Liputan6.com, Jakarta Layanan telemedisin yang digunakan untuk penanganan COVID-19 belum sepenuhnya tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Layanan tersebut baru tersedia di Jabodetabek.
Siang tadi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pun kembali menginformasikan bahwa layanan telemedisin sudah diperluas per minggu ini.
Baca Juga
"Mulai minggu ini akan kita perluas ke Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar," ujar Budi dalam konferensi pers pada Senin, (7/2/2022).
Advertisement
Terkait hal tersebut, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra pun mengakui bahwa masih ada kendala dalam hal waktu dan persebaran telemedisin dan telefarmasi.
Menurut Hermawan, dengan adanya pilihan lebih dari 16 platform telemedisin tentu membantu masyarakat terhadap akses informasi terkait kondisi klinis dan cara penanganannya.
"Tetapi di luar Jabodetabek bahkan di luar pulau Jawa, itu tidak berkembang ya. Tidak ada platform sejenis yang bisa menjangkau untuk semua," ujar Hermawan saat dihubungi Health Liputan6.com, sore ini.
"Sementara laju penyebaran COVID-19 dengan varian Omicron ini sudah menyentuh ke seluruh daerah sesungguhnya. Hanya persoalan deteksi saja yang kita cukup rendah di luar pulau Jawa," tambahnya.
Sehingga, hal tersebut dianggap menjadi tantangan tersendiri bagi penanganan COVID-19 yang akan difokuskan lewat telemedisin.
"Telemedisin cukup membantu, hanya memang kendala waktu itu dan persebarannya saja yang tidak merata untuk farmasi," kata Hermawan.
Kolaborasi yang sinkron
Hermawan menjelaskan, tantangan lainnya yang dihadapi ada pada keterkaitan antara telemedisin dan telefarmasi di tiap daerah.
Mengingat belum semua farmasi siap untuk mendistribusikan obat pada pasien yang terinfeksi COVID-19. Itulah mengapa kolaborasi dengan sinkronisasi antar masing-masing platform dianggap penting.
"Jadi ada dua platform sebenarnya. Pertama telemedisin, telemedisin itu erat kaitannya dengan konsultasi," kata Hermawan.
"Sementara untuk obat-obatan, farmasi ini adalah platform yang berbeda dalam arti tidak semua apotek atau instalasi farmasi itu siap untuk distribusi obat-obatannya. Nah disinilah yang dibutuhkan penguatan itu, karena ada dua hal berbeda," tambahnya.
Advertisement