Liputan6.com, Jakarta - Varian Omicron membuat peningkatan kasus di Inggris melonjak. Dalam sepekan paling tidak sudah 1,4 juta orang di sana yang terinfeksi COVID-19.
Kajian studi terus dilakukan pada pasien COVID-19 yang terpapar Omicron. Berdasarkan olah data yang dilakukan aplikasi ZOE Covid Study menunjukkan setengah dari mereka yang terpapar Omicron menunjukkan gejala seperti common cold atau salesma yakni sebuah kondisi yang diawali dengan sakit tenggorokan, pilek, dan pusing seperti disampaikan pimpinan ZOE Covid Study, Profesor Tim Spector.
"Data ZOE dengan jelas menunjukkan bahwa gejala tidak lagi batuk terus menerus, demam tinggi dan kehilangan kemampuan mencium dan merasakan," kata Spector mengutip laman Metro pada Jumat (24/12/2021).Â
Advertisement
Baca Juga
Guna memperlambat penyebaran Omicron, Spector menyarankan masyarakat untuk membatasi aktivitas sosial di dalam ruangan, mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap serta jika ingin melakukan pertemuan memastikan status COVID-19.
Hal ini ia sampaikan mengingat dalam sepekan terakhir terjadi ledakan kasus COVID-19 di Britania Raya.
"Lonjakan tersebut sangat mengkhawatirkan tapi kabar baiknya berdasarka data awal yang kami miliki terhadap 2.500 kasus probable yang dilaporkan di aplikasi ZOE menunjukkan Omicron lebih ringan dari Delta," kata Spector.
Varian Omicron Terdeteksi di 89 Negara
Berdasarkan laporan WHO, Omicron sudah terdeteksi di 89 negara.Â
Kepala Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan masih terlalu awal untuk sepenuhnya memahami varian satu ini. Namun, berdasarkan data yang ada mutasi yang dihasilkan oleh varian Omicron kemungkinan lebih menular.
"Itu adalah kekhawatiran kami. Seperti yang kita tahu, jika ada peningkatan dalam hal penularan, maka akan lebih banyak kasus. Lebih banyak kasus berarti lebih banyak yang akan dirawat inap," kata Maria.
Gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron juga sangatlah bervariasi. Mulai dari tidak bergejala (asymptomatic), gejala ringan, gejala berat hingga membutuhkan perawatan di rumah sakit, hingga dapat menyebabkan kematian.
"Kami memiliki laporan bahwa Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah dari Delta. Tapi sekali lagi, kalau kita punya banyak kasus, maka banyak kasus berarti akan lebih banyak yang dirawat di rumah sakit," ujar Maria.
Â
Advertisement