Kata Menkes Budi, Debat Berbagi Data Virus Negara G20 Masih Alot

Perdebatan untuk berbagi data genom virus di antara negara G20 masih terjadi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Agu 2022, 14:09 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2022, 14:09 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat membuka '3rd Health Working Group G20' di Hilton Resort, Nusa Dua, Bali pada Senin, 22 Agustus 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Bali Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, perdebatan untuk saling berbagi data genom virus di antara negara G20 masih terjadi. Sampai saat ini, pembahasan terus dilakukan dan belum mencapai kesepakatan matang.

Berbagi data genom termasuk salah satu agenda Presidensi G20 Indonesia dalam Health Working Group (HWG). Agenda tersebut adalah memperkuat ketahanan sistem kesehatan global.

Implementasi yang diharapkan tercapai, yakni membangun jaringan laboratorium pengawasan genom dan memperkuat mekanisme berbagi data global secara tepercaya. Hal ini sebagaimana belajar dari pandemi COVID-19 bahwa pelaporan genom virus penting dilakukan demi upaya percepatan merespons pandemi.

"Kami masih berjuang (untuk kesepakatan lebih lanjut), karena data (genom virus) ini sangat berharga untuk setiap negara. Setiap negara ingin memiliki kendali atas data ini dan diskusi perdebatan, apakah kita berbagi data tetapi juga berbagi manfaat tetap ada," ungkap Budi Gunadi saat Press Conference The 3rd G20 Health Working Group di Hilton Resort, Nusa Dua Bali pada Senin, 22 Agustus 2022.

"Artinya, negara yang memiliki teknologi bisa berbagi data sekaligus juga berbagi manfaat masih ada. Negara maju yang memiliki teknologi dan punya banyak penduduk tentu ingin mendapatkan manfaat dari berbagi genom sebanyak-banyaknya."

Pembahasan lain, lanjut Menkes Budi Gunadi, bagaimana manfaat yang diperoleh suatu negara yang memiliki teknologi canggih dan kemampuan berbagi data genom virus. Apalagi negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang besar.

"Ya memang sangat, sangat lumrah, negara maju lalu punya teknologi maju, penduduknya banyak untuk sharing data sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya," katanya.

"Jadi, kami masih berjuang, tetapi kami terus mendiskusikan tentang kolaborasi internasional di lab pengawasan genomik ini dengan siapa (nanti) yang menjadi center-nya (pusat)."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Banyak Negara Ingin Kontrol Data

Delegasi Negara Anggota G20
Delegasi dari negara anggota G20 yang menghadiri '3rd Health Working Group G20' di Hilton Resort, Nusa Dua, Bali pada Senin, 22 Agustus 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Di hadapan para delegasi G20 yang hadir, Menkes Budi Gunadi Sadikin memahami banyak negara ingin mengontrol berbagi data genom virus. Tak ayal, diskusi dan perdebatan terbilang panjang.

"Ini masih kita perjuangkan. Kami ingin membangun jaringan genomik global, lab pengawasan, dan memperkuat mekanisme berbagi data tepercaya," ujarnya.

"Kami memahami sepenuhnya bahwa ada banyak nilai ekonomi yang dapat masuk ke data ini secara global dan banyak negara akan sangat tertarik untuk mengontrol data ini."

Dalam kolaborasi berbagi data genom virus, Budi Gunadi menekankan, setiap negara dapat juga mendapat keuntungan. Keuntungan pun tidak hanya menyasar kepada negara yang punya teknologi canggih berbagi data, melainkan negara yang turut mengembangkan riset.

"Oleh karena itu, banyak tantangan bahwa mekanisme berbagi data ya juga berbagi manfaat. Diskusi berputar di sekitar masalah ini. Tetapi saya sangat percaya bahwa setiap orang perlu berbagi data," terangnya.

"Kita juga perlu meyakinkan negara yang membagikan data yang mereka lakukan ya juga harus mendapatkan keuntungan. Dengan berbagi data, keuntungan tidak hanya diberikan pada negara yang hanya memiliki teknologi untuk memiliki data dan mengembangkan riset."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Konsep Berbagi Data dengan GISAID Plus

Ilustrasi Big Data.
Ilustrasi Big Data. Kredit: Tumisu via Pixabay

Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mekanisme berbagi data genom virus antar negara G20 dengan menggunakan konsep Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) Plus.

GISAID Plus yang akan dibangun ditujukan sebagai platform berbagi data genom secara global. Setiap negara dan peneliti di belahan dunia pun dapat memantau serta menganalisis sistem berbagi data genom.

"Untuk pengawasan genomik atau penguatan mekanisme berbagi data secara konsep GISAID Plus. Ini adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan platform berbagi data genomik global, yang tentunya menjadi kepercayaan bagi para ilmuwan di seluruh dunia," jelas Nadia saat konferensi pers beberapa hari lalu.

Diskusi yang juga dibahas pun berfokus mengenai transparansi data dan tata kelola platform. Namun, yang terpenting adalah pertukaran data genom sangat dibutuhkan dalam penanganan pandemi.

"Kita melihat bahwa selama pandemi COVID-19 ini sudah menjadi suatu hal penting pelaksanaan pertukaran informasi, yang oleh berbagai negara dan para ilmuwan menjadi acuan dalam penanganan COVID-19," imbuh Nadia.

"Diakui masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai transparasi keberlanjutan akuntabilitas, interoperabilitas, dan tata kelola dari platform ini yang lebih baik serta bagaimana memastikan ekosistem dari berbagi data genomik tadi betul betul digunakan untuk kepentingan bersama."

Perluasan Jenis Virus yang Dilaporkan

virus kezo
ilustrasi virus/credit @pixabay/mohamed_hassan

Siti Nadia Tarmizi memaparkan secara umum GISAID Plus. Ada perbedaan antara GISAID Plus dan GISAID yang sebagaimana biasa diakses melalui laman gisaid.org.

Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) adalah platform berbagi informasi data virus influenza yang dilaporkan otoritas kesehatan dari berbagai negara di dunia. GISAID digagas pada KTT G20 Hamburg 2017.

Pada saat pandemi COVID-19, GISAID yang dikelola oleh organisasi nirlaba itu secara konsisten menampung berbagai data penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) dari berbagai negara untuk mencermati segala bentuk mutasi virus influenza.

"Yang membedakan GSAID saat ini dengan GISAID Plus, ada pada perluasan jenis virus yang dilaporkan. Bukan hanya satu saja, influenza, tapi untuk semua jenis bakteri atau virus yang non-influenza juga dilaporkan dalam platform itu," kata Nadia saat Temu Media Pre-Event The First Health Ministerial Meeting pada 18 Juni 2022.

Indonesia telah mengambil bagian dalam pelaporan WGS COVID-19 di platform GISAID. Tujuannya, agar setiap negara dapat merespons secara cepat berbagai perubahan bentuk virus influenza yang berpotensi memicu gelombang pandemi.

"Indonesia juga sudah berbagi ke antarnegara, yaitu virus influenza di platform GSAID," ucapnya.

GISAID Plus juga diarahkan menjadi forum pengembangan ilmu pengetahuan di antara para peneliti dan institusi terkait di dunia dalam menyusun langkah mitigasi risiko pandemi di masa depan.

Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya