Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis rekomendasi kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) terbaru. Rekomendasi terbaru ini seperti dikatakan Ketua Umum IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), berdasarkan pertimbangan beberapa hal. Diantaranya pengalaman peningkatan kasus COVID-19 selepas masa liburan, ditemukannya varian Omicron di Indonesia, serta adanya peningkatan kasus COVID-19 pada anak yang sebagian besar kasus karena belum mendapat imunisasi di negara Eropa dan Afrika dalam beberapa minggu terakhir.
Baca Juga
Advertisement
Rekomendasi ini, kata Sekjen IDAI dr Hikari Ambara Sjakti, SpA(K) juga mempertimbangkan pentingnya proses pendidikan anak usia sekolah dan juga sudah diaplikasikannya beberapa inovasi metode pembelajaran oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
"IDAI mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka tapi di waktu dan tempat yang tepat, karena keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama," tambah Hikari.
Untuk membuka pembelajaran tatap muka, IDAI merekomendasikan 100 persen guru dan petugas sekolah harus sudah mendapat vaksinasi COVID-19. Selain itu, anak yang bisa masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi COVID-19 lengkap dan tanpa komorbid.
Sekolah juga harus patuh pada protokol kesehatan, terutama fokus pada:
- Penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah
- Ketersediaan fasilitas cuci tangan
- Menjaga jarak
- Tidak makan bersamaan
- Memastikan sirkulasi udara terjaga
- Mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek COVID-19.
Rekomendasi PTM terbaru IDAI juga dikategorikan pada beberapa kelompok usia anak. Untuk anak 6-11 tahun, IDAI merekomendasikan pembelajaran tatap muka dengan metode hybrid, 50 persen daring dan 50 persen luring.
Rekomendasi PTM untuk Anak Usia 6-11 Tahun
Berikut rekomendasi PTM IDAI untuk kelompok usia 6-11 tahun:
a. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi sebagai berikut: Tidak adanya peningkatan kasus COVID-19 di daerah tersebut, Tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.
b. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor) karena: Masih ditemukan kasus COVID-19 namun positivity rate dibawah 8 persen, Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, serta Fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.
Advertisement