Meski Tingkat Penularan Tinggi, Omicron Diharapkan Tak Bebani RS

Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Dr rer nat Wien Kusharyoto mengingatkan bahwa Omicron menyebabkan risiko penularan yang tinggi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 26 Jan 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2022, 13:00 WIB
Kasus Omicron Melonjak Jadi 318 Orang, Kemenkes Ungkap Sebagian Besar Pasien Bergejala Ringan
Kemenkes ungkap 99 persen pasien Omicron bergejala ringan, ini gejala-gejalanya. (pexels/cottonbro).

Liputan6.com, Jakarta - Studi menunjukkan, Omicron COVID-19 memiliki gejala yang lebih ringan daripada Varian Delta. Saking ringannya, gejalanya pun mirip flu biasa.

Namun, Plt Kepala Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Dr rer nat Wien Kusharyoto mengingatkan bahwa Omicron menyebabkan risiko penularan yang tinggi.

"Otomatis meningkatkan penularan karena gejalanya mirip flu biasa," kata Wien dalam diskusi daring pada Rabu, 26 Januari 2022.

Akan tetapi Wien, mengatakan, risiko penularan varian Omicron juga berkaitan dengan tingkah laku orang. Contohnya, ketika mengalami gejala yang mengarah pada COVID-19, orang tersebut langsung sadar melakukan isolasi atau tidak.

"Kita tidak pernah tahu apakah terkena Omicron atau bukan. Sehingga perlu mengambil langkah-langkah agar kemudian tidak menularkan ke orang lain," ujarnya.

 

Potensi Lonjakan Kasus COVID-19 Varian Omicron

Disebabkan penularan yang lebih tinggi, lanjut Wien, tidak menutup kemungkinan akan ada lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron.

"Sebagaimana yang dikatakan Pak Luhut dan Pak Menkes bahwa akan terjadi lonjakan 2-3 minggu ke depan," katanya.

Meski begitu, diharapkan lonjakan kasus harian Omicron tidak terlalu membebani rumah sakit seperti gelombang Varian Delta yang terjadi pada Juli 2021.

"Itu yang diharapkan. Karena gejala ringan, pasien cukup isolasi mandiri. Karena Omicron memiliki tingkat keparahan yang rendah," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya