Liputan6.com, Jakarta Aksi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mempraktikkan cara membuat Vaksin Nusantara di hadapan anggota Komisi VII DPR RI cukup menarik perhatian. Momen ini berlangsung saat Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR bersama Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, dan Terawan Agus Putranto.
Terawan pun membawa peralatan untuk 'demo' cara membuat Vaksin Nusantara. Peralatan tersebut disimpan dalam sebuah kotak.
Advertisement
"Saya akan mempraktikkan cara membuat Vaksin Imunoterapi Nusantara atau Vaksin Nusantara, terserah mau diberikan apa pun namanya. Intinya adalah Vaksin Sel Dendritik Imunoterapi," kata Terawan sambil memperlihatkan kotak berisi peralatan membuat Vaksin Nusantara di depan anggota Komisi VII DPR di Gedung DPR, Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (16/6/2021)).
"Dunia mengatakan sebagai Dendritic Cell Vaccine Immunotherapy. Ini ada satu boks paket yang kemudian hari bila digunakan (Vaksin Nusantara) bisa didistribusikan ke mana saja, sehingga tidak perlu cold chain (rantai dingin) untuk mendistribusikannya."
Selanjutnya, Terawan mulai menjelaskan sekaligus mempraktikkan cara membuat Vaksin Nusantara. Membuat Vaksin Nusantara bisa di rumah sakit atau klinik atau di mana saja, paling tidak punya sentrifus dan punya biological safety cabinet.
"Hari pertama yang dilakukan apa sih? Ya, kita ambil darah. Semua sudah tahu cara ambil darah kan. Ini (suntikan) produk Indonesia. Darah dimasukkan ke dalam tabung vakum sebanyak 4 biji, masing-masing 10 cc, jadi total 40 cc," jelasnya sembari memegang tabung vakum.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Hari Pertama, Inkubasi Vaksin Nusantara
Kemudian dua tabung leucosep berisi larutan premium ficoll dipersiapkan, lalu disentrifus (diputar) dulu selama 1 menit supaya larutannya turun. Ini karena ada filternya.
"Ini masih hari pertama ya. Setelah itu, kita masukkan 20 cc (darah) di tabung pertama, lalu 20 cc lagi ke tabung ficoll. Sangat simpel dan bisa dilakukan di biological safety cabinet. Dua tabung ini kita putar kecepatan 1.000 kali gaya gravitasi selama 10 menit," papar Terawan Agus Putranto.
"Kita biarkan sampai berhenti sendiri, maka otomatis terpisah antara cairan bening dengan cairan keruh atau sel akan terpisah dari serumnya. Kita ambil 2 cc untuk disimpan, yang lain dipindahkan ke dalam tabung kerucut. Kita pindahkan ke tabung kerucut tadi cairan dari dua tabung sebelumnya menjadi satu tabung."
Dari satu tabung diputar lagi dengan kecepatan 400 kali gravitasi selama 5 menit. Maka, akan terlihat endapan. Kita buang air dengan hati-hati di dalam ruang kabinet. Endapan tersebut lalu dimasukkan ke media diferensiasi (berbentuk tabung) sebanyak 25 cc.
Endapan 25 cc dicampurkan dengan larutan ficoll. Kemudian ambil 30 cc cairan yang sudah tercampur bersama media diferensiasi. Tahap berikutnya, masukkan ke dalam kantong vaksin.
"Kita masukkan di sini. Ini simpel sekali, kita buka, kasih alkohol. Kemudian kita masukkan melalui tabung yang 30 cc. Masukkan semuanya, terlihat ada udara di sini, ya kita jungkirkan (kantong vaksin) supaya udara yang di atas kita keluarkan," ujar Terawan memegang kantong vaksin.
"Nah, sesudah itu kita goyang-goyang, karena udara sudah enggak ada. Kita simpan di inkubator, inkubasi 37 derajat Celsius. Kalau inkubator 37 derajat Celsius seperti inkubator penetas ayam, tapi untuk medis ada sendiri juga.
Advertisement
Hari Kelima dan Ketujuh Pembuatan Vaksin Nusantara
Kantong vaksin berisi cairan disimpan selama 5 hari. Pada hari kelima, kantong diambil, lalu dicek, apakah ada sel yang nempel. Kemudian ambil larutan antigen protein 1 cc. Terawan mengatakan larutan tersebut masih harus impor dari Amerika Serikat.
"Cukup per 1 gram itu bisa saya pakai untuk 10 juta vaksin, 1 gram bisa 1 juta vaksin bila dosis 0,1 mikron sampai 0,1 mikron. Tetapi akan jadi hanya 3 juta vaksin kalau dosisnya 0,33 mikron dan akan menjadi hanya 1 juta vaksin bila dosisnya 1 mikron," Terawan Agus Putranto.
"Itulah yang diuji klinis fase 2, untuk menentukan berapa dosis yang paling tepat, paling efisien dari 1 gram antigen yang kami impor. Kita ambil itu pakai pipet 1 cc. Ini seperti memasak aja, tapi harus tahu. Kalau tidak, soalnya nanti dikira sulit sekali bikin vaksin."
Kemudian ambil larutan antigen yang 1 cc, masukkan ke dalam kantong vaksin yang sudah di inkubasi selama 5 hari. Masukkan alkohol, masukkan 1 cc antigen lagi. Tujuannya, agar tidak ada antigen yang menempel di dalam pipa pada kantong vaksin.
Hari ketujuh, keluarkan lagi kantong vaksin dari inkubator. Ambil tabung kerucut, digoyang-goyang. Karena sudah tidak ada antigen, disentrifus putar selama 5 menit dengan kecepatan 400 kali gravitasi. Akan terlihat endapan lagi.
"Yang digunakan di sini selalu endapannya ya, maka cairan di atasnya dibuang. Endapannya jangan sampai hilang. Ambil larutan NaCl, yakni larutan garam, kita masukkan sebanyak 25 cc, tutup, putar lagi. Endapan dibuang perlahan-lahan," lanjut Terawan.
Tahap Akhir Pembuatan Vaksin Nusantara
Tahap selanjutnya, endapan yang disambungkan menggunakan aspirator atau pipet. Ambil serum yang disimpan pada hari pertama pembuatan. Campur dengan larutan krio untuk stabilisator, 1,5 cc diambil.
"Diaduk, caranya, disedot juga sekaligus ditekan-tekan. Inilah vaksinnya yang kita ambil. Bisa simpan di lemari es," kata Terawan Agus Putranto.
Dari pembuatan Vaksin Nusantara menggunakan sel dendritik, Terawan mengaku sudah mencobanya sendiri, bahkan kepada anak dan istrinya.
"Saya sudah praktikkan sendiri, termasuk anak dan istri saya. Masa saya praktikkan begini, tapi belum mencoba langsung. Ya, enggak. Kan saya sendiri harus membuktikannya," tuturnya menutup cara 'meracik' Vaksin Nusantara.
Pimpinan Rapat Komisi VII dan beberapa anggota lain pun terlihat menyaksikan Terawan secara dekat. Meninggalkan bangku sejenak, mereka berdiri di depan Terawan dan memerhatikan dengan serius. Tentu saja, selesai Terawan 'mendemokan' Vaksin Nusantara, anggota Komisi VII kembali ke bangku masing-masing.
Advertisement