Liputan6.com, Jakarta Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) Gunadi menyebut, Varian Mu virus Corona penyebab COVID-19 diketahui sebabkan penurunan kadar antibodi. Temuan tersebut dari hasil riset awal para peneliti.
”Hasil riset awal menunjukkan, varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi, baik infeksi alamiah maupun vaksinasi, serupa dengan Varian Beta," kata Gunadi dalam rilis resmi UGM yang dipublikasikan Selasa, 7 September 2021.
"Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut."
Advertisement
Baca Juga
Varian Mu atau B.1621, menurut Gunadi, untuk saat ini tidak lebih ganas dengan Varian Delta. Hal ini melihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan kategori Varian Mu ke dalam Variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian.
Walau begitu, kategori VoI WHO masih terus meneliti terkait keganasan dan penularan Varian Mu.
”(Saat ini) Varian Delta masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang paling diperhatikan, maka levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI,” pungkas Gunadi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Bangun Kekebalan COVID-19 dengan Vaksinasi
Gunadi menekankan, Varian Mu sampai saat ini belum terdeteksi di Indonesia. Namun, upaya pengetatan pintu masuk ke Indonesia agar tidak sampai menyebar luas, seperti Varian Delta perlu dilakukan.
Virus Corona terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi. Bagi mereka yang sudah pernah terpapar COVID-19 ata pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.
“Kekebalan alami yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut,” tegas Gunadi.
Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum divaksinasi, lanjut Gunadi, sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu.
Akan tetapi, antisipasi tetap diperlukan dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dan percepatan program vaksinasi.
“Vaksin mencegah keparahan,” lanjutnya.
Advertisement