Bukan Poligami, Dinkes Jabar Sebut Cegah HIV dengan Skema ABCDE

Skema ABCDE merupakan cara yang digunakan untuk mencegah penularan HIV. Apa arti dari ABCDE itu?

oleh Arie Nugraha diperbarui 03 Sep 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto oleh Anna Shvets dari Pexels)

Liputan6.com, Bandung Beberapa waktu lalu Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyebut poligami sebagai solusi untuk menekan angka penularan HIV. Sontak hal itu memicu komentar dari berbagai kelompok masyarakat. Selang beberapa hari usai pernyataannya itu, Uu meminta maaf kepada masyarakat melalui media massa.

Berbicara mengenai upaya pencegahan HIV, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengatakan bahwa hal tersebut sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Dalam Permenkes RI No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS mengamanatkan pencegahan HIV dilakukan dengan skema ABCDE. 

Apa itu skema ABCDE?

Skema dimaksud adalah A (Abstinen) atau tidak berhubungan seksual sebelum menikah. B (Be Faithful) atau setia pada satu pasangan seksual (menikah).

Jika A dan B tidak bisa, maka berjalan skema C (Condom) atau menggunakan pengaman dalam melakukan hubungan seks, karena kondom senjata untuk tidak tertular HIV dan IMS.

Skema D (Drug) atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang/narkoba. Penggunaan napza cenderung terpengaruh untuk melakukan hubungan seks dan penularan dari jarum suntik.

Skema E (Education), meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin. 

 

 

 

 

Tes HIV pada Kelompok Rentan

Gejala Infeksi HIV
Ilustrasi pita HIV. (Sumber foto: Pexels.com)

Dinkes Jabar mengatakan bahwa mereka terus memberikan perhatian serius kepada kelompok rentan tertular HIV/AIDS.

Setiap tahunnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat memberikan fasilitas tes HIV kepada kelompok rentan tersebut, termasuk memfasilitasi pemberian pengobatan ARV kepada Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana Dewi bilang, perhatian serius diberikan karena setiap tahun selalu saja ditemukan laporan baru penderita HIV positif.

Selain tindakan medis, Dewi menuturkan, kegiatan sosialisasi pencegahan juga terus dilakukan.

"Dinkes melalui fasilitas layanan kesehatan yang tersebar terus memberikan konseling dan tes HIV. Dilaksanakan di 1.289 fasilitas pelayanan kesehatan, di antaranya ada 153 lokasi pelayanan kesehatan yang memberikan pengobatan ARV," ujar Nina dalam keterangan resminya ditulis, Sabtu, 3 September 2022.

Populasi Kunci Cegah Penularan HIV Meluas

Gejala Infeksi HIV
Ilustrasi sampel dara. (Sumber foto: Pexels.com)

Populasi kunci yang jadi target yakni wanita penjaja seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba suntik (penasun), ibu hamil pasien TB, serta warga binaan pemasyarakatan (WBP), serta orang dengan yang pasangannya positif HIV.

Setiap tahunnya, otoritas yang dipimpin Nina memberikan fasilitas tes HIV kepada kelompok rentan tersebut, termasuk memfasilitasi pemberian pengobatan ARV kepada Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.

Menurut Nina, Dinas Kesehatan Jawa Barat telah mewajibkan ibu hamil trimester pertama yang mengunjungi faskes untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) kepada ibu hamil untuk melakukan tes sifilis, HIV dan hepatitis B dalam rangka mencapai triple eliminasi di Jawa Barat.

"Melakukan skrining atau deteksi dini pada calon pengantin, ibu hamil, populasi kunci dan melakukan treatment pemberian obat ARV (Antiretroviral) pada orang yang didiagnosa HIV positif adalah beberapa yang telah kami lakukan dalam mencegah HIV," kata Nina.

Tentang HIV

Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS (Liputan6.com/Andri WIranuari)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan melemahnya pertahanan tubuh terhadap penyakit, maka tubuh menjadi rentan terhadap sejumlah infeksi bahkan yang berpotensi mengancam nyawa seperti mengutip keterangan Kementerian Kesehatan RI. 

Saat awal infeksi (masuknya virus kedalam tubuh) biasanya tidak menunjukkan gejala. Gejala muncul setelah 5-10 tahun dari awal infeksi. 

Virus HIV menyerang berbagai sel dan salah satu sel terpenting yang dimasuki untuk dibajak oleh virus ini adalah sel CD4. Ini adalah sel limfosit yang punya peran sangat penting dalam pertahanan tubuh atau sistem imunitas seperti disampaikan Satgas HIV Pengurus Besar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Endah Citraresmi. 

“Jadi dia membajak sel CD4 kemudian berkembang biak. Nah, obat yang diberikan hanya bisa menekan replikasi virus. Ada virus yang masih bisa bersembunyi, tidak terjangkau oleh obat. Dan begitu obatnya dihentikan, virus ini akan bertambah banyak,” kata Endah dalam media interview secara daring pada Jumat, 2 September 2022.

Banyak ahli yang mengatakan bahwa HIV adalah virus paling pintar karena dapat bermutasi dan membuat obat tidak mempan jika sempat diputus. Maka dari itu, obat harus dikonsumsi setiap hari seumur hidup dan tidak boleh putus.

Infografis Rahasia Sukses Memulai Hubungan Baru
Infografis Rahasia Sukses Memulai Hubungan Baru. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya