WHO Dorong Negara G20 Berinvestasi Tangani Tuberkulosis, Ketimbang Belanja Teknologi yang Membunuh

Tuberkulosis atau TB menjadi tantangan tersendiri selama dua tahun pandemi COVID-19

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Mar 2022, 20:17 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 20:17 WIB
Warga Binaan Melakukan Pemeriksaan Tuberkulosis di LP Cipinang
Aktivitas warga binaan yang terkena penyakit Tuberkulosis di Balai Pengobatan Lapas Cipinang, Jakarta, (24/2/2015). Catatan WHO, kasus TB di lembaga pemasyarakatan di Indonesia, 11 hingga 81 kali dari populasi umum. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, DI Yogyakarta - Permasalahan penanganan Tuberkulosis (TB) turut dibahas dalam side event pertemuan Health Working Group (HWG) G20 di Yogyakarta pada 29 s/d 30 Maret 2022.

TB --- kata Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus --- adalah isu penting dalam agenda G20 karena penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.

"Serta turut memengaruhi jutaan lainnya," kata Tedros pada Selasa sore, 29 Maret 2022, waktu Indonesia.

Dalam paparannya, Tedros, mengatakan, mengakhiri wabah TBC masih menjadi prioritas bagi WHO. Dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya disebut telah membuat kemajuan yang cukup baik secara global.

"Lebih dari 66 juta orang telah menerima akses untuk layanan TB sejak tahun 2000," katanya.

 

 

Pandemi COVID-19 Menghambat Penanganan TB Secara Global

Ilustrasi Tuberkulosis
Perlu diketahui gejala utama pasien TBC paru, yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.

Namun, pandemi COVID-19 diakuinya telah membalikkan capaian yang telah diperoleh selama bertahun-tahun,"Layanan pencegahan, mendeteksi, sampai merawat pasien TB di banyak negara jadi terganggu.".

Alhasil, kondisi tersebut menyebabkan angka kematian akibat Tuberkulosis kembali naik untuk pertama kalinya dalam lebih satu dekade.

Belum lagi dengan adanya konflik di Afganistan, Ethipia, Syiria, Ukraina, dan Yaman yang juga menjadi ancaman bagi pasien TB mendapatkan akses layanan.

"Ukraina memiliki angka kelahiran yang tinggi dan banyak populasi yang juga harus mengungsi. Ini menjadi tantangan karena merupakan ancaman serius bagi kita untuk memenuhi target penanganan TB dari tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.

 

Dunia Bisa Kembali ke Jalan yang Benar Dalam Penanganan TB

Warga Binaan Melakukan Pemeriksaan Tuberkulosis di LP Cipinang
Seorang warga binaan mendapatkan perawatan penyakit tuberkulosis (TB) di Lapas Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Catatan WHO, kasus TB di lembaga pemasyarakatan di Indonesia, 11 hingga 81 kali dari populasi umum. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tedros pun mengatakan bahwa untuk kembali ke jalur yang benar, butuh kepemimpinan yang kuat di negara-negara yang memiliki kasus tinggi dan juga dari komunitas internasional.

"Salah satu tantangan utama yang kita hadapi adalah pembiayaan yang tidak memadai," katanya.

"Saat ini, setengah dari kebutuhan pendanaan tahunan memang terpenuhi meski kita tahu bahwa berinvestasi dalam mengakhiri TB," Tedros melanjutkan.

Tidak dipungkiri bahwa kemampuan setiap negara berbeda-beda. Terlebih dalam dua tahun terakhir, pendanaan digunakan untuk penanganan pandemi COVID-19.

"Negara-negara ini sangat membutuhkan dukungan dari pihak eksternal untuk jangka pendek dan menengah," katanya.

Oleh sebab itu, Tedros mendorong negara-negara G20 untuk melakukan investasi yang lebih besar pada bidang yang menyelamatkan kehidupan, dibanding membelanjakan uang pada teknologi yang merusak dan membunuh.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya