Vaksin COVID-19 Dosis 4 untuk Masyarakat Umum, Bagaimana Rekomendasi ITAGI?

Vaksin COVID-19 dosis 4 untuk masyarakat umum, apakah sudah ada rekomendasi dari ITAGI?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Jul 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2022, 16:00 WIB
Tenaga Kesehatan Lansia Terima Vaksin di Puskesmas
Tenaga kesehatan berusia lanjut menerima suntikan vaksin COVID-19 Sinovac di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, Jakarta, Kamis (11/2/2021). Sekitar 11 ribu nakes lansia yang berusia di atas 60 tahun saat ini menjadi prioritas penerima vaksin covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, Pemerintah sedang melaksanakan pemberian vaksin COVID-19 dosis 4 atau booster kedua kepada tenaga kesehatan (nakes). Pemberian vaksinasi booster kedua nakes ini telah melalui persetujuan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Lalu, sudahkah ITAGI merekomendasikan vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum? Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro menjawab, pihaknya belum memberikan rekomendasi secara resmi.

Selama ini memang ada pembicaraan bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia untuk dosis 4 kepada kelompok masyarakat umum, namun ITAGI belum memberikan sebuah rekomendasi resmi.

"Sebetulnya, secara resmi belum ditanyakan kepada kami ya. Kalau ngobrol-ngobrol iya ya," ucap Sri Rezeki dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Minggu (31/7/2022).

"Tapi kami pernah memberikan satu kajian, jadi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk vaksinasi booster kedua itu diperuntukkan buat orang yang risiko tinggi seperti lansia di atas 65 tahun, yang punya komorbid dan juga immunocompromised atau imunologinya yang kurang."

Meski ada kelompok-kelompok rentan yang dianjurkan WHO untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dosis 4, menurut Sri Rezeki, kondisi setiap negara berbeda-beda. Hal ini juga melihat cakupan vaksinasi COVID-19 lengkap (dosis 1 dan 2) serta dosis ketiga atau booster.

"Ya, kelompok-kelompok rentan terlebih dahulu yang dianjurkan, tapi kan setiap negara lain-lain ya kesimpulannya. Karena kan masalahnya berbeda juga,"

"Seperti di Thailand, di sana kan tren wisata mumpunilah ya, jadi pegawai wisata itu didahulukan (booster kedua). Jadi, kalau di negara kita mungkin bisa beda juga ya. Namun, perlu diingat ya untuk memberikan booster kedua itu kita juga lihat cakupan (vaksinasi COVID-19) sekarang."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jika Booster Kedua Diberikan, Maka...

FOTO: Vaksinasi Massal untuk Warga Lansia
Warga lanjut usia (lansia) menerima suntikan vaksin Sinovac dari petugas medis di Alun-Alun Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Sebanyak 600 dosis vaksin Sinovac disiapkan pemerintah setempat untuk warga lansia guna mencegah penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kemenkes per 31 Juli 2022 pukul 12.00 WIB, cakupan vaksinasi dosis 3 di angka 26,94 persen. Secara rinci dari masing-masing kelompok usia 18 tahun ke atas, antara lain tenaga kesehatan 114,64 persen, lansia 27,42 persen, petugas publik 46,83 persen, serta masyarakat rentan dan umum 27,54 persen.

Melihat cakupan vaksinasi di Indonesia, Sri Rezeki Hadinegoro menekankan, vaksinasi dosis 3 atau booster masih harus terus dikejar. Apabila vaksinasi booster kedua dilakukan justru dinilai tidak membuat dosis 3 terdongkrak.

"Cakupan pertama sudah bagus ya, sudah 90-an persen lebih juga, Yang dosis 2 agak rendah meskipun sudah lumayan juga ya, sudah 81 persen, sudah bagus di atas 70 persen," jelasnya.

"Hanya booster pertama ini yang masih rendah, hanya 27 persen kan ya. Kalau yang booster pertama aja belum beres, nah yang kedua itu kita berikan untuk siapa? Untuk orang-orang yang sudah booster pertama kan, berarti kan kita tidak bertambah, tidak menambah jumlah booster pertama gitu."

Bagi individu yang imunitasnya sudah mulai menurun, diakui Sri Rezeki dapat menjadi sumber penularan. Orang-orang ini akan mudah tertular sehingga mutasi virus akan berjalan terus.

"Karena virus itu tidak bisa hidup di luar, di tanah dalam beberapa menit aja mati, (hidupnya di manusia). Tapi dia bisa berkembang biak dan butuh manusia, nah manusia yang mana? Ya  yang itu, yang imunitasnya rendah," pungkasnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Lansia dan Masyarakat Rentan Harus Booster

Vaksinasi Booster Dari Rumah ke Rumah
Petugas menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada lansia saat vaksinasi booster COVID-19 dari rumah ke rumah di Poris Plawad, Tangerang, Jumat (21/1/2022). Pelaksanaan vaksinasi dari rumah ke rumah untuk memudahkan para lansia mendapatkan vaksin booster COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam melihat cakupan vaksinasi booster, Sri Rezeki Hadinegoro menekankan, kelompok masyarakat umum rentan dan lansia harus segera dibooster. Walau begitu, Pemerintah harus tetap fokus mengejar vaksinasi dosis 3 atau booster yang masih tertinggal dari vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan kedua.

"Jadi, kita harus bisa melihat, yang belum divaksin booster ini ada berapa. Oh, 70-an persen belum, apalagi lansia itu harus dibooster. Karena gini, risiko kematian dari data-data Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), kalau secara umum, tidak divaksin, maka risiko kematiannya 2,8 persen. Tapi kalau dia divaksin 1 kali, dia (kematian) turun menjadi 1,5 persen," tegasnya.

"Kalau 2 kali divaksin menjadi 0,6 persen kematian. Nah, kalau di booster 0,1 persen. Makanya, ini dikejar dulu gitu lho booster ini."

Vaksinasi dosis 3 atau booster, menurut Sri Rezeki Hadinegoro memang harus dikejar. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk membuka peluang vaksin booster kedua.

"Ini penting banget makanya, lansia apalagi. Kalau lansia tidak dibooster (divaksin dua kali) risiko (kematian) berkurang 9,3 persen, 1 kali berkurang 5,7 persen, 2 kali divaksin berkurang 4,3 persen," paparnya.

"Kemudian kalau dibooster (berkurang) hanya 0,4 persen. Perbandingan yang sangat-sangat jauh lho ya, Jadi, kita harus ngejar itu dulu (vaksin dosis 3). Ini mungkin menjadi pertimbangan yang harus dipikirkan."


Lengkapi Booster Pertama Dulu

Gandeng 10 Rumah Sakit, Ikatan Alumni UI Gelar Sentra Vaksinasi Sinergi Sehat
Petugas medis mengukur suhu tubuh peserta vaksin Sentra Vaksinasi Sinergi Sehat di Jakarta, Selasa (24/08/2021). Sentra Vaksinasi yang digelar ILUNI UI menyediakan 2.000 dosis vaksin per hari menggandeng 10 Rumah Sakit Vertikal Indonesia (ARVI) di Jakarta. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Pada keterangan terpisah, Sri Rezeki Hadinegoro menegaskan, apabila lansia dan orang dengan komorbid ingin mendapatkan vaksinasi dosis 4 atau booster kedua, maka harus lebih dulu melengkapi booster pertama yang hingga saat ini masih rendah.

"Booster pertamanya dikejar dulu, karena kalau dia masih 25 persen (data per 31 Juli 2022 di angka 27 persen), yang 75 persen itu kan risiko kalau enggak di booster. Jadi, kita mesti sampaikan pada keluarganya bahwa memang harus di booster (pertama) dulu," terangnya melalui sambungan telepon pada Health Liputan6.com, ditulis Jumat (29/7/2022).

Sebelumnya, Sri Rezeki menjelaskan, cakupan vaksinasi booster pertama tenaga kesehatan sudah tinggi dan melebihi jangka waktu enam bulan. Sehingga saat ini, nakes dianggap sudah membutuhkan vaksin booster kedua.

"Kalau nakes itu booster-nya sudah tinggi sekali, booster yang pertama itu cakupannya sudah 100 persen malahan. Ya, memang sudah waktunya untuk diberikan booster yang kedua," jelasnya.

"Tapi kalau lansia itu masih rendah. Masyarakat umum juga masih rendah. Itu yang harus kita kejar dulu karena kalau mereka booster satu saja belum, bagaimana mau kasih booster kedua? Kan enggak bisa juga."

Infografis Ragam Tanggapan Pemberian Vaksin Covid-19 Dosis 4 untuk Nakes. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Pemberian Vaksin Covid-19 Dosis 4 untuk Nakes. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya