Liputan6.com, Jakarta - Istilah toksik beberapa waktu terakhir kerap dilontarkan banyak orang. Menurut praktisi psikologi bidang industri organisasi, Nila Nirmala, perilaku toksik adalah perilaku yang dapat menyebabkan emosi dan perasaan negatif untuk orang lain dan sekitarnya.
“Perilaku toxic muncul karena ada beberapa kondisi mental health yang disebabkan masa lalu atau kecenderungan isu personal sehingga dia memproyeksikannya kepada orang lain atau orang-orang di sekitarnya,” kata Nila dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com.
Baca Juga
Bagi orang dengan perilaku toksik, ketika berkomunikasi dengan orang lain dia menganggap hal itu biasa saja. Sementara, bagi orang yang menjalin komunikasi dengannya itu membuat tidak nyaman bahkan menyakitkan.
Advertisement
“Bagi orang yang toksik, berkomunikasi seakan menyakitkan komunikannya. Sementara bagi dirinya sendiri biasa saja,” kata dosen psikologi komunikasi Universitas Surakarta (Unsa) Wahjoe Mawardiningsih dalam webinar nasional bekerja sama dengan Prodi Komunikasi Universitas Djuanda (Unida) Bogor dalam Kompra (Komunikasi Public Relations) 2.0 dengan tema "Healing: Fenomena Toxic Relationship Terhadap Kesehatan Mental" pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Perilaku toksik bukan cuma ada dalam hubungan asmara, keluarga juga dalam lingkungan kerja. Bukan hal yang aneh bila menemui hubungan toksiks antara karyawan dengan pimpinan.
Macam-Macam Hubungan Toksik di Lingkungan Kerja
Dosen komunikasi organisasi Unida, Ruhimat mengatakan ada enam macam hubungan toksik di tempat kerja. Berikut enam hal hubungan beracun yang harus dihindari:
- hubungan yang bersifat pasif agresif
- hubungan kurang kepercayaan dan sulit memaafkan
- hubungan hanya sepihak
- hubungan yang idealis
- hubungan yang bersifat menghukum
- hubungan yang dibangun atas kebohongan
Kondisi perilaku toksik dalam lingkungan kerja ini tentu berdampak pada hal-hal yang tidak diinginkan. Ujung-ujungnya memicu terhambatnya tujuan bersama dalam sebuah organisasi.
Guna mencegah diri agar tidak memiliki perilaku toksik maka perlu menyeimbangkan kerpibadian ego dan superego. Awali dengan perasaan nyaman sebelum berhubungan dengan orang lain seperti disampaikanWakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik, dan Ilmu Komputer (Fisipkom) Unida, Maria Fitriah.
“Dalam hubungan antar sesama, komunikasi adalah hal yang penting. Perlu adanya karakter pribadi yang dapat menurunkan ego untuk memperbaiki perilaku tersebut sehingga dampak dari perilaku toxic dapat teratasi,” ujar Maria.
Advertisement
Ciri-Ciri Lingkungan Kerja Toksik
Penting juga bagi seorang karyawan mengetahui ciri-ciri lingkungan kerja yang toksik. Mengutip dari berbagai sumber berikut penjelasannya seperti ditulis dalam Bisnis Liputan6.com.
1. Tidak Inklusif
Keadaan ini menunjukkan karyawan tidak diperlakukan secara adil dan diikutsertakan dalam keputusan penting. Baik dari anggota lintas gender, ras, identitas dan orientasi seksual, disabilitas, dan usia.
Para peneliti mengingatkan bahwa meskipun topik terkait identitas ini mungkin tidak berlaku untuk semua karyawan, mereka memiliki dampak yang besar.
Padahal kedua topik tersebut memiliki dampak yang sama pada pandangan budaya karyawan ketika dibahas secara negatif dalam ulasan.
2. Tidak Saling Menghormati
Dalam hal ini, tidak adanya rasa saling menghormati antar pegawai. Menurut penelitian, ada atau kurangnya rasa hormat, itu adalah satu-satunya prediktor terkuat untuk menilai budaya perusahaan.
3. Perilaku Tidak Etis
Di dalamnya termasuk ketidakjujuran atau kurang mematuhi peraturan. Tidak patuh terhadap aturan misalnya melanggar standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat melindungi keselamatan pekerja.
Atasan Kejam
4. Perilaku yang Kejam
Hampir 10 persen dari ulasan karyawan mencatat adanya kolaborasi yang buruk di perusahaan. Para pegawai saling menusuk dari belakang demi mendapatkan keinginannya.
5. Atasan yang Bersikap Kasar
Ini termasuk intimidasi, pelecehan, dan permusuhan. Hampir sepertiga ulasan Glassdoor membahas manajemen secara umum. Sebanyak 0,8 persen menggambarkan bahwa manajer mereka kasar.
Karyawan yang bekerja di lingkungan toksik pasti memiliki tingkat stres, kelelahan, masalah kesehatan mental, dan stresor lain yang lebih tinggi. Hal itu yang dapat menyebabkan kesehatan fisik memburuk.
The Society of Human Resoruces Management memperkirakan bahwa 1 dari 5 karyawan telah meninggalkan pekerjaan di beberapa titik dalam karir mereka karena lingkungan kerja toksik. Alhasil menyebabkan bisnis merugi lebih dari USD 44 miliar per tahun.
Advertisement