Wamenkes Dante: 15 dari 18 Obat Sirup yang Diuji Mengandung Etilen Glikol

Penelusuruan tengah dilakukan guna mencari tahu penyebab kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada ratusan anak-anak di Indenesia. Untuk saat ini, sebanyak 15 dari 18 obat yang diuji mengandung Etilen Glikol.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Okt 2022, 05:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 05:30 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono meluncurkan buku Formularium Fitofarmaka bersamaan dengan 'Business Matching Tahap III' pada 31 Mei 2022 di Jakarta Convention Center. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Terkait kasus gagal ginjal akut pada anak, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengatakan, identifikasi obat yang berlangsung menemukan ada 15 obat yang masih mengandung Etilen Glikol.

"Kita sudah mengidentifikasi 15 dari 18 obat yang diuji uji (obat) sirup masih mengandung Etilen Glikol (EG) dan kita identifikasi lagi bahwa EG ini bisa bebas (dari obat sirup)," kata Dante di sela-sela acara 'Hospital Expo PERSI' di Jakarta Convention Center pada Rabu, 19 Oktober 2022.

Meski begitu, Dante tidak menyebut secara rinci, obat-obatan mana saja yang sedang dilakukan pengujian terkait kandungan Etilen Glikol (EG). Etilen Glikol merupakan senyawa alkoholik tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

Senyawa Etilen Glikol juga digunakan untuk bahan baku industri serat polister, serta bahan membantu dalam produk pestisida, karet, dan sebagainya.

Pemeriksaan obat-obatan juga masih dilakukan di laboratorium pusat forensik. Diharapkan pemeriksaan yang dapat menemukan lebih jauh penyebab gagal ginjal akut atau yang disebut Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury).

"Kita terus melakukan investigasi dan melakukan beberapa hal untuk identifikasi kelainan ginjal akut pada anak tersebut. Salah satunya identifikasi adalah penyebab infeksi karena obat-obatan," jelas Dante,

"Ada obat-obatan -- khususnya sirup -- sudah dilakukan pemeriksaan di laboratorium pusat forensik dan sedang kita identifikasi lagi, obat mana saja yang bisa menyebabkan kelainan ginjal tersebut."

Setop Sementara Obat Sirup

Obat Batuk Sirup Berbahaya
WHO temukan kadar berlebih pada obat batuk sirup yang menjadi penyebab kematian 70 anak di Gambia, Indonesia larang obat tersebut. (pexels.com/cottonbro)

Kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal terjadi pada 206 anak, menurut data Kementerian Kesehatan RI per 18 Oktober 2022. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Sebagai bentuk kewaspadaan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta apotek untuk sementara waktu menyetop penjualan obat sirup bebas dan bebas terbatas kepada masyarakat.

Imbauan di atas tertuang dalam surat dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes bertanggal 18 Oktober 2022. Surat tersebut bernomor: SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak.

Surat ditandatangani Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Murti Utami.

Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk syrup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau bebas terbatas dalam bentuk syrup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, demikian bunyi surat imbauan.

Selain apotek, pihak tenaga kesehatan juga diminta untuk tidak meresepkan obat cair atau obat sirup kepada masyarakat untuk sementara waktu.

Tenaga Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/syrup sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Opsi Obat Sirup

Minum Obat Penurun Demam
Ilustrasi Obat Penurun Deman Credit: pexels.com/pixabay

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengatakan, penghentian sementara penggunaan obat cair maupun sirup sampai hasil penelusuran dan penelitian mengenai penyebab gagal ginjal akut progresif atipikal yang dialami 206 anak Indonesia selesai dilakukan.

Aturan penghentian sementara untuk menjual dan mengonsumsi obat sirup berlaku untuk semua obat. Bukan hanya parasetamol semata.

"Sesuai dengan edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, jadi semua obat sirup atau obat cair (yang dihentikan sementara), bukan hanya parasetamol. Ini diduga bukan kandungan obatnya, tapi komponen-komponen lain," kata Syahril saat konferensi pers 'Perkembangan Acute Kidney Injury (AKI) di Indonesia pada Rabu, 19 Oktober 2022.

Syahril melanjutkan ada beberapa opsi lain dari obat sirup yang bisa diberikan kepada anak. 

"Sebagai alternatif dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya," jelas.

 

Tidak Sembarangan Beli Obat Bebas

Ilustrasi anak minum obat saat sakit
Ilustrasi anak minum obat saat sakit. (Photo by cottonbro from Pexels)

Merespons obat sirup, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta orangtua tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan. Rekomendasi ini disarankan sampai didapatkan hasil investigasi mengenai penyebab gagal ginjal akut progresif atipikial atau misterius pada anak.

Masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM, tulis IDAI pada Rabu, 19 Oktober 2022.

IDAI juga meminta masyarakat tetap tenang di tengah kenaikan kasus gagal ginjal akut misterius ini. Namun, masyarakat harus tetap waspada bila anak mengalami penurunan frekuensi buang air kecil dan penurunan jumlah urine yang terjadi secara mendadak disertai maupun disertai permasalah kesehatan yang lain.

Mengingat belum diketahui pasti penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal ini, IDAI meminta orangtua menghindari aktivitas di ruang publik agar anak tidak terkena infeksi.

Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak khususnya balita yang memaparkan risiko infeksi (seperti kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker), tulis IDAI.

 

Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya