Liputan6.com, Jakarta - Ketidaktahuan secara mendalam tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau yang juga dikenal dengan ADHD seringkali membuat seseorang memandang sebelah mata kondisi ini.
ADHD kerap dianggap sebagai kekurangan dan individu yang memilikinya tak jarang dianggap tak dapat hidup layaknya orang lainnya.
Baca Juga
Padahal meskipun memiliki cara kerja berbeda, individu dengan ADHD masih mungkin untuk memiliki keunggulan yang menonjol. Bahkan jauh di atas rata-rata.
Advertisement
Salah satu cerita datang dari Grace Yeoh, wanita yang mengetahui dirinya memiliki ADHD di usia 31 tahun dan kini menjalani karir sebagai seorang jurnalis di Singapura.
Dalam sebuah tulisannya, Grace mengungkapkan bahwa dirinya sempat menuturkan pada atasannya bahwa dirinya tidaklah cukup pintar untuk melakukan pekerjaannya kala itu.
"Saya merasa berjuang dengan cara yang kebanyakan orang tidak lakukan, dan saya berusaha untuk mengartikulasikan perjuangan itu," ujar Grace dikutip Channel News Asia, Minggu (24/4/20222).
Membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan bagi Grace untuk menjawab pertanyaan yang terlintas di kepalanya soal mengapa dirinya tidak pernah merasa pintar.
Meskipun rentetan bukti berupa nilai, sertifikat, hingga validasi dari orang-orang terdekatnya telah mengiringi.
"Butuh tujuh bulan lagi untuk saya menemukan jawabannya, dan ketika saya menemukannya, saya menyadari bahwa saya telah mencarinya sepanjang hidup saya," kata Grace.
"Pada usia 31 tahun, saya mengetahui bahwa saya memiliki ADHD, suatu kondisi perkembangan saraf yang ternyata sudah saya alami sejak muda," Grace menjelaskan.
Bukan penyakit mental
Menurut badan amal yang berbasis di Inggris ADHD Aware, ADHD merupakan kondisi perkembangan saraf yang mana bukanlah penyakit mental.
Melainkan mengacu pada pola perilaku dimana seseorang mengalami keadaan pikiran yang berbeda dari diri normal mereka.
Dalam hal ini, individu dengan ADHD memiliki dunia dalam banyak cara yang berbeda dan tidak ada cara berpikir, belajar, ataupun berperilaku yang benar secara tunggal.
"Ternyata bukan tidak cukup pintar, akan lebih akurat bila mengatakan pada bos saya waktu itu bahwa saya memiliki disfungsi eksekutif yang sangat buruk, gejala utama ADHD," ujar Grace.
Menurut direktur medis dan konsultan psikiater di Neuropsychiatry Associates, Dr Poon Shi Hui, ADHD bisa menjadi sangat sulit dalam dunia kerja, karena kebanyakan orang membayangkan bahwa ADHD merupakan anak yang hiperaktif dengan masalah akademis.
"Beberapa orang juga percaya bahwa ADHD bukanlah kondisi medis yang nyata. Justru sebaliknya, alasan untuk malas atau tidak termotivasi," kata Poon.
Poon lebih lanjut menjelaskan, individu dengan ADHD dewasa pun kerap disalahartikan sebagai sosok yang tidak bertanggung jawab karena sering menunda dan melupakan tugas atau janji, serta ketidakmampuan untuk menindaklanjuti tugas.
Advertisement
Keunggulan yang kerap tak terlihat
Padahal, menurut Poon, hyperfocus yang ada pada individu ADHD memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas yang sangat khusus dan sulit, yang mana sulit dilakukan oleh individu-individu lainnya.
"Hyperfocus disebut sebagai kekuatan super. Ketika seseorang dengan ADHD memulainya, mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk satu tugas dan sama sekali tidak bisa diganggu," kata Poon.
"Tugas itu harus sangat menarik bagi individu dengan ADHD, karena otak ADHD akan beroperasi pada sistem saraf berbasis minat," Poon menjelaskan.
Dalam mode hyperfocus, individu dengan ADHD dapat menempatkan fokus pada sesuatu dan cenderung untuk berpikir out of the box dan mampu menemukan solusi baru dari situasi yang orang lain anggap sulit.
"Mereka juga cenderung spontan dan dinamis, yang menunjukkan kecerdasan sosial tinggi dan memiliki kepribadian menarik," ujar Poon.
Bahkan Poon menjelaskan bahwa hyperfocus yang dimiliki individu ADHD dapat membantu mereka menyelesaikan tugas yang menantang dengan peningkatan energi besar dan produktivitas yang lebih besar.
"Mereka cenderung lebih tangguh karena kemampuan mereka untuk menghadapi ketakutan dan menghadapi ketidakpastian,” kata Poon.
Hindari tugas monoton
Poon menjelaskan, individu dengan ADHD harus menghindari pekerjaan yang melibatkan tugas menetap, monoton, berulang, atau pekerjaan yang membutuhkan perhatian detail.
"ADHD cenderung melakukan lebih baik dalam pekerjaan yang berfokus pada kreativitas dan spontanitas, atau sesuatu yang sering melibatkan perubahan tugas," kata Poon.
Namun penting untuk mengingat pula bahwa ADHD adalah spektrum, dan tidak semua orang akan mengalami gejalanya dengan tingkat keparahan yang sama.
Poon menyarankan bagi perusahaan yang ingin mempekerjakan individu dengan ADHD, penting untuk mengingat bahwa mereka memiliki keterampilan dan cara yang berbeda .
"Melibatkan individu-individu ADHD dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan atau tim jika kita mampu memanfaatkan potensi penuh setiap orang," Poon menuturkan.
Advertisement