[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Pengalaman Naik Pesawat Terbang

Ada tiga pengalaman dan pengamatan saya dalam kaitannya dengan pencegahan penularan COVID-19.

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 23 Okt 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2021, 14:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama. Dok. pribadi

Liputan6.com, Jakarta Sejak pensiun dari WHO September 2020 dan terbang kembali ke Jakarta dari New Delhi maka saya baru 20 Oktober 2021 kembali naik pesawat terbang, pergi ke Bali mengikuti pertemuan Tuberculosis (TB) Summit 2021. Ada tiga pengalaman dan pengamatan saya dalam kaitannya dengan pencegahan penularan COVID-19.

Pertama, tentang test. Sebelum berangkat saya periksa swab antigen di Klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno Hatta, sesuatu yang sesuai aturan beberapa hari yang lalu. Hanya 2 atau 3 menit sesudah ada hasil maka sudah masuk ke aplikasi Peduli Lindungi saya, cepat sekali.

Ketika akan pulang dari Denpasar ke Jakarta, sesuai aturan yang baru maka saya periksa PCR, diambil swab jam 13.00 dan keeseokan paginya jam 09.00 juga sudah tercatat di aplikasi Peduli Lindungi saya.

Dalam hal ini saya sepakat agar digunakan test PCR untuk bepergian dengan pesawat terbang ini, karena memang test PCR merupakan “gold standard” dengan tingkat akurasi yang paling tinggi. Artinya, hasil negatif test PCR memberi keamanan yang lebih tinggi untuk pencegahan penularan COVID-19.

Kita tahu bahwa dengan sensitivitas dan spesifisitas yang ada maka kalau hasil rapid antigen negatif maka memang masih mungkin saja ada virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 dalam tubuh seseorang, dan tentu punya potensi untuk menular ke orang sekitarnya. Dengan sudah melandainya kasus maka akan makin banyak orang bepergian, dan tentu akan lebih baik kalau kita semua dapat bepergian dengan aman.

 

Ramai penumpang

Kedua, di bandara. Secara umum bandara sudah cukup ramai penumpang, dan di beberapa restoran kelihatan pengunjung cukup banyak, juga ada antrean (tanpa jarak) sekitar 5 sampai 10 orang di kedai kopi ternama. Ketika antre akan naik pesawat di gate di bandara Soekarno Hatta Jakarta maupun di bandara Ngurah Rai Denpasar maka antrean masuk ke pesawatnya panjang sekali, dan praktis tidak menjaga jarak. Hal ini sebaiknya diperbaiki, walaupun sedang antre maka tetap harus berjarak setidaknya 1 meter antar penumpang, 

Baik depan belakang maupun antar barisan antrean kiri kanan. Ada satu hal lain yang juga sebaiknya diperbaiki, sesudah antrean dan petugas memeriksa boarding pass dan kita harus memperlihatkan KTP atau pengenal lain sebelum naik pesawat, maka di bandara  Ngurah Rai penumpang diminta membuka masker.

Mungkin maksudnya untuk mencek apakah wajah sesuai dengan yang di kartu pengenal. Padahal saat itu cukup banyak orang yang antre dalam beberapa baris, petugas dll, sehingga membuka masker walaupun sebentar tentu membuat risiko untuk terjadinya penularan. Baik kalau kebijakan harus membuka masker ini ditinjau kembali.

Hal lain yang juga cukup panjang antreannya yang juga tidak menjaga jarak adalah waktu memeriksa eHAC  dll. di bandara kedatangan. Mungkin perlu dicari cara lebih baik, misalnya dengan menyediakan mesin agar penumpang dapat langsung men scan eHAC dll. tanpa perlu harus antre dan di cek satu per satu sebelum akhirnya mengambil bagasi.

 

Pesawat penuh

Ketiga, di dalam pesawat memang penumpang penuh. Kepada penumpang dibagikan makanan dan minuman dengan pesan yang simpatik untuk makanan itu dibawah pulang saja dan kalau tidak perlu sekali tidak usah dikonsumsi di dalam pesawat.

Tetapi pada kenyataannya, baik di penerbangan Jakarta ke Bali dan juga sebaliknya maka orang yang duduk di sebelah saya membuka bungkusan makanan dan menyantapnya di pesawat.

Memang tidak salah, tetapi membuka masker dan makan sambil banyak bercakap-cakap tentu meningkatkan risiko penularan pula jadinya, walaupun pesawat sudah dilengkapi dengan Hepa Filter dll.

Memang kita memerlukan berbagai penyesuaian dalam pola kehidupan baru dengan COVID-19 ini. Kita semua perlu belajar menyesuaikan diri, baik masyarakat luas maupun para petugas dan penentu kebijakan publik.

 

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI, Anggota IAVG-COVAX, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Infografis 6 Tips Cuci Pakaian Hindari Penularan Covid-19

Infografis 6 Tips Cuci Pakaian Hindari Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 6 Tips Cuci Pakaian Hindari Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya