Menkes Budi Sebut Vaksinasi COVID-19 pada Masyarakat Adat Lebih Menantang

Setiap suku adat di masing-masing daerah punya pandangan tertentu mengenai vaksinasi COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Okt 2021, 15:29 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 15:29 WIB
Vaksinasi COVID-19 Masyarakat Baduy
Warga Baduy Dalam ikut vaksinasi COVID-19 yang digelar di Kawasan Adat Baduy, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten pada Kamis (14/10/2021). (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Ciboleger Vaksinasi COVID-19 masyarakat adat, menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, termasuk salah satu yang menantang. Ini karena setiap suku adat di masing-masing daerah punya pandangan tertentu mengenai vaksinasi.

Pendekatan sosial dinilai menjadi kunci agar masyarakat adat mau ikut vaksinasi COVID-19. Upaya ini demi mempercepat vaksinasi meski capaian vaksinasi dosis pertama sudah lebih dari 100 juta suntikan.

"Kita sudah di atas 100 juta (suntikan dosis pertama), yang 100 juta sisanya, derajat kesulitannya beda. Kami bikin beberapa sentral (vaksinasi) ada semua. Ada di Sumatera Barat, Mentawai," terang Budi Gunadi di sela-sela peninjauan vaksinasi masyarakat Baduy di Ciboleger, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (14/10/2021).

"Saya kemarin ke Ambon, Tanimbar, Seram, lebih susah distribusinya (vaksin). Secara sosial (vaksinasi) juga lebih menantang. Jadi, ada suku adat, suku Papua, Aceh, Sumbar, yang pendekatan sosial jadi penting."

Edukasi dan sosialisasi vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat adat juga memerlukan bantuan komunitas tertentu, seperti Mandalawangi Bergerak, Mahasiwa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia, dan Wanadri--Perhimpunan Penempuh dan Rimba Kaki Gunung.

"Kita masuk secara formal belum tentu mulus, perlu dibantu Wanadri, Mapala UI, karena mereka lebih kenal dari segi sosial. Diharapkan ada percepatan vaksinasi," lanjut Budi Gunadi Sadikin.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Hoaks Bikin Enggan Masyarakat Divaksinasi

Vaksinasi COVID-19 Masyarakat Baduy
Warga Baduy Dalam ikut vaksinasi COVID-19 yang digelar di Kawasan Adat Baduy, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten pada Kamis (14/10/2021). (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Selain strategi sosial, agar mau masyarakat adat ikut vaksinasi COVID-19 terkait penyebaran informasi. Maraknya informasi hoaks seputar vaksin dan vaksinasi menjadi salah satu penyebab masyarakat adat enggan divaksin.

"Butuh bantuan wartawan juga ya. Seperti tadi, kepala desanya bilang, kenapa orang enggak mau (divaksin)? Karena hoaksnya banyak sekali," jelas Budi Gunadi Sadikin.

"Kalau di kesehatan, tugasnya dokter membuat sehat. Nah, tugas media membuat informasi yang benar. Saya minta tolong kepada media, kalau infonya salah, masyarakat nanti mengambil tindakannya salah. Saya minta pada media sebarkanlah informasi yang benar, jangan sampai salah."

Lebih lanjut, Menkes Budi Gunadi menargetkan 250-300 juta dosis suntikan pada akhir tahun 2021. Ini melihat laju suntik yang juga semakin naik.

"Buat update, kita 50 juta suntik pertama dalam jangka waktu 26 minggu. Dari 13 Januari, 50 juta suntik tercapai 8 juli. Lalu menuju 100 juta suntik cuma 7 minggu sampai 31 Agustus," katanya.

"Kita sudah suntik hampir 160 juta enggak sampai 5 minggu. Kalau lihat rate (rata-rata) gitu, artinya kita capai Desember 2021 kira-kira 100-150 juta suntik. Akhir tahun 250-300 juta dosis vaksin yang disuntik."

Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19

Infografis Cek Fakta Hoaks Vaksin
Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya