Liputan6.com, Jakarta Pendiri dan Direktur Klinis Growing Self Counseling & Coaching di Denver, Amerika Serikat, Lisa Marie Bobby, PhD mengatakan bahwa pelecehan emosional bisa sangat sulit dikenali.
Tidak seperti pelecehan fisik yang dapat jelas terlihat, pelecehan emosional cenderung tidak terlihat dan diremehkan begitu saja. Maka dari itu, beberapa hal yang memenuhi syarat sebagai pelecehan emosional perlu dikenali.
Baca Juga
“Pelecehan emosional bisa subjektif, artinya apa yang memenuhi syarat sebagai pelecehan emosional mungkin terlihat berbeda dalam setiap hubungan,” jelas Jenni Skyler, PhD, terapis seks bersertifikat, seksolog, dan direktur The Intimacy Institute mengutip Womens Health Selasa (1/3/2022).
Advertisement
Secara umum, pelecehan emosional sering kali merupakan perilaku yang didasari oleh relasi kuasa. Pelaku dapat merendahkan dan melarang berbagai hal yang ingin dilakukan pasangannya. Misalnya, pasangan tidak boleh menghabiskan waktu dengan teman-temannya atau mengerjakan hobinya.
“Inti dari jenis pelecehan ini adalah pemaksaan. Ada ketakutan bahwa jika Anda melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi pasangan, maka pasangan tidak akan menyakiti Anda secara fisik, tetapi ada ancaman tersirat," kata Lisa.
Simak Video Berikut Ini
Bentuk Ancaman
Pelecehan emosional dapat terlihat seperti pasangan yang kasar yang mengancam menyakiti diri jika pasangan pergi. Dapat pula pelaku mengatakan kepada pasangannya bahwa mereka tidak akan pernah bertahan hidup tanpanya.
"Kerusakan nyata dari hubungan yang kasar seringkali datang dari ancaman psikologis ini," kata Lisa.
Pelecehan atau kekerasan emosional tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang. Sekitar setengah dari orang dewasa di Amerika Serikat akan mengalami "agresi psikologis" oleh pasangan di beberapa titik dalam hidup mereka, menurut The National Domestic Violence Hotline.
Advertisement
Penghinaan
Salah satu pelecehan emosional yang dapat terjadi dalam hubungan asmara adalah penghinaan.
Salah satu cara orang bisa menjadi kasar secara emosional adalah dengan mempermalukan pasangannya di depan umum atau bahkan di rumah.
Pelaku bisa membuat lelucon atau mengkritik pasangannya di depan audiens, kata Janet Brito, PhD, psikolog klinis dan terapis seks di Honolulu.
"Apapun dan di mana pun kritik itu dilontarkan sehingga membuatmu merasa buruk tentang dirimu sendiri maka itu tidak baik,” kata Janet.
Dengan kata lain, pelaku bertujuan membuat pasangannya tidak hanya merasa buruk tentang dirinya sendiri tapi juga merusak harga dirinya dalam jangka panjang.
Ini adalah gerakan untuk menunjukkan kekuasaan yang bertujuan membuat pasangan merasa seolah-olah tidak mampu melakukan sesuatu, tidak berharga, dan tidak layak mendapat perhatian atau rasa hormat dari pelaku.
Infografis Kekerasan dalam Pacaran
Advertisement