Jelang Nataru, BPOM: Pangan Kedaluwarsa Masih Jadi Temuan Paling Banyak di Indonesia

Berdasarkan hasil temuan BPOM jelang natal dan tahun baru, produk kedaluwarsa masih menjadi temuan terbanyak di Indonesia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 24 Des 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2021, 18:00 WIB
Kepala BPOM Penny K Lukito
Kepala BPOM Penny K. Lukito dalam dialog Antar Generasi bertema “Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Kepahlawanan dalam Pengabdian Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa," Selasa (9/11/2021). (Dok BPOM RI)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan bahwa setiap tahunnya saat menjelang Natal dan Tahun Baru, terjadi peningkatan dalam hal pembelanjaan makanan dan minuman di masyarakat.

Terkait hal tersebut, BPOM pun melakukan pengawasan makanan secara serentak pada sarana peredaran makanan online dan konvensional. Hasilnya, produk kedaluwarsa masih menjadi temuan tertinggi di Indonesia.

"Temuan tertinggi adalah pangan yang kedaluwarsa. Ini pun juga ditemukan ditemukan di lokasi-lokasi wilayah Indonesia tertentu, umumnya adalah di wilayah Timur yang jauh dari transportasi," ujar Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito dalam konferensi pers Hasil Intensifikasi Pengawasan Pangan Menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, Jumat (24/12/2021).

Ada sebanyak 41.306 produk yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) dengan rincian pangan kedaluwarsa sebanyak 53 persen, produk tanpa izin edar (TIE) sebanyak 31,3 persen, dan produk rusak sebanyak 15,7 persen.

Produk TMK tersebut ditemukan pada sarana ritel yang mencakup ritel modern dan tradisional, gudang distributor, dan juga gudang importir. Hal tersebut dinilai bisa terjadi karena faktor penyimpanan yang terlalu lama.

"Hal ini akan menjadi perhatian dari BPOM tentunya, dikaitkan dengan upaya kami juga mengedukasi masyarakat terkait persyaratan standar yang sudah kami keluarkan terkait cara peredaran pangan olahan yang baik," kata Penny.

Penny menambahkan, temuan pangan kedaluwarsa sendiri umumnya ditemukan di wilayah provinsi yang jauh dari pusat (terpencil) atau di wilayah Timur Indonesia. Kelima temuan TMK terbesar ada pada wilayah Ambon, Gorontalo, Pangkalpinang, Manokwari, dan Kepulauan Sangihe.

Sedangkan, produk TIE sendiri banyak ditemukan di Medan, Jakarta, Kabupaten Rejang Lebong, Pontianak, dan Yogyakarta. Disusul dengan produk rusak yang banyak ditemukan di Palu dan Kabupaten Sorong.

Jenis produk yang ditemukan

Dalam kesempatan tersebut, Penny juga menyampaikan bahwa terdapat 12 jenis pangan yang masuk dalam kategori TMK. Kelima yang terbesar adalah makanan ringan, minuman serbuk berperisa, minuman serbuk kopi, bumbu siap pakai, dan minuman sari buah.

"Saya kira ini perlu menjadi perhatian masyarakat untuk lebih berhati-hati dikaitkan dengan berbagai produk yang tadi telah disebutkan, yang ditemukan sudah kedaluwarsa dan rusak," ujar Penny.

Bagi produk TIE sendiri, paling banyak ditemukan dalam bumbu siap pakai yakni sebanyak 76,6 persen (impor) dan bahan tambahan pangan seperti perisa vanili dan pengembang kalsium karbonat sebanyak 36,8 persen (lokal).

Meskipun masih begitu banyak temuan produk TMK, BPOM mengaku bahwa temuan tersebut sebenarnya telah mengalami penurunan sebanyak 5,2 persen dari tahun sebelumnya.

Infografis

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan
Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya