Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi ketiga, segera booster. Karena saat ini pandemi COVID-19 belum sepenuhnya terlepas. Dan selama pandemi berlangsung, virus akan terus bermutasi, dan dinamika pandemi akan terus terjadi.
"Perlu diingat bahwa vaksin dosis tiga secara saintifik dapat mengoptimalkan pencegahan baik tertular, mengalami komplikasi gejala, maupun kematian," Wiku dalam Keterangan Pers, Sabtu (30/7/2022).
Baca Juga
Dari perkembangan vaksinasi booster, lanjut Wiku, terjadi kenaikan cakupan selama sebulan terakhir. Namun jika ditarik rata-rata dalam 3 bulan terakhir bahwa kenaikan cakupannya dapat lebih dioptimalisasi dan dipercepat.
Advertisement
"Hal ini perlu segera diperbaiki baik dari antusiasme masyarakat maupun pemerintah dan unsur pembantu lainnya sebagai penyedia layanan vaksinasi di tiap daerah," lanjut Wiku.
Pemerintah Indonesia berkomitmen akan terus konsisten melakukan pengendalian COVID-19 sampai tuntas. Sebagaimana diatur SE Menteri Dalam Negeri, bupati wajib memberlakukan peraturan vaksin booster sebagai syarat memasuki ruang publik. Seperti di perkantoran, pabrik, taman umum, tempat wisata, lokasi seni, budaya, restoran atau rumah makan, kafe, pusat perbelanjaa, mall, pusat perdagangan dan lainnya.
Tetapi ada pengecualian bagi yang tidak bisa di-booster karena alasan kesehatan, atau usia dibawah18 tahun. Hal ini akan terus disesuaikan dengan perluasan cakupan booster kedepannya. Skrining ini dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi Peduli Lindungi. Khusus penderita gangguan kesehatan tertentu wajib memiliki surat keterangan dari dokter dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan pemerintah.
Â
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Segera datangi sentra vaksinasi terdekat untuk booster.
"Khusus kepada masyarakat, dimohon kooperatif dengan aturan. Segera datangi sentra vaksinasi terdekat untuk booster," kata Wiku.
Dan cari informasi sentra vaksinasi terdekat dengan memanfaatkan teknologi internet seperti google maps atau mendatangi fasilitas kesehatan milik pemerintah. Seperti rumah sakit dan puskesmas maupun pada beberapa rumah sakit swasta maupun fasilitas publik, lanjut Wiku.
Kedepannya, dinamika penanganan termasuk kebijakan terkait vaksinasi akan menyesuaikan situasi terkini. Dinamika varian yang menyebar secara global dapat meningkatkan peluang perubahan kebijakan. Dimohon seluruh pemangku kepentingan siap dan selalu mengikuti perkembangannya.
"Untuk itu saya memohon agar kita kembali membangun semangat kolaborasi pentahelix antara akademisi, wiraswata, masyarakat, pemerintah, dan media. Jangan sampai buah perjuangan kita melawan COVID-19 yaitu terkendalinya kasus hampir selama 3 bulan lalu dapat berubah dalam waktu yang cepat dan kembali tidak terkendali akibat kelalaian kita," tegas Wiku.
Â
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kasus positif harian COVID-19 terus mencetak rekor baru
Masyarakat dalam beraktivitas harus senantiasa waspada karena kasus COVID-19 kembali meningkat, menandakan penularan virus meningkat lagi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini jelas akan berdampak pada berbagai sektor kehidupan masyarakat, dan apabila terjadi lonjakan dapat membebani fasilitas kesehatan bahkan perekonomian nasional.
"Dalam beberapa minggu terakhir kasus positif harian COVID-19 terus mencetak rekor baru. Per 27 Juli 2022, penambahannya mencapai angka 6 ribu kasus. Angka 6 ribu kasus per hari, terakhir terjadi pada Maret lalu," ujar Wiku.
"Saya meminta seluruh lapisan masyarakat untuk kembali waspada. Mungkin kita kembali sering mendengar kabar bahwa kerabat atau orang terdekat kita terinfeksi COVID-19, yang menandakan bahwa kewaspadaan harus kembali penting ditingkatkan," katanya lagi.
Data menunjukkan, peningkatan saat ini terjadi secara perlahan. Mulai seribu kasus pada awal Juni, kemudian 2 ribu kasus pada awal Juli, dan naik 3 kali lipat dalam 1 bulan menjadi 6 ribu kasus. Peningkatan ini jelas berdampak pada peningkatan kasus aktif. Per 27 Juli 2022, kasus aktif mencapai angka 46 ribu. Kasus aktif sebesar 46 ribu tercatat terakhir terjadi pada April lalu.
"Dan yang sangat disayangkan, kasus kematian juga mulai mengalami kenaikan selama 3 hari terakhir. Yaitu selalu di atas 10 kematian," ujarnya.
Â
Ambang batas WHO
Adanya peningkatan pada ketiga indikator tersebut terefleksikan pada angka positivity rate mingguan. Sejauh ini, sudah 3 minggu berturut-turut angkanya melebihi ambang batas WHO sebesar 5 persen. Per minggu ini, positivity rate mingguan nasional sebesar 6,07 persen.
Kenaikan pada positivity rate ini berkaitan dengan jumlah orang yang diperiksa. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan awal Juli lalu. Yaitu naik 52 persen. Di minggu ini, jumlah orang yang diperiksa mingguan mencapai hampir 550 ribu orang.
"Kenaikan ini patut diapresiasi. Artinya ada peningkatan kesadaran masyarakat, untuk tes COVID-19 ketika bergejala atau menjadi kontak erat. Semakin banyak orang yang diperiksa, maka semakin akurat besaran dan sebaran COVID-19 di tengah masyarakat. Karenanya angka ini penting ditingkatkan setidaknya 1 juta orang per 1 minggu," lanjut Wiku.
Meskipun demikian, ada kabar baik dari kenaikan saat ini. Angka keterisian tempat tidur atau bed of ratio (BOR) cenderung stabil rendah di 34 Provinsi di Indonesia dengan angkanya dibawah 15 persen. Namun memang, meningkat jika dibandingkan awal Juli sekitar 8 persen. Jika melihat BOR RSDC Wisma Atlet Kemayoran dalam 1 bulan terakhir, terjadi kenaikan jumlah pasien mencapai 1,90 persen, dari sebelumnya 2,76 persen menjadi 4,66 persen.
Secara per provinsi, BOR tertinggi berada di Bali sebesar 14,76 persen. Disusul DKI Jakarta 12,53 persen, Kalimantan Selatan 11,23 persen, Banten 9,82 persen, Jawa Barat 6,15 persen dan DIY 5,93 persen. Dan 4 dari 5 Provinsi penyumbang kenaikan kasus tertinggi pada minggu terakhir, yaitu DKI Jakarta (17 ribu kasus), Jawa Barat (5 ribu kasus), Banten (4 ribu kasus), dan Bali (seribu kasus).
"Persentase BOR yang lebih tinggi dibanding Provinsi lainnya ini dapat disebabkan karena terjadinya kenaikan kasus positif," pungkas Wiku.
Disamping itu, salah satu indikator yang perlu dilihat dalam memantau situasi COVID-19, yaitu angka reproduksi efektif (Rt). Angka ini menggambarkan potensi penularan di masyarakat. Data terkini menunjukkan Rt nasional meningkat, pada 1 Juli 2022 di angka 1.22, dan pada 15 Juli 2022 menjadi 1.26. "Artinya penularan masih ada dan terjadi di masyarakat dengan pola penambahan kasus berlipat atau eksponensial," tambah Wiku.
Untuk itu, seluruh lapisan masyarakat kembali diingatkan kembali waspada. Karena penularan COVID-19 masih ada dan mulai meningkat lagi. "Tidak lelah saya ingatkan bahwa meskipun saat ini BOR masih terkendali, namun kita tidak hanya wajib melindungi diri sendiri namun juga orang lain, terutama kelompok rentan," pungkas Wiku.
Advertisement