Daftar 14 RS Rujukan Dialisis Anak untuk Gangguan Ginjal Akut di RI

Terdapat 14 rumah sakit yang dijadikan rujukan dialisis anak untuk gangguan ginjal akut di Indonesia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 20 Okt 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 16:00 WIB
[Fimela] Ilustrasi rumah sakit
ilustrasi rumah sakit | pexels.com/@oles-kanebckuu-34911

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data himpunan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 18 Oktober 2022, terlapor 206 anak yang tersebar pada 20 provinsi di Indonesia mengalami gangguan ginjal akut 

Merespons hal ini, Kemenkes RI mengimbau beberapa langkah yang bisa dilakukan jika anak menjadi suspek gangguan ginjal akut progresif atipikal. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan pemeriksaan.

Fasilitas pelayanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan laboratorium ureum, kreatinin, dan pemeriksaan penunjang lain, serta melakukan observasi. Namun bila tidak dapat ditangani dalam 1x24 jam, fasilitas pelayanan Kesehatan harus melakukanrujukan ke rumah sakit rujukan dialisasi anak.

Melalui surat nomor SR.01.05/III/3461/2022 perihal Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal pada Anak, berikut daftar rumah sakit rujukan dialis anak.

  1. RSUP Dr. Cipto MangunKusumo
  2. RSUD Dr. Soetomo
  3. RSUP Dr. Kariadi Semarang
  4. RSUP Dr. Sardjito
  5. RSUP Prof Ngoerah
  6. RSUP H. Adam Malik
  7. RSUD Saiful Anwar Malang
  8. RSUP Hasan Sadikin
  9. RSAB Harapan Kita
  10. RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
  11. RSUP Dr. M Djamil
  12. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
  13. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
  14. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Pasien gangguan ginjal akut sendiri kebanyakan berada pada usia 1-5 tahun, dan 99 diantaranya meninggal dunia. Angka kematian pasien yang dirawat terutama di RSUP Dr Cipto MangunKusumo (RSCM) mencapai 65 persen.

Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril pun mengungkapkan penyebab dibalik angka kematian dari kasus gangguan ginjal akut yang tinggi. Menurut Syahril, penyebabnya berkaitan dengan fungsi ginjal itu sendiri yang memainkan peranan sangat penting bagi tubuh.

"Ginjal itu sebagai pusat metabolisme, organ yang sangat penting. Apabila dia terjadi (gangguan), ini akan mengganggu metabolisme dan gangguan metabolisme ini akan menyebabkan organ lainnya terganggu juga," ujar Syahril dalam konferensi pers ditulis Kamis, (20/10/2022).


Angka Kematian Gangguan Ginjal Akut Tinggi

Ilustrasi meninggal dunia
Ilustrasi meninggal dunia | Credit: pexels.com/Mayron

Lebih lanjut Syahril mengungkapkan bahwa saat mengalami masalah, ginjal hanya boleh terganggu dan diupayakan agar tidak berlanjut ke tahap lebih tinggi yakni gagal ginjal.

"Nah untuk itu, kita boleh sampai terganggu. Tapi jangan sampai gagal. Gagal ginjal itu artinya apa? Ginjal itu tidak bisa lagi melakukan aktivitasnya sebagai alat metabolisme tubuh," kata Syahril.

Syahril menjelaskan, kondisi ginjal yang terganggu ditandai dengan frekuensi dan jumlah urine yang menurun. Bahkan jika terjadi kerusakan yang berat, maka produksi urine bisa terhenti sama sekali.

"Untuk yang tadi tingkat kematiannya tinggi, itu dikarenakan dia sudah masuk ke fase itu. Makanya pada saat ini, kita sampaikan imbauan pada masyarakat, tenaga kesehatan untuk lebih waspada dan cepat melakukan tindakan bila ada gejala yang saya sebutkan tadi," kata Syahril.

Serta, gejala seperti menurunnya frekuensi dan jumlah urine bisa disertai dan tidak disertai oleh demam, diare, mual, batuk, maupun pilek.


Imbauan Sementara untuk Kewaspadaan Dini

Ilustrasi Gangguan Ginjal Akut
Ilustrasi Gangguan Ginjal Akut | Credit: pexels.com/Anna

Dalam kesempatan yang sama, Kemenkes RI turut mengimbau masyarakat berhenti sementara waktu untuk menggunakan obat sirup apapun, termasuk parasetamol.

Hal tersebut menjadi bentuk kewaspadaan dini yang dianjurkan lantaran proses investigasi gangguan ginjal akut masih berlangsung. Begitupun dengan pihak apotek dan fasilitas penyedia layanan kesehatan yang diminta untuk berhenti meresepkan obat sirup.

"Kita meminta pada seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obat atau memberikan obat dalam bentuk cair atau sirup sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas," ujar Syahril.

"Ini diambil langkah dengan maksud dugaan-dugaan ini sedang kita teliti. Nah, untuk menyelamatkan anak-anak kita, maka diambil kebijakan untuk mengambil pembatasan ini," tambahnya.

Syahril menjelaskan, hasil investigasi yang dilakukan Kemenkes RI terkait gangguan ginjal akut rencananya akan dipublikasikan pada minggu depan.


Penghentian Hanya untuk Sementara

Sirup Obat Batuk
Ilustrasi Sirup Obat Batuk. (Ilustrasi: Medical News Today)

Syahril menambahkan, seluruh apotek sementara juga diminta untuk tidak menjual obat bebas dalam bentuk cair atau sirup ke masyarakat. Sementara masyarakat diminta untuk sementara waktu tidak mengonsumsi obat sirup apapun, kecuali sudah melakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter.

"Kementerian Kesehatan mengimbau pada seluruh masyarakat untuk sementara ini tidak mengonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan," kata Syahril.

Sebagai alternatifnya, masyarakat diperbolehkan untuk menggunakan obat dalam bentuk lain seperti tablet, kapsul, atau suppositoria.

Meskipun obat yang dicurigai adalah parasetamol, Syahril mengungkapkan bahwa aturan penghentian sementara untuk menjual dan mengonsumsi obat sirup berlaku untuk semua obat. Bukan hanya parasetamol semata.

"Sesuai dengan edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, jadi semua obat sirup atau obat cair (yang dihentikan sementara), bukan hanya parasetamol. Ini diduga bukan kandungan obatnya saja, tapi komponen-komponen lain," kata Syahril.

Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia
Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia (Liputan6/com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya