8 Mitos Beserta Fakta tentang Obsessive Compulsive Disorder

Berikut adalah mitos umum dan fakta tentang gangguan obsesif kompulsif (OCD), yang kerap kali dianggap dengan orang aneh yang rapi.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jan 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi Obsessive Compulsive Disorder (OCD).
Ilustrasi Obsessive Compulsive Disorder (OCD) (Freepik).

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, artis Aliando Syarief mengaku bahwa dirinya tengah berjuang untuk sembuh dari gangguan Obsessive-Compulsive Disorder atau OCD. Hal ini disampaikan langsung lewat siaran Instagram pada akun resminya.

"Kalau OCD itu mereka kalau melihat buku enggak rapi, enggak enak ditutup lagi. Tapi ini lebih, masa mandi aja harus gue hitung rambut. Kan, kacau gitu," Curhat Aliando Syarief, dikutip dari Hot Liputan6.com.

Melansir Everyday Health, Obsessive Compulsive Disorder (OCD) merupakan gangguan mental yang menyebabkan seseorang merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, orang tersebut akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Terlepas dari prevalensinya, OCD adalah salah satu kondisi kesehatan yang paling disalahpahami di luar sana. Kebingungan ini pun menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengidap OCD tidak dapat didiagnosis dengan baik dan tidak mencari pengobatan.

Berikut adalah delapan mitos OCD yang sering didengar serta fakta yang sebenarnya.

 

Mitos 1: Semua orang suka kerapian itu punya OCD

Salah satu tanda umum OCD adalah obsesi terhadap kebersihan — seperti terus-menerus mencuci tangan atau membersihkan barang-barang rumah tangga secara berlebihan.

Tapi kebersihan kompleks juga bisa menjadi ciri kepribadian, kata Jeff Szymanski PhD, direktur eksekutif International OCD Foundation.

“Jika itu sifat kepribadian, Anda memiliki kendali — Anda dapat memilih untuk melakukannya atau tidak. Jika Anda memiliki gangguan obsesif kompulsif, Anda melakukannya karena kecemasan yang melemahkan.”

Mitos 2: Orang dengan OCD menggilai kebersihan

Tentu, keinginan untuk menjaga kebersihan mungkin merupakan hal umum yang dialami pasien OCD, tetapi itu bukan satu-satunya (dan tidak semua orang dengan OCD memilikinya).

Kompulsi umum lainnya termasuk menimbun barang, memeriksa dan memeriksa lagi dan lagi bahwa Anda tidak melakukan kesalahan, takut akan sesuatu yang buruk seperti kebakaran atau kecelakaan, dan mengulangi rutinitas seperti masuk dan keluar dari pintu.

Semua kembali lagi pada tipe OCD yang diidap oleh pasien. Tidak selalu tentang kebersihan.

Mitos 3: Stres menyebabkan OCD

Szymanski menjelaskan, bahwa stres tidak otomatis menyebabkan seseorang alami OCD. Faktanya, OCD memicu ketakutan dan kecemasan yang tak terkendali, sementara situasi stres hanya dapat memperburuk gejala pada orang dengan gangguan obsesif kompulsif.

Mitos 4: OCD berakar pada masa kecil

Banyak orang percaya bahwa orang yang menunjukkan tanda-tanda OCD dibesarkan di rumah yang 'tidak sehat' dan sebagai akibatnya memiliki harga diri yang buruk.

“Apa yang terjadi di masa kecil Anda tidak ada hubungannya dengan OCD saat Anda dewasa,” kata Szymanski.

Namun, ia mencatat, genetika mungkin memainkan setidaknya beberapa bagian dalam perkembangan seseorang alami OCD, serta pengalaman.

Mitos 5: OCD jarang terjadi pada anak-anak

Setidaknya 1 dari setiap 200 anak-anak dan remaja memiliki gangguan obsesif kompulsif, kata Szymanski, dan itu bisa terjadi pada anak usia 4 tahun.

"Ini sama dengan jumlah anak-anak yang menderita diabetes - tetapi tidak ada yang menganggap diabetes sebagai langka," kata Symanski.

Mitos 6: OCD adalah penyakit wanita

Menurut International OCD Foundation, OCD dapat mempengaruhi siapa saja, baik pria, wanita, dan anak-anak dari semua latar belakang etnis, ras, dan ekonomi pada tingkat yang sama.

Sementara tanda-tanda OCD dapat dimulai pada usia berapa pun, biasanya terlihat antara usia 10 dan 12 tahun atau antara remaja akhir dan dewasa awal.

Mitos 7: Tes darah dapat mengonfirmasi OCD

Tidak seperti kanker atau diabetes, gangguan obsesif kompulsif tidak dapat didiagnosis dengan tes darah atau pemindaian. Namun, dokter Anda kemungkinan akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkain tes untuk menegakkan diagnosis.

Jika profesional kesehatan mental mencurigai seseorang menderita OCD, mereka kemungkinan akan menanyakan serangkaian pertanyaan dan mencari tiga tanda OCD:

  • apakah Anda memiliki obsesi?
  • apakah Anda menunjukkan perilaku kompulsif?
  • dan jika ya, apakah mereka menghalangi aktivitas normal Anda?

Mitos 8: OCD tidak dapat diobati

Banyak orang tidak mencari pengobatan OCD karena mereka malu, dan mungkin itulah mengapa orang berpikir itu tidak dapat diobati. 

"OCD pasti bisa diobati," kata Szymanski. 

Langkah pertama pengobatan OCD adalah pencegahan paparan dan respons, terapi menghadapi ketakutan Anda. Beberapa orang membutuhkan kombinasi terapi perilaku dan obat-obatan.

OCD dapat dikontrol dengan perawatan yang tepat.

 

Reporter: Lianna Leticia

Infografis 7 Tips Paling Efektif Kurangi Penyebaran Covid-19

Infografis 7 Tips Paling Efektif Kurangi Penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 7 Tips Paling Efektif Kurangi Penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya