Pakar: Lebih dari 21.000 Orang Indonesia Mengidap Kanker Hati

Kepala Departemen Laboratorium Terintegrasi RS Siloam MRCC, Dr. dr Agus Kosasih, Sp.PK(K), MARS menjelaskan terkait risiko kanker hati.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Sep 2021, 16:02 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2021, 16:02 WIB
Ilustrasi kanker hati
Ilustrasi kanker hati Credit: pexels.com/Jesso

Liputan6.com, Jakarta Kepala Departemen Laboratorium Terintegrasi RS Siloam MRCC, Dr. dr Agus Kosasih, Sp.PK(K), MARS menjelaskan kanker hati adalah kanker paling umum ke-6 di dunia.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020 menunjukkan lebih dari 900.000 orang di dunia didiagnosis menderita kanker hati.

Sementara, di Indonesia terdapat lebih dari 21.000 jumlah pasien kanker hati. Sekitarl 90 persen dari kasus kanker hati primer adalah kanker sel hati (karsinoma sel hati/hepatoseluler karsinoma/HCC).

Kanker hati berkembang pada pasien dengan penyakit hati kronis. Sekitar 80-90 persen kanker hati berkembang pada pasien sirosis (kerusakan hati kronis).

“Sedang, 15 persen dari HCC dikembangkan tanpa sirosis sebelumnya,” ujar Agus dalam seminar daring Roche Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Penyabab Kanker Hati

Agus juga menyampaikan persentase kanker hati di Asia Tenggara dengan berbagai penyebabnya sebagai berikut:

-Kanker hati yang disebabkan oleh penyakit hati alkoholik sebanyak 31 persen.

-Kanker hati yang disebabkan hepatitis B sebanyak 26 persen.

-Kanker hati yang disebabkan hepatitis C sebanyak 22 persen.

-Kanker hati yang disebabkan oleh penyebab lain seperti alfatoksin dari kapang (jamur makanan basi) sebanyak 21 persen.

Silent Killer

Kanker hati disebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam. Pasalnya, kanker hati tidak menunjukkan gejala hingga stadium lanjut.

“Di negara-negara Asia, hanya sekitar 20-33 persen yang didiagnosis pada tahap awal.”

Kanker hati stadium lanjut dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang buruk dan kualitas hidup rendah selama 5 tahun.

Maka dari itu, skrining dan surveilans perlu dilakukan agar terhindar dari kanker hati yang lebih parah. Skrining dilakukan pada suatu populasi tertentu. Populasi tersebut diuji untuk mengidentifikasi individu-individu yang mungkin mendapat manfaat dari pengujian atau pengobatan lebih lanjut.

Sedang, surveilans adalah pengujian berkala pada kejadian penyakit menggunakan diagnostik dalam populasi berisiko.

“Jadi skrining itu dilakukan pada satu populasi termasuk yang terkena dan tidak terkena kanker hati. Sedangkan surveilans dilakukan hanya pada pasien kanker hati.”

Surveilans bertujuan mendeteksi penyakit sejak dini dalam perkembangannya. Surveilans juga dilakukan guna mengurangi morbiditas, mortalitas, dan beban keuangan secara keseluruhan pada sistem perawatan kesehatan.

“Saat ini, surveilans paling sering dilakukan melalui ultrasonografi (USG) hati dan pengukuran alfa feto protein (AFP) setiap 6 bulan. Surveilans terbukti berhasil mengurangi 37 persen kematian akibat HCC dan beban keuangan,” pungkas Agus.

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?
Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya