Liputan6.com, Jakarta Studi Lancet Respiratory Medicine Journal melaporkan adanya virus baru yang menyebar di India yang disebut flu tomat.
Virus tomato flu pertama kali diidentifikasi di India pada 6 Mei 2022. Sejauh ini telah menginfeksi 82 anak. Semua anak yang terinfeksi berusia di bawah 5 tahun.
Baca Juga
Studi tersebut mengatakan, sejauh ini virus langka tersebut masih bersifat endemik dan tidak mengancam jiwa.
Advertisement
“Infeksi virus yang langka berada dalam keadaan endemik dan dianggap tidak mengancam jiwa. Namun, karena pengalaman mengerikan dari pandemi COVID-19, diperlukan manajemen yang waspada untuk mencegah wabah lebih lanjut,” Lancet melaporkan seperti mengutip New York Post, Sabtu (20/8/2022).
Tidak mengancam jiwa, tapi infeksi ini sangat menular. Kewaspadaan perlu ditingkatkan lantaran hingga kini belum ada obat untuk melawan infeksinya.
Infeksi ini juga memiliki kemiripan dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot and mouth disease/HFMD). Kemiripan ini semakin menambah keyakinan bahwa flu tomat tak serta-merta bisa dianggap remeh.
“Mengingat kesamaan dengan penyakit tangan, kaki dan mulut, jika wabah flu tomat pada anak-anak tidak dikendalikan dan dicegah, penularan dapat menyebabkan konsekuensi serius dengan menyebar pada orang dewasa juga,” tambah studi tersebut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala Flu Tomat
Selain pada bayi di bawah usia 5, flu tomat juga diduga menyerang 26 anak berusia hingga 10 tahun.
Nama flu tomat sendiri diambil lantaran gejala yang timbul adalah lepuh di kulit berwarna kemerahan. Bahkan, melansir Daily Mail, lepuh ini bisa membesar hingga seukuran tomat. Virus baru ini datang dengan disertai demam dan nyeri sendi.
Selain lepuh berwarna merah, gejala lain yang dilaporkan termasuk muntah, diare, dehidrasi dan nyeri tubuh. Beberapa kasus, meskipun sangat sedikit, melaporkan perubahan warna anggota badan.
“Ini bukan penyakit fatal, tetapi menular dan dapat menyebar dari orang ke orang, meskipun cara penyebaran sebenarnya masih dipelajari,” kata Dr. Subhash Chandra, asisten profesor Penyakit Dalam di Rumah Sakit Amrita.
Sebaran flu tomat atau demam tomat hingga kini telah dilaporkan di negara bagian India tepatnya di Kerala. Virus sejauh ini juga telah terdeteksi di distrik Kollam dan daerah terdekat di Anchal, Aryankavu dan Neduvathur.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Cara Penularan
Anak-anak kecil rentan tertular infeksi ini melalui penggunaan popok, menyentuh permukaan yang tidak bersih, serta memasukkan barang-barang langsung ke mulut. Seperti diketahui, balita gemar memasukan berbagai hal ke dalam mulut.
“Anak-anak berada pada peningkatan risiko terkena flu tomat karena infeksi virus umum terjadi pada kelompok usia ini dan penyebarannya kemungkinan melalui kontak dekat,” tambah laporan Lancet.
Para ahli belum tahu pasti terkait flu tomat. Meskipun beberapa gejala seperti demam, kelelahan, dan nyeri mirip dengan COVID-19, tapi kedua virus ini tidak berkaitan.
Para petugas medis percaya virus itu bisa menjadi varian baru dari penyakit tangan, kaki dan mulut. Namun, mereka mencatat bahwa gejalanya juga bisa menjadi efek samping dari demam berdarah atau chikungunya - penyakit yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk yang terinfeksi.
Namun, 82 anak yang didiagnosis demam tomat sudah dites dan hasilnya negatif untuk demam berdarah, chikungunya, virus zika, virus varicella-zoster, dan herpes.
Penanganan Pasien Flu Tomat
Penanganan pasien flu tomat yang dilakukan sejauh ini adalah isolasi. Petugas medis mengatakan semua pasien harus diisolasi selama lima sampai tujuh hari sejak timbulnya gejala dan disuruh istirahat, minum banyak cairan, dan minum parasetamol.
Penanganan juga bisa dilakukan dengan mencelupkan spons ke dalam air hangat kemudian dioleskan untuk membatasi iritasi akibat ruam.
“Pasien yang mengalami demam tomat harus minum banyak cairan dan beristirahat di tempat tidur, seperti yang juga disarankan untuk demam virus lainnya, untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan cukup istirahat.”
Departemen Kesehatan Kerala sedang memantau penyebaran dan telah membuat negara bagian tetangga, Tamil Nadu, langsung di timur, dan Karnataka, di utara Kerla, dalam keadaan siaga.
Para ahli dari L.M. College of Pharmacy di Gujarat, India utara, dan Universitas Victoria di Melbourne, Australia, mencatat bahwa virus tersebut tidak mengancam jiwa.
Semua penderita yang diketahui telah pulih secara alami dalam waktu satu atau dua minggu seperti dilansir dari Daily Mail.
Advertisement