Liputan6.com, Jakarta Kemarin, 2 Agustus 2022 ada 24 orang warga Indonesia yang meninggal dunia akibat COVID-19. Ini adalah angka tertinggi dalam 3 bulan terakhir ini. Bila menilik data, sejak Mei 2022 sampai Juli angkanya selalu dibawah 20 kematian.
Ada sedikitnya tiga alasan kita amat perlu mewaspadai angka ini:
Baca Juga
Pertama adalah tren kecenderungan kenaikan kematian kita secara terus menerus. Sepanjang Juni 2022 angka kematian harian selalu di bawah 10 orang. Lalu, di bulan Juli menjadi di atas 10 orang dan di bulan Agustus ini melewati 20 orang. Kita belum tahu bagaimana di hari-hari kedepan ini.
Advertisement
Kedua, angka kematian di berbagai negara juga meningkat. Dalam seminggu terakhir angka kematian harian di Australia rata-rata adalah 94 orang, angka tertinggi negara itu selama pandemi ini.
Jepang pada 1 Juli 2022 ada 21 orang yang meninggal karena COVID-19, dan pada 1 Agustus angkanya meningkat menjadi 94 kematian, naik hampir lima kali lipat. Lalu, India pada 1 Juni 2022 mencatat 5 kematian dan pada 1 Agustus 2022 naik tinggi menjadi 34 orang.
Ketiga, sejak awal kita sampaikan bahwa bahkan satu nyawa yang meninggal pun amat berharga dan tidak dapat tergantikan oleh apapun juga.
Meningkatkan Kewaspadaan dalam 5 Hal
Berdasarkan pada ketiga hal di atas maka kita perlu meningkatkan kewaspadaan. Setidaknya dalam lima hal:
Pertama, surveilan epidemiologik dijalankan dengan baik, sehingga data dari seluruh pelosok negeri dapat di kompilasi dan dianalisis dengan baik.
Kedua, kemampuan testing harus ditingkatkan agar di dapat angka riil jumlah kasus di masyarakat.
Ketiga, telusur/tracing juga harus ditingkatkan, agar dari setiap kasus didapat dua informasi, dari mana tertular dan kemana saja menularkannya.
Keempat, vaksinasi booster yang masih dibawah 30 persen jelas harus ditingkatkan maksimal. Lalu, sekitar sepertiga penduduk kita yang belum divaksinasi COVID-19 kedua harus di kejar benar.
Kelima, melakukan komunikasi risiko dengan baik dengan tiga tujuan. Yakni agar masyarakat mendapat informasi yang tepat, agar masyarakat termotivasi melakukan prokes dengan baik, dan yang belum divaksin dan booster agar segera pergi mendapatkannya.
**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Advertisement