Salah Satu Upaya Tekan Angka Kematian Akibat COVID-19 Menurut Pakar

Angka kematian akibat COVID-19 mengalami lonjakan yang signifikan beberapa hari terakhir. Pada 31 Juli 2021 tercatat ada 1.808 pasien meninggal akibat penyakit tersebut.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Agu 2021, 11:22 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2021, 11:22 WIB
Angka Kematian Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri Melonjak
Petugas menyemprotkan disinfektan di area makam pasien Covid-19 di TPU Pondok Kelapa, Jakarta, Selasa (13/7/2021). Tim Koalisi Warga LaporCovid-19 mencatat sebanyak 451 pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Angka kematian akibat COVID-19 mengalami lonjakan yang signifikan beberapa hari terakhir. Pada 31 Juli 2021 tercatat ada 1.808 pasien meninggal akibat penyakit tersebut.

Melihat kondisi ini, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengaku turut prihatin. Ia juga menyampaikan bahwa upaya maksimal harus dilakukan guna menganalisis dan menekan serta menurunkan jumlah kematian.

Salah satu upaya maksimal yang dapat dilakukan adalah menganalisis penyebab masalah. Analisis perlu dilakukan dengan memerhatikan dua aspek yakni:

- Analisis tentang ribuan warga yang meninggal setiap hari. Berapa yang meninggal di rumah sakit, berapa yang meninggal di rumah, berapa yang sudah dibawa ke rumah sakit dan tidak dapat tempat. Serta, bagaimana pola umurnya, mana jenis komorbid paling banyak dan lain-lain.

- Aspek kedua adalah audit kasus kematian. Ini adalah prosedur yang sudah rutin dilakukan di berbagai rumah sakit.

“Kalau hasil audit kematian ini dikumpulkan dan dikompilasi maka akan didapat pola nasional tentang apa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya angka kematian,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang dibagikan kepada Health Liputan6.com, Minggu (1/8/2021).

Simak Video Berikut

Angka Kematian dan Kasus Positif COVID-19

Tjandra menambahkan, tingginya angka kematian jelas berhubungan dengan besarnya jumlah kasus positif COVID-19 yang ada.

“Kalau angka penularan di masyarakat masih amat tinggi maka kasus akan terus bertambah. Secara proporsional kasus yang berat dan meninggal juga akan terus bertambah pula.”

Penularan di masyarakat ditandai dengan angka kepositifan (positivity rate), lanjutnya. Angka total positivity rate di Indonesia adalah sekitar 25 persen. Sementara, berdasar tes PCR saja angkanya bahkan lebih dari 40 persen.

“Angka ini harus ditekan dengan pembatasan sosial yang ketat, mulai dari pelaksanaan 3M, 5M, sampai ke berbagai jenis PPKM dan lain-lain,” kata Tjandra.

Meningkatkan Tes dan Telusur

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini juga kembali mengingatkan, salah satu hal yang mampu menurunkan angka positif adalah tes dan telusur.

“Meningkatkan tes dan telusur juga merupakan upaya yang amat penting. Hanya dengan tes dan telusur yang massif maka kita dapat menemukan kasus di masyarakat,” katanya.

Jika kasus di masyarakat segera ditemukan, maka penanganan pun bisa segera diberikan. Isolasi atau karantina bisa segera dilakukan oleh pasien sehingga rantai penularan dapat dihentikan.

 

 

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya