Ramai Soal Es Teh Kekinian, Pakar IDI Ingatkan Efek Konsumsi Gula Berlebihan

Pakar IDI Zubairi Djoerban mengatakan juga tentang kecanduan yang ditimbulkan oleh gula.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Sep 2022, 06:55 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2022, 06:55 WIB
es teh leci
Ilustrasi es teh ./Copyright pixabay.com/users/Pexels-2286921/

Liputan6.com, Jakarta Di jagat Twitter, cuitan mengenai es teh kekinian sedang jadi trending topic. Salah satu bahasannya mengenai asupan gula dalam minuman es teh kekinian. Hal ini berawal dari cuitan seorang pembeli minuman kekinian tersebut yang menganggap produk tersebut terlalu manis kemudian berujung somasi dari produk itu.  

Perbincangan mengenai kandungan gula juga turut menjadi perhatian pakar kesehatan yang aktif di media sosial. Salah satunya, dokter spesialis penyakit dalam konsultan Zubairi Djoerban yang termasuk dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Zubairi mengingatkan masyarakat saat membeli atau mengonsumsi minuman bukan hanya fokus merasakan soal manis tapi juga mencermati kadar gula tambahan di dalamnya.

"Cara mencermati gula? Dengan melihat label di makanan atau minumannya. Cek komposisi gula tambahan, yang biasanya memakai nama lain gula. Seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, dan banyak lagi," cuit Zubairi di akun centang biru @ProfesorZubairi.

Asupan gula harian yang disarankan untuk orang dewasa adalah tidak lebih dari 10 persen dari kebutuhan energi. Rekomendasi Kementerian Kesehatan RI, paling banyak empat sendok makan atau 50 gram sehari. Malah untuk pasien diabetes harus di bawah empat sendok seperti ditambahkan Zubairi.

Hal yang juga digarisbawahi Zubairi adalah bahwa gula tetap memiliki manfaat bagi tubuh asal tidak berlebihan. Salah satu manfaat gula dalam metabolisme tubuh adalah menyediakan energi untuk menggerakkan aktivitas kita.

"Tapi, upayakan mengonsumsi gula alami seperti buah dan jangan lengah terhadap gula tambahan," katanya. 

Bila Asupan Gula Berlebihan

Ilustrasi gula pasir
Ilustrasi gula pasir. (Photo by pasja1000 on Pixabay)

Bila setiap hari terus mengonsumsi gula secara berlebihan maka berimbas pada peningkatan gula darah. Hal tersebut bisa berujung obesitas yang kemudian memunculkan masalah kesehatan lainnya mulai dari kanker hingga penyakit jantung. 

"(Gula berlebihan) akan menyebabkan kadar gula darah meningkat. Kadar gula darah yang tinggi ini akan diubah oleh tubuh menjadi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Dari kondisi obesitas itu, risiko terkena kanker, gangguan jantung, dan otak akan lebih besar," cuit pria yang karib disapa Prof Beri ini.

 

 

Mengapa Gula Bikin Kecanduan?

es teh lemon
ilustrasi es teh lemon/copyright by Elena Veselova (Shutterstock)

Ada beberapa orang yang baru merasa puas usai makan dengan minum es teh manis. Jika tidak minum es teh manis seperti ada yang kurang. Hal itu bisa jadi tanda kecanduan gula.

Beri menerangkan bahwa gula memang membuat seseorang untuk ketagihan atau sugar craving. Kenapa bisa begitu?

"Makan gula itu melepaskan dopamin dalam tubuh kita. Sehingga kita merasakan “kesenangan”, ingin mengulanginya lagi, dan frekuensinya akan makin meningkat. Banyak studi yang membahas ini," tuturnya. 

Salah satu upaya untuk mencegah untuk bisa mengontrol mengonsumsi gula yakni dengan tidak mengonsumsi gula sama sekali selama dua minggu.

 

pisang
ilustrasi pisang/Image by Gabriela Sanda from Pixabay

Kemudian, Prof Beri menyarankan untuk membiasakan mengonsumsi gula yang sehat misalnya dengan makan buah manis seperti pisang atau anggur. 

"Selanjutnya adalah membiasakan memuaskan hasrat gula dengan lebih sehat. Beralihlah ke wortel, labu, kelapa, pisang, anggur, atau kurma," saran Beri. 

Tak ketinggalan, ia menyarankan rajin berolahraga yang berperan dalam melepaskan endorfin sehingga membuat Anda merasa lebih baik. "Itu bisa membantu mengurangi keinginan Anda konsumsi gula."

Infografis Gula Indonesia
Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya