Tidak seperti Rokok dan Virus HPV, BPA di Galon Guna Ulang Tak Ada Hubungan dengan Kanker

Kanker tidak ada hubungannya dengan Bisfenol A atau BPA di galon guna ulang

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 07 Okt 2022, 10:05 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2022, 10:05 WIB
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM dan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid (Foto: Forum Ngobras)
Forum Ngobras Beberapa Waktu yang Lalu Mengadakan Diskusi Mengupas Polemik Seputar Bisfenol A (BPA) pada Kemasan Galon Guna Ulang yang Disebut Berbahaya Oleh Sejumlah Pihak, Bersama Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM dan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid (Foto: Forum Ngobras)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan muncul polemik seputar Bisfenol A (BPA) yang disebut sejumlah pihak dapat mengancam kesehatan. Dua di antaranya adalah kanker dan gangguan hormonal seperti kemandulan.

Diskusi pada publik semakin ramai menyusul rencana pelabelan BPA oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) pada air kemasan galon guna ulang.

Dalam Diskusi Forum Ngobras belum lama ini, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM menyatakan bahwa sejauh ini belum ada riset yang konklusif terkait dampak BPA terdapat kesehatan. Termasuk belum ada juga riset yang relevan dengan kondisi di Indonesia. 

Sehingga menurut Prof Aru, tidak tepat apabila mengaitkan kanker dengan Bisfenol A pada galon guna ulang. 

"Sampai saat ini belum ada buktinya. Tidak cukup data untuk menyatakan BPA ini menyebabkan kanker. Kita perlu mengumpulkan data yang lebih banyak lagi dalam beberapa tahun ke depan, sampai kita benar-benar yakin tentang hal ini," katanya kepada sejumlah wartawan yang hadir dalam diskusi tersebut. 

Dilanjutkannya bahwa badan kesehatan terkemuka dari seluruh dunia --- termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Standar Makanan Australia Selandia Baru --- menyatakan bahwa paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan atau masalah keselamatan bagi orang-orang dari segala usia (termasuk anak yang belum lahir, bayi dan wanita hamil).

Sayangnya, narasi terkait dengan pengaruh BPA pada kesehatan belum banyak dipaparkan oleh para ahli.

 

Hubungan BPA dengan Kanker?

Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM dan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid (Foto: Forum Ngobras)
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM dan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid (Foto: Forum Ngobras)

Ketika berbicara mengenai kanker, Prof Aru mengatakan bahwa penyakit mematikan satu ini lebih banyak disebabkan oleh tiga faktor, yang semuanya berkaitan erat dengan gaya hidup dan ini sudah dibuktikan melalui bukti ilmiah yang sahih, yaitu overweight atau obesitas, gaya hidup kurang berolahraga, dan pola makan tak sehat. 

Bagaimana dengan BPA? Aru, mengatakan, faktor lain seperti zat kimiawi dari lingkungan pengaruhnya sangat kecil, hanya sekitar dua persen. 

Bahkan, menurut Aru isu rokok lebih penting dikaitkan dengan kanker dibandingkan BPA.

"Sekali lagi, masih ada konflik data terkait BPA menyebabkan kanker," Aru menegaskan.

BPA adalah zat yang terdapat dalam kemasan, biasanya kaleng atau plastik. Fungsinya untuk memerkuat daya tahan kemasan sehingga bisa digunakan ulang. Komposisi BPA dalam wadah atau kaleng ini sangat kecil, dan tidak mudah untuk terurai.

Terkait dengan endokrin, dokter spesialis penyakit dalam, dr Laurentius Aswin Pramono M-Epid, mengatakan, pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh kita.

"Namun, untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan. Dalam berbagai review study, penggunaan bahan kimia dalam keseharian ternyata tidak mampu mencapai ambang yang bisa menyebabkan endocrine disruption,” katanya.

 

Berbicara tentang Kandungan BPA

Ilustrasi AMDK galon isi ulang
Ilustrasi AMDK galon isi ulang. Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Aswin, melanjutkan, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001 persen dari ambang batas yang bisa mengganggu.

"Disebutkan, butuh 10 ribu galon dalam satu waktu untuk bisa mencapai jumlah tersebut. Terkait hal ini, memang tidak perlu khawatir untuk menggunakan galon sehari-hari," katanya.

Secara umum, zat-zat kimia yang masuk ke tubuh akan dibersihkan melalui berbagai mekanisme. Misalnya melalui detoksifikasi di liver (hati), dan dibuang oleh ginjal melalui urine.

"Ada banyak jalur pembuangan zat kimia dari tubuh kita. Untuk BPA, akan didetoks di liver. Jadi, dalam jumlah kecil tidak berbahaya karena akan didetoksifikasi, sehingga tidak masuk ke peredaran darah," Aswin menegaskan.

Dengan kata lain, lanjut Aswin, BPA yang masuk ke tubuh sehari-hari dalam jumlah kecil tidak akan terakumulasi, sehingga potensinya sangat minim untuk bisa menimbulkan endocrine disruption.

"Yang berpotensi mengganggu adalah yang masuk dalam jumlah yang sangat besar dalam satu waktu, bukan akumulasi selama puluhan tahun," ujarnya.

 

BPA Lebih Lanjut

Kenali Lebih Dalam Soal Label BPA-Free
Kenali Lebih Dalam Soal Label BPA-Free

Secara etiologi dalam skala global, tidak ada hubungan kausalitas yang kuat antara BPA dengan berbagai penyakit, seperti kanker dan gangguan endokrin.

"Tidak seperti rokok dengan kanker paru, atau virus HPV dengan kanker serviks, yang memang secara etiologi hubungan kausalitasnya sangat kuat," kata Aswin.

Keduanya kembali menekankan bahwa belum ada satu studi pun yang berhasil menemukan kausalitas antara BPA dengan gangguan kesehatan. Menurut Aswin, sejauh ini baru ada dalam tingkat mencit atau studi sel di laboratorium.

Oleh sebab itu, tidak bisa membuat kita berkesimpulan bahwa BPA merupakan penyebab dari kanker ataupun gangguan endokrin dan hormon.

Dia pun menekankan bahwa banyak sekali faktor yang bisa berpotensi menimbulkan gangguan endokrin dan hormon.

"Ada hal-hal yang lebih penting untuk diperhatikan. Terutama sekali gaya hidup," ujarnya.

Pola makan dengan prinsip gizi seimbang, serta berolahraga secara teratur, adalah cara yang sangat baik untuk menjaga kesehatan metabolisme, kadar hormon, dan endokrin kita.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya