Liputan6.com, Jakarta Cacar monyet kini tengah menjadi penyakit hits yang perlahan menarik perhatian masyarakat dari COVID-19. Berdasarkan data himpunan Centers for Disease Control and Prevention, jumlah kasus cacar monyet sudah mencapai 31.799.
Jika dilihat berdasarkan gejalanya, cacar monyet dapat cukup mudah dikenali secara fisik. Namun salah satu yang cukup rumit adalah melihat gejala cacar monyet lewat rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan.
Baca Juga
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Cacar Monyet Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Hanny Nilasari, SpKK mengungkapkan bahwa rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan menjadi salah satu gejala cacar monyet yang paling sering dilaporkan.
Advertisement
Namun selain tidak nyaman di tenggorokan, gejala lainnya yang paling banyak dilaporkan pada pasien cacar monyet adalah demam, sakit kepala, pembesaran kelenjar getah bening, dan kelainan di kulit.
"Jadi ada lima yang paling dominan kalau misalnya kita ingin menduga bahwa ini monkeypox," ujar Hanny dalam acara virtual media group interview IDI ditulis Jumat, (12/8/2022).
Sehingga cara membedakannya dapat dilihat lewat gejala lainnya yang muncul. Jikalau rasa tidak nyaman di tenggorokan muncul disertai dengan gejala lainnya yang masuk daftar gejala cacar monyet, maka penting untuk segera memeriksakan kondisi.
Gejala yang ditimbulkan pada cacar monyet juga cukup mudah dibedakan dengan infeksi virus lainnya seperti varicella atau cacar air. Menurut Hanny, cacar air umumnya terjadi pada anak-anak.
Sedangkan cacar monyet yang muncul kali ini lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, tepatnya pada populasi khusus seperti pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV), gay, dan biseksual.
Lesi pada Cacar Air vs Cacar Monyet
Hanny menjelaskan, gejala demam yang muncul pada cacar air juga biasanya tidak terlalu tinggi dan lesi pada kulit dalam bentuk yang berbeda-beda dapat ditemukan dalam satu periode waktu yang sama.
Sedangkan pada cacar monyet, lesi biasanya akan muncul dengan bentuk yang sama sepanjang pasien terinfeksi.
Menurut Hanny, cacar monyet juga umumnya menyerang bagian wajah pasien, diikuti dengan munculnya gejala di batang tubuh seperti lengan, perut, badan, punggung, dan telapak tangan.
"Jadi bisa jadi ada di telapak tangan dan mukosa, di sekitar mata, mulut, atau bahkan di dalam mulut, dan di sekitar anus atau area genital lain. Masih mungkin ada di area-area tertentu," kata Hanny.
Dalam kesempatan yang sama, Hanny juga menjelaskan bahwa infeksi pada cacar monyet pada dasarnya sama seperti infeksi pada virus-virus lainnya, yang mana dapat membentuk antibodi. Namun pada beberapa orang dengan gangguan imunitas, virus dapat menginfeksi tubuh dua kali.
"Apabila seseorang terkena infeksi virus, pada saat itu tentunya ada gejala dan kemudian tubuh akan membentuk suatu antibodi. Jadi kalau pertanyaannya, apakah ada kemungkinan bisa tertular kembali? Itu masih bisa," ujar Hanny.
Advertisement
Masa Inkubasi Cacar Monyet
Lebih lanjut Hanny mengungkapkan bahwa masa inkubasi virus cacar monyet akan memakan waktu selama satu sampai empat minggu. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan daya tahan tubuh seseorang.
Masa inkubasi merupakan masa dimana virus sudah masuk ke dalam tubuh manusia hingga akhirnya muncul gejala pada pasien.
"Memang masa inkubasinya (cacar monyet) bisa satu sampai empat minggu. Mengapa lama? Ini tergantung dari daya tahan tubuh manusia. Kalau misalnya daya tahan tubuhnya kuat, biasanya dia hanya dalam beberapa minggu sudah ada respons," ujar Hanny.
"Tapi kalau misalnya dia daya tahan tubuhnya lemah, dia justru menimbulkan waktu masa inkubasi yang agak panjang," tambahnya.
Hingga saat ini, vaksin cacar monyet juga belum tersedia di Indonesia. Namun sudah terdapat dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC Amerika Serikat.
Sekilas Soal Sejarah Cacar Monyet
Pada Sabtu 23 Juli 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan monkeypox atau cacar monyet sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Hal tersebut lantaran cacar monyet yang terdeteksi saat ini sudah lebih dari 25 ribu kasus. Sebelumnya cacar monyet pertama kali terdeteksi pada tahun 1958.
Bahkan pada 1970, cacar monyet sempat menjadi endemi di negara-negara Afrika Barat dan Afrika Tengah. Meski begitu, cacar monyet dulu dan sekarang ternyata memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Advertisement