Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 bukan cuma menyerang orang dewasa, kasus infeksi virus SARS-CoV-2 pun terjadi pada anak. Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 pada anak naik seribu persen dibandingkan Januari 2022.
"Data per 24 Januari ada 676 anak yang terkonfirmasi COVID-19, lalu pada 31 Januari ada 2.775 kemudian per 7 Februari kemarin ada 7.990 berdasarkan laporan ketua cabang di daerah," kata Piprim.
Baca Juga
"Dibandingkan Januari, berarti sudah naik seribu persen lebih atau sekitar 10 kali lipat," lanjut Piprim menjawab pertanyaan Health-Liputan6.com dalam konferensi pers pada Rabu (9/2/2022).
Advertisement
Kasus COVID-19 pada anak yang saat ini terjadi sebagian besar tanpa gejala dan gejala ringan. Pada yang gejala ringan ditunjukkan dengan batuk, pilek, badan hangat, nyeri tenggorokan. Sangat sedikit yang sampai berimbas ke paru bagian bawah.
"Jadi, kalau saat ini anak batuk, pilek, hangat. Orangtua mesti hati-hati atau waspada, kemungkinan tertular Omicron," sebutnya.
Meski gejala ringan, Piprim mengingatkan agar tak terlena dengan hal tersebut. Faktanya, COVID-19 pada anak bisa berdampak fatal pada sebagian anak.
"Kasus berat mulai dilaporkan. Ada yang MIS-C dengan penurunan kemampuan jantung sehingga pasien alami gagal jantung. Ada juga yang alami diabetes melitus pasca kena COVID-19," terang Piprim.
Â
Anak Kena COVID-19: Jangan Panik
Bila memang hasil tes PCR menunjukkan anak positif terkena COVID-19, orangtua jangan panik. Kepanikan hanya akan menutup akal.
"Sebaiknya segera lakukan layanan telekonsultasi. Lalu, cek tanda-tanda kegawatdaruratan atau ada tidaknya tanda bahaya yang dialami anak," pesannya.
"Yang paling penting adalah memantau kondisi anak kita."
Guna mencegah paparan COVID-19, Piprim menyarankan orangtua untuk mengajarkan anak agar makin cakap menjalankan protokol kesehatan. Lalu, tidak mengajak anak ke pusat keramaian seperti mal, tempat dengan ventilasi tertutup apalagi ke bioskop.
Advertisement