Liputan6.com, Jakarta - Strategi pengendalian COVID-19 di Indonesia tidak lepas dari dukungan sistem database terintegrasi. Penerapan sistem tersebut terutama digunakan dalam upaya 3T (testing, tracing, treatment) hingga deteksi varian virus Corona.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memaparkan, strategi kedua pengendalian COVID-19 Indonesia berupa pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Untuk strategi pertama, yakni penerapan protokol kesehatan.
Advertisement
Baca Juga
"Strategi yang kami terapkan adalah membuat sistem database yang terintegrasi. Kami melakukan testing laboratorium yang terintegrasi dalam Sistem Database Nasional dan juga semua tracing," papar Budi Gunadi dalam sesi Lessons Learn From Managing The COVID-19 Pandemic in ASEAN pada Rabu, 6 Oktober 2021.
"Itu terkoneksi kepada 10.000 fasilitas perawatan primer (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP) di seluruh pulau di Indonesia. Mereka dapat menggunakan sistem lewat ponsel."
Penerapan Sistem Database Terintegrasi pun tidak hanya digunakan oleh petugas kesehatan, melainkan juga digunakan oleh TNI Polri.
"Mereka ikut membantu dalam melakukan tracing karena kan jangkauannya jauh lebih luas dari petugas kesehatan di Kementerian Kesehatan sendiri. Dengan menggunakan ponsel itulah, mereka bisa langsung memasukkan data ke dalam sistem," lanjut Budi Gunadi.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Satu Sistem Database Deteksi Varian Corona
Adanya kerja sama seluruh pihak dalam Sistem Database Nasional, lanjut Budi Gunadi Sadikin merupakan upaya kolaborasi bersama. Hal itu juga disampaikan saat pertemuan United Nations General Assembly beberapa waktu silam.
"Saat United Nations General Assembly, sebenarnya, Indonesia sebagai contoh dalam kerja sama dan kolaborasi dalam penggunaan sistem database terintegrasi untuk membantu penanganan pandemi," ujarnya.
Upaya pendeteksian varian virus Corona juga terintegrasi dalam satu sistem database. Ketika varian baru virus Corona terdeteksi, maka bisa diketahui lebih cepat untuk segera ditangani.
"Kami juga telah membentuk jaringan untuk sekuensing genom. Sebelum tahun 2020, kami hanya melakukan tes genom sekuensing 100-130 genom dalam 9 bulan. Sekarang, dalam 9 bulan, kami sudah melakukan hampir 8.000 pengurutan genom," imbuh Menkes Budi.
"Jadi, sekali lagi, lab pengurutan genom ini terintegrasi dengan satu sistem database. Sehingga kita tahu persis, di mana mutasi virus baru diidentifikasi dan cara mengatasinya dengan cepat."
Advertisement