Cegah Gangguan Tumbuh Kembang, Periksakan Hipotiroid pada Bayi Baru Lahir

Kekurangan hormon tiroid atau Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang bahkan gangguan pada kognitif. Sehingga sangat perlu dilakukan skrining pada bayi baru lahir.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi bayi baru lahir
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Kekurangan hormon tiroid atau Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir harus dideteksi lebih cepat. Sebab kondisi ini dapat mencegah anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan keterbelakangan secara kognitif.

 

Mengacu prevalensi global 1 : 3.000 kelahiran, 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir Indonesia diperkirakan lahir dengan hipotiroid kongenital. Dengan demikian skrining hipotiroid kongenital perlu dilakukan.

Gejala dan tanda yang dapat diobservasi setelah 1 bulan bayi lahir antara lain tubuh pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, lidah besar, mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar.

Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes dr. Ni Made Diah PLD, MKM mengatakan skrining hipotiroid kongenital dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita hipotiroid kongenital.

“Dengan skrining, diharapkan bayi yang menderita hipotiroid kongenital dapat diberikan tatalaksana dengan segera sehingga dapat terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif,” ujar dr. Diah pada konferensi pers, Minggu (8/10/2022).

Pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital menggunakan sampel darah tumit pada bayi usia 48 jam sampai 72 jam yang diambil oleh tenaga kesehatan.

Semua bayi baru lahir berhak mendapatkan pemeriksaan tersebut melalui pelayanan di Puskesmas hingga rumah sakit.

Pemeriksaan sampel darah tumit dilakukan melalui laboratorium di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUP dr. Sardjito dan RSUD dr. Soetomo, sesuai dengan regionalisasi berikut:

 

Daftar Rumah Sakit yang Menyediakan Skrining Hipotiroid

1. Laboratorium RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, mengampu wilayah DKI Jakarta, Banten, Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, Sulawesi Utara, Papua Barat, dan sebagian Jawa Barat (Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi).

2. Laboratorium RSUP Dr. Hasan Sadikin, mengampu wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Jawa Barat.

3. Laboratorium RSUP Dr. Sardjito, mengampu wilayah DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah.

4. Laboratorium RSUD Dr. Soetomo, mengampu wilayah Jawa Timur.

Bila pada skrining ditemukan hipotiroid kongenital, maka dilakukan pengobatan segera dalam periode emas (kurang dari 1 bulan). Dengan pengobatan yang dimulai tepat waktu, penderita Hipotiroid Kongenital dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

SHK Wajib Dilakukan pada Semua Bayi Baru Lahir.

Beberapa waktu lalu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, skrining hipotiroid kongenital (SHK) atau pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan wajib dilakukan pada semua bayi baru lahir.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan melakukan relaunching program Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Tanah Air.

SHK atau uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir guna memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan yang bukan penderita.

Skrining ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan di faskes pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak baik FKTP maupun FKRTL. Program ini merupakan bagian dari pelayanan neonatal esensial.

"Dari 2 hingga tetes darah sampel yang berasal dari tumit bayi itu akan bisa diketahui apakah bayi memiliki risiko gangguan tumbuh kembang atau gangguan kognitif. Jika hasil pemeriksaan darah sampel di laboratorium menunjukkan hasil positif HK, bayi harus segera diobati sebelum berusia 1 bulan agar terhindar dari kecacatan dan gangguan lainnya," jelas Dante.

"Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujarnya. 

Hormon Tiroid bagi Tumbuh Kembang Anak

Hormon tiroid berperan penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Kalau anak-anak memiliki hormon tiroid normal maka pertumbuhan dan perkembangannya akan berlangsung dengan baik dan optimal. Tinggi badan dan berat badannya cukup, kecerdasannya juga bagus,” kata Dante.

Dikatakan Dante, gangguan hormon tiroid dapat menganggu perkembangan dan pertumbuhan terutama pada saraf otak anak. Akibatnya anak tidak akan tumbuh optimal, cenderung pendek dan berat badan kurang. Penemuan kasus dan pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan anak mengalami kecacatan maupun keterbelakangan mental. Oleh karena itu, penting dilakukan SHK pada bayi baru lahir.

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19
Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya