Peneliti: Skenario Terburuk COVID-19 RI, 1 Juta Kasus Baru dan 5.000 Kematian per Hari di Agustus

Epidemiolog menyebut kasus COVID-19 di Indonesia bisa mencapai 1 juta per hari pada Agustus 2021.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Jun 2021, 18:52 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 13:06 WIB
FOTO: Peningkatan Kasus COVID-19 di DKI Jakarta
Petugas medis yang mengenakan alat pelindung diri berada di luar RS Darurat Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Bertepatan dengan HUT ke-494 DKI Jakarta, ada peningkatan kasus COVID-19 yang sudah memasuki fase kritis. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Bila tidak dilakukan penanganan COVID-19 dengan optimal, penambahan kasus harian Corona di Indonesia masih bisa lebih tinggi lagi. Skenario terburuknya, dalam sehari bisa bertambah 1 juta orang mengalami sakit yang diakibatkan virus Corona.

Skenario terburuk kasus COVID-19 di Indonesia pada Agustus 2021 disampaikan epidemiolog yang juga peneliti Griffith University, Australia, Dicky Budiman.

Dicky membuat perhitungan skenario terburuk lonjakan kasus COVID-19 RI dengan memasukkan beberapa unsur, yaitu pembatasan yang tidak efektif dan angka positivity rate 20 persen-an, lalu tes dan lacak kecil, serta ditambah varian Delta yang memiliki angka reproduksi 8 (satu orang terinfeksi bisa menularkan ke delapan orang lainnya).

Untuk proyeksi terburuk, masa puncak dicapai pada pada akhir Juli hingga Agustus. Puncaknya terjadi pada pertengahan Agustus yang bisa mencapai satu juta kasus COVID-19 per hari. Lalu, jumlah kematian yang bisa terjadi adalah sekitar 5.000-an kasus per hari.

"Prediksi angka kematian itu karena banyak kasus tidak terdeteksi di rumah, sehingga ya lambat ketemu, lambat ditangani, lambat dirujuk, dan lambat mendapatkan perawatan kesehatan. Saat ingin membawa ke rumah sakit tapi penuh, sehingga bisa banyak yang tidak tertanggulangi," kata Dicky lewat pesan suara ke Health Liputan6.com pada Kamis, 30 Juni 2021.

 

Simak Juga Video Berikut

Laporan COVID-19 Pemerintah yang Seadanya

Mengingat mayoritas banyak orang dengan COVID-19 di Indonesia tidak menjalani tes, maka banyak kasus yang tidak terlapor dalam data pemerintah. Ditambah lagi, kultur sebagian masyarakat Indonesia tidak memeriksakan diri saat jatuh sakit. 

"Yang tambahan 20-ribuan kasus COVID-19 sekarang itu hanya mereka yang datang saja ke rumah sakit atau pusat layanan medis. Mayoritas orang Indonesia tidak di-tes kan," kata Dicky.

"Jadi, laporan yang disampaikan pemerintah itu laporan seadanya. Laporan dari mereka yang ada di RS atau melaporkan ke pusat layanan kesehatan. Karena memang kita bukan negara dengan intervensi testing yang masif, aktif, dan agresif," dia menambahkan.

Menghindari Skenario Terburuk

Guna menghindari kondisi dengan skenario terburuk di atas, Dicky mengatakan ada tiga strategi. Strategi utama adalah mengoptimalkan tes dan lacak kasus COVID-19, isolasi dan karantina, rawatan awal, serta vaksinasi lalu skrining orang yang masuk dari perbatasan dan karantina 14 hari.

Ditambah dengan melakukan strategi tambahan berupa disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, kebersihan diri, membatasi mobilitas, membatasi interaksi, dan menjauhi kerumunan.

Serta strategi penguat berupa pembatasan yang ketat entah itu PSBB, lockdown, karantina wilayah, atau PPKM plus seperti disampaikan Dicky.

Terkait skenario terburuk adanya peningkatan kasus COVID-19 hingga satu juta per hari pada akhir Juli dan Agustus, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan hal tersebut tentu tidak diharapkan terjadi. Malah yang terjadi adalah vaksinasi COVID-19 yang mencapai satu juta orang per hari di Juli 2021.

"Kalau Juli itu bisa sejuta orang divaksin COVID-19," kata Nadia optimistis lewat pesan singkat ke Health-Liputan6.com.

Nadia yakin masyarakat Indonesia memiliki semangat untuk mengendalikan COVID-19. Sehingga nantinya kasus ini akan bisa rendah.

"Tetap semangat dan optimis, kita yakin masyarakat Indonesia tidak gampang menyerah," kata Nadia.

 

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya