Better Life Farming Center, Kios Cerdas Palugada Bagi Petani

Better Life Farming Center merupakan kios cerdas untuk petani yang dibangun PT Bayer Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Okt 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2021, 16:00 WIB
Better Life Farming, Better Life Farming Center
Para pelaku dan pemilik Better Life Farming (BLF) Partner dan Better Life Farming Center (BLFC). Program yang menjangkau empat juta petani, dengan 20 persennya adalah petani wanita. Bayer Indonesia ingin adanya kesetaraan gender dalam menjalankan program BLF/BLFC (Foto: AEP/Liputan6.com)

Liputan6.com, Cirebon - Nyaris satu tahun perusahaan global dengan kompetensi di bidang kesehatan dan pertanian, Bayer Indonesia, menjalankan program Better Life Farming (BLF).

BLF yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani merupakan hasil kolaborasi antara Bayer Indonesia dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) dan mitra lainnya.

Selama 10 tahun ke depan, Bayer Indonesia berencana menjalankan program Better Life Farming di 17 provinsi guna menjangkau empat juta petani. Dengan 20 persennya adalah petani wanita.

Pada peringatan Hari Pangan Sedunia ke-41, Senin, 25 Oktober 2021, di Cirebon, Jawa Barat, Bayer Indonesia pun mengajukan Better Life Farming sebagai solusi pertanian di Indonesia.

Direktur PT Bayer Indonesia dan Country Commercial Lead Crop Science Indonesia & Malaysia, Patrick Gerlich, mengatakan, langkah tersebut diambil demi mewujudkan tujuan Rencana Pembangunan Nasional dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) guna mengentaskan kemiskinan, kesejahteraan petani, dan mewujudkan kesetaraan gender.

"Ketika petani bergabung dalam program ini, mereka akan dapat meningkatkan keterampilannya melalui pelatihan praktik pertanian yang baik, serta akses dukungan infrastruktur rantai nilai yang lengkap," kata Patrick kepada sejumlah wartawan.

Dan, hingga Oktober 2021, Patrick mengatakan bahwa Bayer Indonesia berhasil mendirikan 270 Better Life Farming Centers (BLFC) atau kios cerdas pertanian.

Patrick, menyebut, BLFC tak ubahnya swalayan yang diperuntukan bagi para petani. Palugada, apa yang petani butuhkan dipastikan ada!

 

Mengenai Better Life Farming Center

Better Life Farming, Better Life Farming Center
Feri, Endang, dan Uci, tiga orang pelaku program Better Life Farming dan Better Life Farming Center (BLFC) yang sudah merasakan langsung merasakan manfaat menjalankan 'Kios Cerdas Pertanian' berkat bimbingan dari Bayer Indonesia (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Lebih lanjut dijelaskan Smallholders Farming Manager Bayer - Crop Science, Dani Prasetya bahwa Better Life Farming Center mengkover tiga desa, terdiri dari satu desa pilot dan dua desa terpengaruh. Sehingga dapat merangkul sedikitnya 1.000 orang petani.

"Satu desa rata-rata punya 300 sampai 500 petani, dengan mengkover tiga desa, akan dapat sebanyak itu," katanya.

Menurut Dani, siapa saja bisa mengajukan membangun BLFC selama memenuhi syarat. Ada pun syaratnya, sebagai berikut:

1. Memiliki lokal kios di daerah tersebut

2. Badan Usaha Milik Desa

3. Koperasi Petani

4. Pengumpul Hasil Panen

5. Pengusaha-pengusaha milenial.

"Jadi, setiap orang boleh menjadi BLFC. Akan Bayer support developt bisnisnya, knowledge, dan skill agar menjadi satu jaringan di situ," kata Dani.

Sebelumnya, Patrick menyinggung bahwa 20 persen dari target empat juta petani untuk bergabung ke dalam program BLF maupun BLFC adalah wanita.

Menurut Patrick, hal tersebut sejalan dengan tujuan dibangunnya Better Life Farming, yaitu kesetaraan gender.

"Kita tahu bahwa petani wanita kurang dihargai. Setiap ada pelatihan, yang diundang pria. Setiap ada satu keberhasilan dalam setiap kesempatan, yang dipuji pria," kata Patrick.

"Padahal, wanita punya peran besar dalam ekosistem pertanian desa. Hanya saja mereka under appriciate. Oleh sebab itu, Bayer juga menargetkan wanita. Kita latih kewirausahaannya agar mereka bisa menjalankan BLFC dengan baik," Patrick melanjutkan.

 

Pelaku Program Better Life Farming Center Bayer Indonesia

Better Life Farming, Better Life Farming Center
Better Life Farming Center atau Kios Cerdas berisi kelengkapan semua hal yang petani butuhkan (Foto: PT Bayer Indonesia)

Pada kesempatan itu, turut hadir tiga pelaku, dua di antaranya adalah wanita, yang telah mencapai kesuksesan dalam menjalankan program Better Life Farming. Endang, BLF Partner yang menaungi banyak BLFC, dan Uci, BLFC dari Banten.

Pihak Bayer Indonesia menyebut Endang termasuk salah satu BLF Partner paling potensial di Jawa Tengah. Selain menaungi banyak BLF, Endang juga merupakan pemberi modal petani.

Dari awal pendaan sampai hasil panen keluar, petani akan mendapatkan harga yang lebih baik lantaran rantai produksi dan rantai harga bisa dikurangi.

Pun dengan Uci, yang sudah merasakan sendiri manfaat setelah nyaris satu tahun menjalankan Better Life Center (BLFC).

Di mata Uci, BLFC merupakan wadah yang berhasil merangkul petani dengan sangat baik. Setelah bergabung, Bayer Indonesia mendidik petani menjadi lebih pintar.

"Ketika petani pintar, cara kerja dan cara dia menanam akan menjadi bagus. Saya, sebagai pemilik BLFC, dan petani dibimbing agar penghasilan dan pendapatan bertambah," kata Uci saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sebagai pemilik BLFC, Uci pun menjalankan tugasnya tak khayalnya seorang dokter. Ketika para petani mendatanginya dan mengonsultasikan permasalahan mengenai panen dan hal terkait lainnya, Uci jadi tahu harus bagaimana.

"Dari panen, benih, obat-obatan, pestisida, sudah dibantu sama Bayer. Saya tinggal menjual kepada petani. Saya juga enggak asal jual, karena kalau hasil panen petani tidak maksimal, saya juga yang jelek," katanya.

Uci bukanlah seorang petani. Namun, kedua orangtuanya adalah petani. Dengan menjalankan 'bisnis' ini, Uci turut membantu para petani 'hidup enak'.

"Saya miris, dari dulu sampai sekarang petani kok begitu-begitu saja. Monoton. Enggak cerdas. Misal, ketika petani ingin beli ini itu untuk sawahnya, mereka hanya sekadar dikasih tanpa mendapat penjelasan sama sekali," kata Uci.

"Di BLFC, tidak. Ketika petani datang ke kios saya, petani terlebih dahulu memberitahu keluhannya. Saya pun jadi tahu harus bagaimana. Sehingga, begitu pulang, jadi tahu apa permasalahannya," Uci melanjutkan.

Menurut Uci, semua obat memang bagus, tapi kalau yang memberinya tidak bagus atau kurang teredukasi, bukan hasil baik yang baik, tapi sebaliknya.

"Kayak kita sakit kepala, lalu dikasihnya obat mag, enggak cocok. Obatnya enggak salah, yang salah yang kasih," katanya.

"Makanya, saya selalu tekankan, kita cari solusinya bersama. Ketika petani datang ke saya, saya tanya keluhannya apa, kita kasih solusi yang tepat. Terus petani akan tahu dan lama-lama cerdas. Kita saja diarahkan dengan baik sama Bayer, masa kita tidak melakukan hal seperti itu?," Uci menambahkan.

 

BLFC Uci Mengkover Tiga Desa

Better Life Farming, Better Life Farming Center
Feri, Endang, dan Uci, tiga orang pelaku program Better Life Farming dan Better Life Farming Center (BLFC) bersama Direktur PT Bayer Indonesia dan Country Commercial Lead Crop Science Indonesia & Malaysia, Patrick Gerlich. (Foto: PT Bayer Indonesia)

Lebih lanjut, Uci, mengatakan, dirinya mengkover tiga desa dengan jumlah petani sebanyak 700 orang. Sampai bisa memeroleh angka sebanyak itu, hal yang pertama Uci lakukan adalah mengumpulkan tetangga desa terdekat.

"Ketika tetangga desa terdekat sudah melihat dan merasakan langsung hasilnya, lama-lama petani lain akan tahu. Petani itu tidak butuh teori, butuhnya bukti. Enggak cukup hanya dibilang pakai ini, hasilnya akan bagus tapi hasilnya nihil," katanya.

"Kita sebagai penjual, begitu bagus, enggak usah promosi pun petani-petani itu akan langsung bergerak. Makanya, saya bisa dapat sebanyak itu," ujarnya.

Ketika semua hal tersebut dijalankan dengan baik, keuntungan bagi pemilik kios atau BLFC akan mengikuti dengan sendirinya.

Itu pula yang Uci rasakan. Penghasilan bertambah lantaran peningkatannya bisa sampai 50 persen.

"Bukan cuma saya, petani-petani tersebut pun dapat meningkatkan produktivitas tanaman lebih dari 20 persen, serta pendapatan petani pun meningkat rata-rata 25 hingga 50 persen," katanya.

Sebagaimana disampaikan Patrcik, dari sisi pencapaian, program Better Life Farming telah berhasil memberikan solusi holistik kepada petani dan petani wanita, yaitu:

1. Meningkatkan produktivitas tanaman rata-rata lebih dari 20 persen

2. Meningkatkan pendapatan petani rata-rata lebih dari 25 persen

3. Memerkuat ekonomi dan wirausaha desa

4. Membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan, yang melibatkan empat lembaga keuangan, tujuh off-taker, satu asuransi pertanian, tiga penyedia layanan drone, serta retailer dan distributor Agri-Input.

"Dari penyewaaan drone saja, saya juga dapat untung. Misal, untuk satu hektar, drone disewakan seharga Rp200 ribu dari sananya. Saya ke petani biayanya Rp225 ribu, saya dapat untungnya Rp25 ribu per hektar," kata Uci.

"Drone ini bukan punya bayer, tapi bekerjasama dengan Bayer. Dia me-link-an ke saya, saya link-an ke petani. Saya akan dapat untung dari drone tersebut," Uci menambahkan.

Better Life Farming, Better Life Farming Center
Drone untuk menyebarkan pupuk dan pestisida.

Apresiasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo

Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, hadir pada perayaan hari Pangan Sedunia ke-41 di Cirebon, Jawa Barat (Foto: PT Bayer Indonesia)

Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, yang hadir dan membuka acara Hari Pangan Sedunia ke-41 mengapresiasi program Better Life Farming yang dijalankan Bayer Indonesia.

Menurut Yasin, ketahanan pangan selalu menjadi prioritas utama pembangunan nasional pada 2020-2024, dan petani memiliki peran besar dalam membantu memastikan ketersediaan bahan pangan dalam negeri.

"Oleh sebab itu, kami sangat mengapresiasi program ‘Better Life Farming’ yang dijalankan Bayer. Model yang dijalankan dalam program tersebut telah terbukti berhasil memberdayakan petani, memastikan akses mereka terhadap jaringan rantai nilai, dan menyediakan dukungan untuk kebutuhan petani dengan lebih terjangkau melalui one-stop solution center," kata Yasin.

Model seperti ini, lanjut Yasin, layak diimplementasikan di seluruh wilayah pertanian Indonesia.

Apresiasi yang disampaikan Yasin membuat Bayer Indonesia optimis dapat menjangkau empat juta petani dan mengembangkan 3.000 BLFC di seluruh Indonesia pada tahun 2030.

Patrick, mengatakan, Bayer Indonesia pada November 2021 akan memerluas jangkauan program ke-3 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, yaitu: Kupang, Belu dan Timor Tengah Utara.

"Khusus untuk NTT, Bayer akan menambahkan edukasi kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana dan perawatan kesehatan mandiri bagi keluarga tani untuk menurunkan prevalensi stunting," katanya.

Tujuannya agar selain produktivitas meningkat, petani di Indonesia mendapatkan kesehatan yang juga baik. Sebab, kalau kedua unsur ini tidak saling melengkapi, kapan petani mau sejahtera?

Dengan petani punya perencanaan keluarga yang baik, anak dua saja cukup, petani pun bisa menyekolahkan anaknya dengan baik lagi.

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19.

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya