Kenali Perbedaan antara Depresi dan Malas, Beserta Penyebabnya

Perbedaan depresi dan malas yang seringkali samar

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2021, 11:00 WIB
[Fimela] ilustrasi depresi
ilustrasi depresi | pexels.com/@pixabay

Liputan6.com, Jakarta Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang sering disalahartikan sebagai sifat malas.

Hal ini dikarenakan depresi dan kemalasan memiliki banyak kesamaan.

Gejala umum dari depresi dan penyakit mental selalu diawali dengan perasaan malas, dimana itu mempengaruhi motivasi, konsentrasi, tingkat energi, dan kualitas kerja yang dihasilkan.

Berikut ini dilansir dari Psychology Today, hal-hal yang membedakan rasa malas dan tanda orang mengalami depresi, serta penyebabnya.

Perbedaan Utama Depresi dan Malas

Perbedaan utama depresi dan malas terletak pada bagaimana keduanya mempengaruhi motivasi, konsentrasi, dan kualitas kerja seseorang.

Pada umunya, orang yang malas hanya tidak termotivasi oleh hal-hal di luar kendali mereka karena mereka tidak memiliki kesadaran diri atau wawasan tentang apa yang memotivasi mereka.

Kemalasan lebih merupakan pengalaman situasional. Beberapa hari Anda mungkin merasa malas karena lelah dari minggu yang sibuk.

Sedangkan depresi, ini mempengaruhi kesehatan mental dan suasana hati seseorang. Depresi dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terlepas dari berapa banyak istirahat yang Anda dapatkan.

Kecanduan Media Sosial

Seiring dengan berkembangnya teknologi, kecanduan media sosial juga menjadi penyumbang masalah depresi dan rasa malas terbesar di dunia.

Pengguliran media sosial Anda secara tidak langsung sangat berkontribusi pada kesehatan mental Anda, baik secara positif maupun negatif.

Sebuah studi menunjukkan, bahwa orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di media sosial, setidaknya dua kali mengecek media sosial dalam sehari, lebih mungkin merasa terisolasi secara sosial.

Hal ini membuat mereka memutuskan hubungan dari kehidupan nyata dan akhirnya malah menghabiskan waktu di dunia maya untuk mencari kesenangan diri mereka sendiri.

Shannon Poppito, seorang psikolog di Baylor Medical University di Dallas menyatakan, dengan terus terlibat dalam kehidupan orang lain melalui penggunaan media sosial setiap hari, mereka juga mulai membanding-bandingkan diri sendiri dengan apa yang orang lain tampilkan di dunia maya.

Ini tentu dapat memengaruhi perkembangan psikologis dan sosial seseorang, dan menyebabkan mereka menjadi tertekan karena tidak bisa menampilkan diri mereka sendiri di dunia nyata.

 

Reporter: Lianna Leticia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya