Liputan6.com, Jakarta Pembuluh darah di mata pecah atau perdarahan subkonjungtiva (Subconjunctival Hemorrhage/ SCH) adalah kondisi umum yang menyebabkan bercak darah muncul di bagian putih mata.
Dalam kebanyakan kasus, SCH tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. Acapkali, dokter tidak tahu penyebab pembuluh darah di mata pecah. Beberapa penyebab yang dapat berkaitan yakni akibat penggunaan lensa kontak, cedera, olahraga atau ketegangan yang intens.
Baca Juga
Beberapa orang memiliki peningkatan risiko SCH karena pengobatan atau kondisi kesehatan.
Advertisement
SCH adalah istilah medis ketika pembuluh darah kecil di mata pecah dan membuat sejumlah kecil darah bocor ke sklera, atau bagian putih mata.
Sklera memiliki banyak pembuluh darah kecil yang dapat pecah dan mudah berdarah. Mereka dilindungi oleh konjungtiva, yang merupakan lapisan tipis jaringan transparan yang menutupi mata.
Ketika pembuluh darah pecah, darah menggenang di bawah konjungtiva. Darah bisa terlihat dengan jelas tetapi tidak mengalir keluar karena terperangkap di bawah lapisan jaringan ini.
Biasanya, pecahnya pembuluh darah di mata tidak berbahaya. Dalam kebanyakan kasus, tanda pada mata akan hilang dengan sendirinya seiring waktu, karena darah menyebar secara alami.
“Mata mungkin merah untuk sementara waktu, tetapi ini akan mulai memudar selama 1-2 minggu ke depan,” mengutip Medical News Today, Kamis (8/9/2022).
Kadang-kadang, Subconjunctival Hemorrhage bisa menjadi tanda dari kondisi yang mendasarinya. Ini lebih mungkin terjadi jika perdarahan datang terus-menerus atau sering berulang.
Gejala dan Potensi Penyebab SCH
Gejala utama SCH adalah bercak merah yang muncul di bagian putih mata. Pada awalnya, bercak berwarna merah buram dengan batas yang jelas, sebelum menjadi pudar dan kurang jelas.
Mata bisa terlihat memar atau kuning karena hemoglobin dan komponen darah lainnya rusak.
Biasanya, SCH tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memengaruhi penglihatan, meskipun dapat menyebabkan rasa bengkak atau gatal. Biasanya kondisi ini hanya mempengaruhi bagian putih mata, bukan iris atau pupil.
Dokter mengategorikan potensi penyebab SCH menjadi dua kelompok yakni traumatis dan spontan.
Traumatis
Dalam konteks ini, kata "traumatis" mengacu pada trauma fisik atau cedera yang memengaruhi mata, menyebabkan pembuluh darah kecil pecah.
Benda asing masuk ke mata atau menggosok mata dengan keras adalah beberapa contoh umum.
Penyebab umum lainnya dari jenis cedera ini adalah penggunaan lensa kontak. Karena lensa kontak menjadi lebih populer, insiden SCH traumatis juga meningkat.
Hal ini dapat terjadi secara tidak sengaja saat memasang atau melepas lensa atau karena masalah dengan lensa itu sendiri. Misalnya karena endapan permukaan atau kerusakan lensa yang dapat menyebabkan gesekan.
Advertisement
Pemakaian Lensa Kontak Sembarangan
Jika orang menggunakan lensa kontak sekali pakai lebih lama dari yang disarankan pabrikan, ini juga dapat menyebabkan SCH. Ini karena bahan dalam lensa mulai rusak di bagian tepi seiring waktu, membuat tepian lensa menjadi lebih kasar.
Selain itu, orang yang memakai lensa kontak terkadang dapat mengalami kondisi mata yang mengganggu aliran air mata, menyebabkan peradangan atau kekeringan.
Selain penggunaan lensa kontak, operasi mata, termasuk operasi katarak dan refraktif, juga dapat meningkatkan risiko SCH.
Menurut penelitian, sekitar 1-2 persen bayi yang baru lahir bisa memiliki SCH setelah kelahiran normal.
Kondisi yang menyebabkan mata gatal, seperti sindrom mata kering, alergi, dan blepharitis, juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan mata dan kemudian menggosok mata, yang dapat terjadi secara tidak disengaja atau saat tidur dan dapat menyebabkan pembuluh darah pecah.
Potensi Penyebab Spontan
Selain potensi penyebab traumatik, SCH juga dikaitkan dengan potensi penyebab spontan. Menurut penelitian, di hampir setengah dari semua kasus, dokter tidak mengidentifikasi penyebab SCH.
Para ahli menyebut kasus ini spontan, karena terjadi tanpa alasan yang jelas. Istilah lain untuk ini adalah "idiopatik."
Terkadang, pembuluh darah pecah di mata saat tekanan darah tiba-tiba meningkat. Ini bisa terjadi ketika seseorang batuk, muntah, atau melakukan olahraga berat, seperti mengangkat beban berat.
Beberapa kondisi kesehatan juga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata. Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan hal ini terjadi bahkan jika seseorang minum obat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Gangguan pembuluh darah lainnya, seperti diabetes dan hiperlipidemia, juga dapat meningkatkan risiko.
SCH biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jika menyebabkan ketidaknyamanan, seseorang dapat menggunakan kompres es pada mata tertutup untuk menguranginya. Mereka juga dapat menggunakan air mata buatan untuk melembabkan mata.
Namun, jika pecahnya pembuluh darah di mata sering terjadi, ini dapat mengindikasikan kondisi mendasar yang memerlukan perawatan. Bagaimana seorang dokter melakukan pengobatan akan tergantung pada akar penyebabnya, yang dapat mereka diagnosa.
“Individu yang mengalami SCH karena trauma kepala mungkin memerlukan konsultasi spesialis dengan dokter mata.”
Advertisement