Cegah Stunting, BKKBN dan KemenPPPA Kolaborasi Pencegahan Perkawinan Anak

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) saling berkolaborasi untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 27 Agu 2021, 22:30 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2021, 22:28 WIB
BKKBN
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa untuk mencegah stunting dimulai dari hulu, dengan memberi konseling pra nikah. Selain itu mencegah terjadinya stunting dengan memberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi.

Liputan6.com, Jakarta Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) saling berkolaborasi untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting.

“Kolaborasi percepatan penurunan prevalensi stunting dengan Kementerian PPPA sangat strategis dilakukan di tingkat Kabupaten Kota, karena kebanyakan fungsi KB dan PP PA berada dalam lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Dinas yang sama sehingga apabila ada kegiatan terintegrasi bisa terlaksana dengan baik," kata dokter Hasto dalam keterangan pers, Jumat, (27/08/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Hasto menyampaikan bahwa faktor yang berpengaruh pada kejadian stunting adalah kondisi ibu saat hamil dan melahirkan.

"Makin muda usia ibu saat hamil dan melahirkan, makin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak yang stunting. Kemudian menurutnya Ibu dengan anemia dan keterpaparan terhadap asap rokok juga memiliki dampak pada gangguan kehamilan dan janin."

 

Dampak anemia

Selain itu, kata Hasto, anemia dikalangan remaja putri masih sangat tinggi di angka 48 persen dan akan semakin berpengaruh apabila remaja tersebut menikah dan hamil.

"Remaja putri usia dibawah 16 tahun yang sudah menikah dan hamil memiliki risiko yang sangat tinggi untuk kesehatannya dan tentu berakibat juga pada bayi yang dikandung,” tegas Hasto

Sementara itu, Menteri PPPA Bintang Puspayoga menjelaskan, “Pencegahan perkawinan anak memang menjadi kunci penting pencegahan stunting karena hal ini menjadi hulunya. Selain itu juga pola asuh, pola makan dan sanitasi harus juga menjadi perhatian bersama,” jelas Menteri Bintang.

Lebih lanjut menurut Menteri Bintang ada korelasi antara perkawinan anak dengan anak stunting karena menurut data, dari Provinsi dengan prevalensi stunting tinggi di Provinsi tersebut angka perkawinan anaknya juga sangat tinggi. KemenPPPA menurutnya siap berkolaborasi dengan BKKBN, karena BKKBN juga memiliki tenaga lapangan seperti Penyuluh KB dan kader yang banyak sehingga juga bisa mendukung tugas dan fungsi KemenPPPA.

 

Audiensi dengan Kementerian Agama

Saat audiensi dengan Kementerian Agama yang memiliki aplikasi SIM NIKAH, BKKBN meminta untuk calon pengantin yang akan menikah agar melapor terlebih dahulu minimal 3 bulan sebelum menikah sehingga wanita yang ingin menikah dapat diketahui status gizi, anemia atau tidak.

"Dalam setahun rata-rata ada sekitar 2 juta pernikahan apabila bisa melakukan hal tersebut sangat membantu percepatan penurunan stunting," katanya. Maka itu, pembagian tablet tambah darah yang sudah dilakukan belum terlalu berhasil. “Sangat tidak mudah mengajak remaja untuk mau minum tablet tambah darah,” ungkapnya.

Kepala BKKBN Dokter Hasto Wardoyo menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan BKKBN dan KemenPPPA diantaranya adalah bersama akan melakukan evaluasi terhadap regulasi dan kebijakan yang ada integrasi OPD KB-KPPA; Sinergitas antara forum anak dengan Genre (Generasi Berencana); Peningkatan akses layanan berkualitas bagi semua anak; Pemanfaatan data Pendataan Keluarga Tahun 2021 (PK21); Pemberdayaan perempuan dalam DAHSAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) dan Kolaborasi bimtek Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) penurunan stunting.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya