin untuk mencapai herd immunity yang tidak mungkin tercapai. Bagaimana mau mencapai 85 persen herd immunity, Indonesia tidak punya pabrik vaksin, wilayahnya juga luas. Jadi  40 persen saja mengendalikan pandemi ini yang jadi masalah. Sehingga vaksin itu bukan satu-satunya cara. Pakai masker," pungkasnya.

Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya