Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini artis Dinar Candy bikin geger jagat maya lantaran aksinya dalam memprotes kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terbilang nyeleneh.
Dinar Candy yang juga seorang disjoki (DJ) turun ke jalan dengan mengenakan bikini sambil membawa papan bertuliskan 'Saya stress karena PPKM diperpanjang'.
Baca Juga
Aksi tersebut mulanya diunggah ke Instagram pribadinya, yang kemudian tersebar luas di sosial media lainnya.
Advertisement
Saat ini, Dinar Candy diketahui tengah berada di Polres Metro Jakarta Selatan guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Ragam komentar datang dari warganet. Ada yang mendukung dan ada pula yang merasa bahwa Dinar Candy hanya cari sensasi saja. Bahkan, dia nekat melakukan hal tersebut diakibatkan gangguan mental.
Menjawab hal tersebut, psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Oktina Burlianti, mengatakan, butuh banyak asesmen untuk menilai apakah seseorang memiliki gangguan kesehatan mental atau tidak.
Sebab, satu atau dua perilaku yang muncul tidak selalu menjadi indikasi.
“Jika kita khawatir seseorang memiliki gangguan kesehatan mental, hal terbaik adalah dorong orang tersebut untuk menemui tenaga profesional,” kata Oktina kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis (5/8/2021).
“Ingat, dorong ketemu profesional ya, jangan malah digosipin atau dinyinyirin,” Oktina menambahkan.
Simak Video Berikut Ini:
Melawan Norma
Psikolog yang akrab disapa Ullie juga menambahkan bahwa tindakan Dinar Candy terbilang melawan norma. Sebab, masyarakat Indonesia paham terkait batasan aurat dan mengutamakan pakaian sopan serta tertutup.
“Manusia hidup dalam masyarakat yang memiliki aturan serta norma-norma. Jika melakukan sesuatu yang melawan norma tentu akan dianggap tidak normal," katanya.
“Jika memang kita sudah tahu akan melawan norma masyarakat, jangan marah jika kemudian menerima protes. Itu adalah konsekuensi dari tindakan,” Ullie menambahkan.
Ullie mengingatkan bahwa setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif. Dibutuhkan kedewasaan serta ketenangan diri untuk bisa memilih dan memilah tindakan serta menerima konsekuensinya.
Advertisement
Cara Menghadapi
Terkait cara menangani orang dengan kasus serupa, Ullie merekomendasikan beberapa langkah sebagai berikut:
- Tanyakan kenapa dia melakukan ini? Apa motivasinya?
- Jika sudah ditemukan apa motivasinya, tanyakan lagi: "Adakah cara lain untuk memenuhi kebutuhanmu?"
- Bantu yang bersangkutan untuk membuat beberapa alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
- Dorong yang bersangkutan untuk memilih tindakan yang paling memberikan manfaat positif baginya dan lingkungannya.
- Dorong untuk menemui tenaga profesional seperti dokter, psikolog, atau psikiater.
“Jangan dihakimi orangnya, bantu yang bersangkutan memilih tindakan yang positif,” tutupnya.
Infografis 3 Vaksin dalam Program Vaksinasi COVID-19 Nasional Kantongi Izin WHO
Advertisement