Risiko Sama dengan Dewasa, IDAI: Jangan Lagi Ada yang Bilang Anak Tak Pernah Kena COVID-19

IDAI meminta agar tidak ada yang menyebut bahwa anak tidak bisa terkena COVID-19 atau hanya mengalami gejala yang ringan saat terinfeksi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jul 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 18:00 WIB
Ketika Warga Kali Pasir Perangi Virus Corona dengan Pesan Mural
Seorang anak kenakan masker dengan latar belakang mural Indonesia Bisa Stop Corona di Lapangan Bulutangkis, Kampung Kali Pasir, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pesan mural mengajak warga untuk memutus rantai penyebaran Corona Covid-19 dengan diam di rumah. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa anak tetap memiliki prisiko terkena COVID-19 yang sama dengan orang dewasa, serta tetap bisa mengalami gejala berat hingga meninggal.

"Jadi jangan pernah ada lagi yang ngomong anak itu tidak pernah terinfeksi COVID dan anak itu (gejalanya) ringan," kata Ketua IDAI Aman B. Pulungan dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI, Senin (6/7/2021).

"Kita sudah lihat ternyata 15 persen bisa berat dan kita sudah lihat bisa meninggal," kata Aman.

"Dari awal pandemi kami sudah mengatakan kayak begitu, kenapa sih tidak pernah percaya sama IDAI?"

Aman juga mengatakan bahwa jumlah virus SARS-CoV-2 pada anak yang terinfeksi tetap bisa setara dengan orang dewasa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Sekolah Tatap Muka

Dia juga mengingatkan bahwa sekolah tatap muka tetap memiliki risiko penularan COVID-19. "Walaupun 2 jam, anak itu menjadi berkumpul," kata Aman menambahkan.

Maka dari itu, dalam rekomendasinya April lalu, IDAI mensyaratkan agar sekolah tatap muka hanya bisa dilakukan saat positivity rate di bawah 5 persen, serta tingkat kematian juga harus sudah menurun.

Selain itu, jika sekolah tatap muka dimulai, harus disiapkan pembelajaran metode campuran, dan anak serta orangtua bebas memilih. Anak yang belajar luring atau daring pun juga harus memiliki hak dan perlakuan sama.

 


Lonjakan Kasus Tak Cuma karena Varian Delta

IDAI juga meminta semua pihak untuk mewaspadai mutasi virus terutama varian Delta, yang terbukti lebih mudah menular dan menimbulkan gejala berat pada usia yang lebih muda.

"Kalau kita lihat varian Delta ini di Inggris, betul-betul pada anak membuat kasus itu banyak," kata Aman.

"Tapi kalau ditanya apakah karena varian Delta ini kita sekarang banyak? Bukan hanya karena varian Delta."

"Karena kita abai. Anak tidak di-testing, anak dibawa jalan-jalan, anak tidak pakai masker. Mau varian apa pun, kalau kita tetap prokes, menjaga anak kita dari dulu, ini tidak kejadian."

IDAI pun meminta agar masyarakat untuk saat ini tidak membawa anak ke tempat umum atau ke dalam kerumunan terlebih dahulu.


Infografis Hati-Hati Varian Baru Covid-19 Ancam Anak dan Remaja

Infografis Hati-Hati Varian Baru Covid-19 Ancam Anak dan Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Hati-Hati Varian Baru Covid-19 Ancam Anak dan Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya