Obat Sirup Aman Masih Terbatas, Ini Tips agar Anak Mau Minum Puyer

Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati bagikan tips agar anak mau minum puyer.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Okt 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2022, 19:00 WIB
Harus dengan Resep Dokter, Obat Puyer Ganti Sirup yang Terkontaminasi
Tenaga farmasi menuangkan racikan obat ke kertas pembungkus di RSIA Tambak, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar dokter atau tenaga kesehatan (nakes) di fasilitas kesehatan mulai memberikan obat puyer pada pasien menyusul pemerintah yang menyetop penjualan atau pemberian resep obat sirup. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Cemaran Etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup anak diduga menyebabkan gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI).

Ini membuat orangtua was-was dalam memberi obat pada anak. Pasalnya, kejadian ini menunjukkan bahwa obat sirup yang aman jumlahnya masih terbatas.

Di sisi lain, anak sering kali enggan menelan obat dalam bentuk pil. Hal ini pula yang melatarbelakangi pembuatan obat dalam bentuk sirup.

Menurut Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati, pelarutan obat yang padat menjadi sirup terkadang memerlukan bantuan dari agen pembantu pelarut seperti polietilen glikol. Ini dibutuhkan bagi obat-obatan yang memang sukar larut dengan air seperti parasetamol. Cemaran dari polietilen glikol itulah yang disebut EG dan DEG.

Sementara beberapa jenis obat sirup dihentikan penjualannya dan menunggu update dari Kementerian Kesehatan, Zullies mengatakan bahwa orangtua bisa memberikan obat pada anak dalam bentuk lain.

Beberapa bentuk obat yang bisa diberikan kepada anak adalah puyer atau tablet kunyah. Namun, puyer biasanya terasa pahit dan sulit diterima anak. Maka dari itu, ia menyarankan untuk mencampurnya dengan madu jika memang ini bukan obat yang perlu dikonsumsi rutin.

“Boleh (dicampur madu) obat yang pahit bisa dicampur dengan yang manis seperti air gula yang penting zat aktifnya masuk ke dalam tubuh,” kata Zullies dalam live Instagram Sabtu (22/10/2022).


Tak Boleh Ramu Puyer Sembarangan

Salah satu jenis obat yang tidak dikonsumsi rutin, artinya hanya dikonsumsi jika butuh saja adalah parasetamol. Obat ini dapat diubah bentuk menjadi puyer dan ditambah madu untuk menyamarkan rasa pahit.

Namun, mengubah obat tablet menjadi puyer tidak boleh sembarangan. Hal ini perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahlinya.

“Kalau memang memerlukan puyer, minta saja ke apotek untuk membikinkan puyernya. Jangan ngeramu sendiri atau meracik sendiri takutnya nanti salah hitungannya karena kan dosis yang tersedia di apotek kebanyakan tidak sesuai dengan dosis untuk anak-anak.”

Ia menegaskan kembali bahwa konsumsi puyer dicampur madu atau sirup manis memang boleh asalkan pada obat yang tidak dikonsumsi rutin melainkan pada saat sakit saja.


Bukan Salah Parasetamol

Sebelumnya, Zullies juga menyinggung bahwa beberapa waktu lalu parasetamol menjadi obat yang disalahkan dalam kasus gangguan ginjal akut. Padahal, masalahnya bukan pada parasetamolnya. Obat ini sudah digunakan sejak lama dan terbukti aman.

“Masalahnya adalah pada bahan tambahannya. Kita ambil contoh pada parasetamol, ini adalah obat yang sukar larut dalam air. Obat ini bisa dibuat dalam bentuk tablet dengan mudah tanpa masalah. Namun, anak-anak biasanya enggan menelan tablet sehingga dibuat dalam bentuk sirup,” kata Zullies.

Namun, lanjutnya, mengingat parasetamol adalah obat yang sulit larut dalam air maka pembuatan dalam bentuk sirup tak bisa hanya menggunakan air.

“Dibutuhkan kosolven atau agen pembantu pelarutan, ini bukan pelarut, pelarutnya tetap air tapi dia ditambahkan untuk membantu pelarutan. Misalnya kemasan botol kecil obat ada 60ml maka kosolvennya 5 atau 10ml.”

Salah satu jenis kosolven adalah polietilen glikol yang sudah disebutkan di atas.

“Bahan ini enggak bisa pure atau murni karena dalam proses pembuatan selalu ada cemaran, jadi EG dan DEG ini adalah sisa-sisa dalam proses pembuatan. Adanya kandungan EG dan DEG ini wajar jika dalam batas tertentu.”

Propilen glikol sebagai bahan baku masih boleh memiliki cemaran seperti EG dan DEG asalkan masih dalam ambang batas wajar yakni 0,1 persen. Jika melewati batas ini, maka bahan baku tersebut tidak memenuhi syarat dan tak bisa diformulasi. Ketika sudah memenuhi syarat baru bisa diformulasi.


Pesan untuk Orangtua

Zullies juga berpesan pada para orangtua untuk tetap waspada terutama jika anak menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan ginjal akut.

“Orangtua jelas harus waspada terutama kalau ada gejala. Kalau demam, batuk, pilek mungkin biasa yah tapi kalau berlanjut ke gejala tidak bisa pipis dalam waktu lama dan enggak mau minum itu harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.”

Jika anak mulai tak mau minum, usahakan beri minum dengan berbagai cara seperti berikan minuman yang enak seperti jus buah. Namun, jika gejalanya sudah tak bisa buang air kecil maka perlu langsung dibawa ke rumah sakit, katanya.

 

Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi
Infografis Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Penyebab Kematian & Antisipasi (Liputan6/com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya