Liputan6.com, Jakarta - Kota Chengdu di China kini tengah memberlakukan lockdown akibat COVID-19 pada 21,2 juta penduduknya. Para penduduk di sana dilarang untuk keluar rumah sejak Kamis, 1 September 2022 mulai pukul 6 sore.
Setiap harinya, hanya diizinkan satu orang dari setiap keluarga untuk keluar berbelanja kebutuhan. Hal tersebut lantaran Chengdu telah melaporkan adanya 157 kasus COVIDÂ baru.
Baca Juga
Sejak pandemi COVID-19 merebak di Chengdu pada Kamis, 25 Agustus 2022, dilaporkan sudah ada 570 kasus terkonfirmasi di sana. 196 kasus diantaranya melaporkan tidak bergejala.
Advertisement
Hingga kini belum dapat dipastikan kapan lockdown akan berakhir di sana. Namun, lockdown tersebut menyebabkan adanya panic buying pada masyarakat di Chengdu.
"Saya menunggu dalam antrian yang sangat panjang untuk mendapatkan bahan makanan di dekat rumah saya," ujar seorang insinyur berusia 28 tahun, Kya Zhang mengutip Channel News Asia, Jumat (2/9/2022)
Berdasarkan laporan Radio Taiwan International (RTI), pada lockdown kali ini, masyarakat Chengdu berbondong-bondong untuk membeli sayuran dan daging.
Para warga yang mengemudi terlihat mengisi mobilnya dengan sayuran, daging ayam, daging babi, bahkan mengikat daging hewan lainnya di atas atap kendaraaan.
Mengutip laman Taiwan News, warga Chengdu menyadari adanya kekurangan makanan akibat adanya lockdown lebih dulu di Shanghai. Sehingga mereka ingin menghindari terjebak di dalam rumah tanpa makanan atau minuman apapun. Hal tersebutlah yang membuat panic buying kembali terjadi.
Situasi Chengdu Masuk Kategori Serius
Sebelumnya, kota Shanghai sudah lebih dulu melakukan lockdown akibat COVID-19. Shanghai diketahui telah melakukan lockdown sejak bulan April dan Mei lalu.
Kepala kantor tanggap darurat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kota Chengdu, Fan Shuangfeng mengungkapkan bahwa situasi pandemi COVID-19 di kota-kota sekitar provinsi Sichuan termasuk Chengdu menjadi relatif serius.
"Jumlah kasus infeksi yang terkait orang-orang di luar kota secara bertahap meningkat," ujar Fan mengutip China Daily.
Sejak laporan kasus infeksi pertama yang terkait dengan orang-orang di luar kota pada 12 Agustus, Chengdu telah melaporkan lebih dari 900 kasus infeksi lokal, yang melibatkan lebih dari 20 rantai infeksi.
"Tekanan pencegahan dan pengendalian pandemi sangat sulit," kata Fan.
Saat ini, rak sayuran dan daging pada berbagai supermarket di Chengdu dilaporkan telah ludes diborong warga. Kepala biro perdagangan kota Chengdu, Zhang Jinquan memastikan bahwa persediaan akan segera diisi kembali.
Advertisement
Ingin Belanja Harus Tes Dulu
Zhang mengungkapkan bahwa setiap anggota keluarga dapat mengirim satu orang untuk berbelanja kebutuhan. Akan tetapi, orang tersebut diharuskan untuk melakukan tes dalam kurun waktu 24 jam sebelum keluar.
"Setiap keluarga dapat mengirim satu anggota untuk keluar sekali dalam sehari untuk membeli persediaan dengan tes yang menunjukkan hasil negatif selama 24 jam," ujar Zhang.
Diketahui, 31 perusahaan pemasok utama di Chengdu telah meningkatkan stok daging, sayuran, telur, susu, dan kebutuhan sehari-hari lainnya sebanyak dua hingga tiga kali lipat dari standar harian mereka.
Sehingga Zhang menambahkan, masyarakat Chengdu seharusnya tidak usah panik untuk membeli apalagi menimbun kebutuhan harian akibat lockdown tersebut.
Diminta WFH dan Tidak Boleh Keluar Kota
Para karyawan yang bekerja di kota Chengdu juga diminta untuk tetap bekerja dari rumah dan tidak diperbolehkan meninggalkan kota kecuali mendesak. Termasuk warga yang harus keluar kota untuk berobat.
Pemerintah kota Chengdu mewajibkan adanya perizinan jikalau memang ada warganya yang perlu untuk keluar kota untuk alasan kesehatan atau pengobatan ke rumah sakit.
Sedangkan para pekerja di perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur masih diperbolehkan untuk bekerja langsung di tempat.
Akibat kenaikan kasus COVID-19 tersebut, penerbangan ke Chengdu dan dari Chengdu dibatasi dengan sangat drastis. Menurut Flight Master, sekitar 398 penerbangan telah dibatalkan di Bandara Shuangliu, Chengdu.
Advertisement