Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI meminta masyarakat tetap waspada terhadap Omicron BA.4 dan BA.5 yang kini mendominasi penularan di Indonesia. Meski tingkat kematian dan angka masuk rumah sakit rendah dibanding gelombang sebelumnya tidak boleh menganggap remeh.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan angka kematian yang rendah harus tetap disikapi dengan kewaspadaan. Syahril mengatalan tidak bolehanggap remeh karena penularan COVID-19 masih terjadi dalam skala dunia. Setiap pihak harus disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi termasuk booster seperti disampaikan.
Baca Juga
Hal lain yang perlu diwaspadai juga yakni keterisian tempat tidur di rumah sakit (Bed Occupancy Ratio/BOR) beserta tren kenaikan kasus terkonfirmasi positif yang menunjukan adanya kondisi naik-turun setiap harinya.
Advertisement
Syahril memprediksi puncak gelombang selanjutnya akan terjadi di sekitar minggu ketiga atau keempat bulan Juli 2022. Berdasarkan pengalaman dan perhitungan epidemiolog, dirinya menyebut perkiraan kasus bisa menyentuh 20.000 kasus per hari.
“Itu sepertiga dari jumlah Omicron yang lalu ya, kalau Omicron yang lalu jumlah yang ke 60.000, sekarang mungkin kita perkirakan sekitar 20.000 tapi itu kan prediksi. Kalau kita sudah tahu prediksi, kita harus mencoba menekan atau mengendalikannya,” kata Syahril dalam diskusi bersama dokter Reisa pada Senin kemarin.
Belajar dari Kasus Singapura
Syahril turut meminta agar seluruh lapisan masyarakat berkaca pada pengalaman lalu. Serta menjadikan negara tetangga seperti Singapura sebagai bukti nyata bahwa di negara dengan penduduk yang sedikit pun, BOR rumah sakit terus mengalami kenaikan sehingga perlu antisipasi bersama menjaga kondisi tetap aman bagi semua.
“Jangan heran kalau saat ini, suatu saat akan naik. Terakhir kemarin ada 4.300 kasus, kemudian turun lagi 3.500 dan nanti bisa jadi akan naik. Kita tidak usah panik, tidak usah menjadikan suatu masalah, tapi kita tetap waspada,” ujar Syahril.
Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro ikut menekankan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan yang terkait dengan protokol kesehatan selalu disesuaikan dengan perkembangan situasi yang ada.
Pemerintah akan terus sigap melakukan pemantauan beserta evaluasi kasus yang kini mengalami cederung naik-turun akibat subvarian baru yang bermunculan.
“Kita harus menjaga supaya tidak terjadi ledakan kasus gelombang yang lebih tinggi lagi,” kata Reisa mengutip Antara.
Advertisement
Prediksi Puncak Gelombang BA.4 dan BA.5
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, prediksi puncak COVID-19 masih diamati. Prediksi dan jumlah kasus yang diperkirakan naik bisa saja berubah seiring dengan kepulangan jemaah haji. Sehingga bisa saja puncak gelombang COVID-19 lewat dari Juli.
"Kita lihat dengan pulangnya jemaah haji, kita lihat profil (karakteristik) mungkin agak berubah karena memang jemaah haji pada berdatangan dan ada beberapa juga yang kena (positif COVID-19)," kata Budi Gunadi usai Launching BioColomelt-Dx di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.
Sementara itu, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, puncak kasus COVID-19 secara kasaran diprediksi terjadi pada akhir Juli atau awal Agustus 2022.
"Kalau melihat situasi saat ini, kemungkinan besar kalau tidak akhir Juli, ya awal Agustus," kata Dicky.
Dicky mengatakan prediksi puncak kasus gelombang keempat COVID-19 di Indonesia ketika jumlah orang yang sakit sudah masuk ke kelompok rawan yang masuk rumah sakit.
"Kenapa? Dengan strategi testing kita yang pasif itu, maka yang masuk rumah sakit itu yang berkontribusi dalam jumlah kasus. Orang yang masuk rumah sakit, itu orang yang punya risiko. Kelompok rawan itu sudah punya barrier, begitu sudah sampai ke kelompok itu berarti ledakannya, puncaknya," kata Dicky dalam pesan suara yang diterima Liputan6.com ditulis Rabu, 20 Juli 2022.
Hingga Oktober Masih Rawan
Dicky mengatakan untuk memprediksi puncak kasus gelombang COVID-19 sekarang lebih kompleks. Ada beberapa hal yang menjadi dasar prediksi seperti jumlah populasi di wilayah tersebut yang masih rentan. Namun, ketika pandemi berlangsung, ada yang sudah divaksinasi plus mendapat imunitas dari infeksi.
"Hal ini menambah kompleksitas prediksi itu," katanya."Meski ada data sero survei maupun cakupan vaksinasi, tapi ada yang menurun proteksinya," kata Dicky.
Namun, secara kasaran, epidemiolog menduga gelombang keempat COVID-19 di Tanah Air berakhir masa rawannya pada Oktober.
"Prediksi secara kasar, saya lihat masa krisis sampai Oktober. Kita berharap setidaknya awal Oktober atau akhir September adalah akhir masa rawan dari BA.4 dan BA.5," kata Dicky.
Hal tersebut melihat dari situasi kasus COVID-19 di Tanah Air, kasus testing yang pasif, karakter masyarakat, dan respons masyakarat. Juga turut mempertimbangkan karakter BA.4 dan BA.5 yang bisa menginfeksi juge me-reinfeksi.
Advertisement