Mengenal Stroke, Kondisi Medis yang Perlu Segera Dapat Penanganan

Stroke dikategorikan sebagai keadaan darurat medis yang perlu penanganan langsung untuk menghindari kerusakan pada otak yang cukup parah.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2021, 16:29 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2021, 10:00 WIB
Mengenal Gejala Stroke yang Paling Umum
Ilustrasi Gejala Stroke Credit: pexels.com/Thirdman

Liputan6.com, Jakarta - Stroke adalah kondisi yang terjadi saat asupan darah menuju ke otak tiba-tiba terganggu atau sama sekali terhenti. Sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi.

Akibatnya, dalam hitungan menit saja, sel-sel otak mulai mati. Gejala akan bertahan lebih dari 24 jam atau sampai kematian.

Menurut data WHO pada tahun 2018, kematian akibat stroke di Indonesia telah mencapai 252,473 atau 14.83 persen dari total kematian. Penyakit ini menempati posisi pertama pada penyebab kematian tertinggi pada tahun 2009-2019.

Dokter spesialis saraf konsultan Dodik Tugasworo Pramukarso menjelaskan bahwa stroke dikategorikan sebagai keadaan darurat medis yang perlu penanganan langsung untuk menghindari kerusakan pada otak yang cukup parah.

"Semakin lama ditunda (untuk mendapatkan penanganganan medis) maka kerusakan pada otak yang semakin parah," jelas Dodik.

Ada dua jenis stroke utama yang umum terjadi di Indonesia: stroke sumbatan (stroke iskemik) dan stroke perdarahan (stroke hemoragik). Beberapa orang juga mungkin hanya mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak, yang dikenal sebagai serangan iskemik transien (TIA), yang tidak menyebabkan gejala yang bertahan lama.

"Keduanya sulit dibedakan secara klinis," jelas Dodik pada virtual conference, Kamis (28/10/2021).

Sehingga diagnosis menggunakan CT Scan sangat diperlukan untuk membedakan kedua kondisi tersebut.

 

Stroke Iskemik

Melansir Mayo Clinic, stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum ketika pembuluh darah otak menyempit atau tersumbat, dan menyebabkan aliran darah sangat berkurang.

Pembuluh darah yang tersumbat atau menyempit ini biasanya disebabkan oleh timbunan lemak yang menumpuk di pembuluh darah, atau oleh kotoran lain yang mengalir melalui aliran darah dan bersarang di pembuluh darah di otak Anda.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 dapat menjadi penyebab stroke iskemik, tetapi studi lebih lanjut masih diperlukan.

Stroke Hemoragik

Jenis stroke ini terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau pecah. Darah dari arteri itu menciptakan tekanan berlebih di tengkorak dan membuat otak membengkak, merusak sel dan jaringan otak.

Pendarahan otak dapat terjadi akibat banyak kondisi yang memengaruhi pembuluh darah Anda, diantaranya:

  • Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
  • Pengobatan berlebihan dengan pengencer darah (antikoagulan)
  • Tonjolan di titik lemah di dinding pembuluh darah Anda (aneurisma)
  • Trauma (seperti kecelakaan mobil)
  • Deposit protein pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah (cerebral amyloid angiopathy)
  • Stroke iskemik yang menyebabkan perdarahan

 

Serangan Iskemik Transien (TIA)

Serangan iskemik transien (TIA), atau dikenal sebagai ministroke, adalah periode gejala sementara yang mirip dengan yang dialami pada stroke yang tidak menimbulkan kerusakan permanen.

Hal itu disebabkan oleh penurunan sementara suplai darah ke bagian otak, yang mungkin berlangsung hanya selama lima menit. Gejala yang dirasakan pun hanya bertahan dalam waktu kurang 24 jam, jelas Dodik.

Meskipun gejala stroke ringan umumnya menghilang dengan sendirinya, kondisi ini merupakan tanda bahaya bahwa stroke berisiko terjadi di kemudian hari.

Seperti stroke iskemik, TIA juga terjadi ketika timbunan lemak atau kotoran lainnya menghalangi aliran darah ke bagian dari sistem saraf otak.

Memiliki TIA meningkatkan risiko Anda mengalami stroke parah di kemudian hari.

Reporter: Lianna Leticia

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya